Memiliki anak lelaki berumur 5 tahun dan anak perempuan berumur 4 tahun yang jarang berantem dan mau saling membantu tentunya membahagiakan bagi saya. Mengamati perkembangan mereka, membimbing, menjawab setiap pertanyaannya, memperhatikan kala mereka berbicara, tentunya menyita waktu saya. Tapi saya bahagia melakukannya. Walau kadang lelah dan jengkel juga, sudah dijawab berulangkali, masih juga menanyakan hal yang sama. Akhirnya keluarlah kalimat “sakti” yang membuat mereka tak bertanya lagi “Tadi kan sudah mama bilang…”
Diusia mereka yang sekarang, saya sudah bisa membandingkan bagaimana perkembangan perilaku keduanya. Karena itulah, disini saya ingin menjawab tantangan seorang kawan blogger yang sudah lama dilontarkan pada saya, untuk membuat tulisan tentang benarkah anak perempuan lebih cepat mandiri dibanding anak laki-laki.
Anak perempuan saya (dd) , lebih sering mandi sendiri, pakai baju sendiri, makan sendiri dibanding anak lelaki saya (babang). Dd lebih sering mengembalikan piringnya ke tempat cucian, membereskan mainannya tanpa perlu diminta. Babang akan membereskan mainannya jika disuruh, jika tidak, maka mainannya akan tetap berantakan. Dd lebih sering membantu mencuci piring dan menjemur pakaian dibanding babang. Babang lebih sering membantu membersihkan kaca dengan kemoceng, membantu menyapu dan mengepel lantai dibandingkan dd. Babang lebih telaten merawat mainannya, lebih berhati-hati dalam memperlakukan mereka, agar tak cepat rusak. Mereka berdua sama antusiasnya kalau saya ajak membantu di dapur, memotong sayuran, menyiapkan bumbu dan mengaduk segala adonan. Dari kasus kedua anak saya ini, memang kelihatannya dd lebih cepat mandiri dibanding babang.
Tapi, tunggu dulu.
Kita juga harus melihat latar belakang keluarga dan kondisi lingkungan dimana anak-anak tinggal. Dan inilah kebiasaan dalam keluarga saya, yang pastinya dilihat, diamati dan ditiru oleh anak-anak saya. Saya kadang-kadang mengambilkan makan dan minum untuk suami, menungguinya selesai makan lalu menaruh gelas dan piring kotor ke tempat cucian. Suami juga kadang meminta tolong pada dd untuk mengambilkan air putih, sangat jarang meminta tolong pada babang. Hal ini tentunya terlihat oleh babang, sehingga mungkin dalam pikirannya tertanam “kalau laki-laki nggak perlu naruh piring dan gelas kotor ke tempat cucian”. Sementara dalam pikiran dd mungkin tertanam “kalau perempuan harus melayani lelaki”.
Urusan bersih-bersih rumah, memang tanggung jawab suami. Jadi anak-anak sering lihat papanya menyapu, menyedot debu di karpet, mengepel lantai, membersihkan jendela dan sebagainya. Sementara urusan cuci piring dan pakaian, serta setrika adalah tanggung jawab saya. Nah, itulah sebabnya babang lebih bersemangat bersih-bersih rumah dibanding mencuci piring atau pakaian. Sementara dd lebih bersemangat mencuci piring dan menjemur pakaian.
Saya dan suami sering masak bersama. Sering juga saya sendirian masak, sementara suami menemani anak-anak bermain. Kadang pula suami sibuk memasak di dapur, sementara saya asyik bermain dengan anak-anak. Hal inilah menurut saya, yang membuat anak-anak sama antusiasnya kalau diajak ke dapur.
Berkaca dari kasus saya ini, saya mengambil kesimpulan bahwa anak perempuan dan lelaki sebenarnya bisa SAMA cepat untuk mandiri. Tergantung bagaimana orangtua membiasakan pada anak. Tergantung bagaimana perilaku orang tua dalam keluarga. Tergantung pada apa yang terlihat dan akhirnya ditiru oleh anak.
Nah, saya akhinya bisa menjawab tantangan kawan blogger saya.
Kini giliran saya bertanya pada Anda. Para pembaca sekalian, apakah menurut anda anak perempuan itu cenderung lebih cepat mandiri dibanding anak lelaki? Silakan menjawab dikolom komentar 🙂
saya setuju, mbak… anak adalah peniru nomor wahid, jadi kondisi lingkungan terdekat akan berpengaruh besar terhadap perkembangan mereka ya… salam sayang buat Babang & Dede… 🙂
makasih salamnya mbak cantik 🙂
Wahhh seru bacanya, doakan saya segera menyusul ya Mbak 🙂
amin….
Ya Allah, berikanlah kesempatan dan kebahagiaan bagi saudariku ini untuk merasakan bagaimana menjadi seorang ibu
hal pertama yang dipelajari anak-anak adalah perilaku kebiasaan orang tua. Masih belum bisa membandingkan antara anak laki-laki dengan anak perempuan karena panutan keduanya berbeda. Anak laki-laki cenderung meniru ayah, anak perempuan cenderung meniru ibu.
kalau kata anak-anak saya, “orang ganteng ama orang ganteng. Orang cantik ama orang cantik”. Makanya klo pas lihat papanya nyapu, babang mau bantuin sementara dd nggak mau. Giliran saya yang nyapu, babang nggak mau bantu, dd yang mau bantu.