Ternate yang terletak di propinsi Maluku Utara, terkenal dengan gunung Gamalama dan kota rempah. 14 – 16 Agustus kemarin, saya berkesempatan menjejakkan kaki di tanah Ternate. Melaksanakan tugas sekaligus mampir mengunjungi beberapa obyek wisata yang sangat indah, mencicipi kuliner khas dan belajar beberapa hal tentang adat dan kebiasaan masyarakatnya.
Hari 1 : Perjalanan Menuju Ternate dan Menikmati Ikan Bakar
Saya berangkat dari Malang pukul 01.00 dini hari dengan menggunakan travel menuju bandara Juanda, Surabaya. Harus berangkat dini hari karena pesawat yang akan membawa saya dijadwalkan terbang pukul 05.00 WIB dan 04.30 harus sudah boarding.
Beginilah jika terbang ke arah timur, tidurnya pasti dalam perjalanan. Tapi saat itu, dalam perjalanan Malang-Surabaya saya nggak bisa tidur di dalam mobil, gara-gara sebelumnya saya minum kopi saat menunggu jemputan travel.
Alhamdulillah pesawat berangkat tepat waktu, malah beberapa menit lebih awal. Pukul 04.45 pesawat sudah berada di landasan pacu dan masih gelap ketika pesawat terbang membelah angkasa. Saya lebih banyak tidur dalam penerbangan ini, terbangun beberapa kali melihat penampakan awan, lalu tidur lagi.
Sekitar pukul 07.30 WITA, pesawat sampai di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Saya pun turun dari pesawat, berjalan cepat menuju meja transit. Lapor pada petugas, lalu bergegas masuk ke ruang tunggu. Niat mau ke toilet untuk cuci muka dan buang hajat harus saya urungkan, karena sudah ada panggilan bagi penumpang menuju Ternate untuk segera masuk pesawat.
OK lah, tahan dulu. Saya pun segera masuk ke pesawat melalui gate 5. Sudah beberapa saat duduk, tapi pesawat tak kunjung berangkat. Ternyata sedang ada proses pengisian bahan bakar, jadi penerbangan harus menunggu proses pengisian bahan bakar selesai.
Sekitar 30 menit, barulah pengisian bahan bakar dan pengisian muatan ke bagasi pesawat selesai. Perjalanan saya pun lanjut ke Ternate. Penerbangan dari Makassar ke Ternate selama 1 jam 50 menit ini saya bisa menikmati pemandangan dari atas dengan puas. Laut, langit, awan, pulau-pulau kecil, pegunungan. Ada beberapa yang sempat saya abadikan dengan kamera handphone.
Langsung Menuju SMKN 1 Ternate
Pukul 11.35 WIT pesawat mendarat di Bandara Sultan Babullah Ternate. Bagus banget pemandangan dari dalam pesawat ini, beberapa gunung tampak menjulang. Seandainya banyak waktu, turun dari pesawat pasti bakal saya abadikan keindahannya. Sayangnya saya tak bisa berlama-lama menikmati pemandangan ini, karena harus keluar dari pesawat, dan bergegas meninggalkan bandara.
Jemputan sudah menanti, saya ditanya mau ke hotel dulu atau langsung ke lokasi di SMKN 1 Ternate. Saya minta langsung saja, karena sudah berjanji dengan peserta untuk memulai kegiatan pukul 13.00 WIT.
Capek, iyalah. Ngantuk, pastinya. Pegel badan dan kaki, jangan ditanya lagi. Tapi saya harus tetap semangat untuk memberikan materi kepada para guru peserta workshop. Usai makan, sholat dan berganti pakaian, saya pun masuk ke ruangan workshop. Melihat para peserta yang antusias mengikuti kegiatan, rasa capek saya sejenak terlupakan.
Pukul 16.30 WIT, kegiatan selesai. Saya pun diantar ke hotel Belson Ternate. Dalam perjalanan menuju hotel, berulangkali kami harus berbalik arah, karena beberapa jalan di tutup. Sore gini, menjelang peringatan kemerdekaan RI, banyak warga yang mengadakan aneka perlombaan, hingga menutup akses jalan untuk mobil.
Akhirnya, setelah beberapa kali berbalik arah, sampai juga kami di hotel. Pertemuan sore itu diakhiri dengan kesepakatan akan dijemput pada pukul 20.00 WIT untuk makan malam. Pertimbangannya, biar sholat isya dulu baru keluar hotel, supaya tenang jalan-jalannya. Padahal kalau di rumah, pukul 20.00 itu sudah waktunya saya tidur lho.
Menikmati Ikan Bakar di Gamalama
Pukul 19.52 WIT masuk waktu isya di Ternate. Usai sholat isya, saya pun turun ke lobby, menunggu jemputan. Tak lama menunggu, jemputan datang. Kali ini naik sepeda motor. Dan tanpa dibawain helm. Jadi di sini, berkendara tanpa helm itu hal yang biasa saja. Lalu lintas malam lebih ramai dari siang tadi, semrawut karena tak banyak ada lampu lalu lintas di persimpangan jalan. Siapa yang berani maju memotong jalan, itu yang bisa cepat melaju. Saya sampai beberapa kali harus memejamkan mata kalau melewati pertigaan ataupun perempatan jalan.
Sampai juga ditempat yang dituju, daerah Gamalama. Tepatnya di dekat pasar, saya lupa nama pasarnya. Ada beberapa warung tenda, dengan menu utama ikan bakar. Warung ini buka sore hingga malam saja.
Ikan segar berbagai ukuran dihamparkan di meja, ada yang utuh ada juga yang dipotong-potong. Pembeli tinggal pilih ikannya, bilang mau diolah bakar atau goreng.
Mumpung disini, saya pilih kakap merah dengan ukuran sedang untuk dibakar. Usai memilih ikan, kami menunggu proses pembakaran sambil mengobrol.
Walau pembelinya banyak, tapi waktu menunggu pesanan diolah tak terlalu lama. Atau karena sambil ngobrol ya, jadi waktunya terasa cepat hehehe…. Sambil ngobrol sesekali melirik jika ada pegawai di warung yang lewat membawa piring berisi ikan bakar, menebak-nebak apakah itu ikan pesanan kami?
Akhirnya pesanan datang. Ikan bakar lengkap dengan sambal colo dan sambal kacang. Tumis kangkung dan tak ketinggalan nasinya dong, serta jeruk hangat untuk minumnya. Saatnya makan.
Ikan bakarnya di sini bumbunya dominan kecap, hingga warnanya agak hitam khas warna kecap. Beda dengan ikan bakar di Masohi yang bumbunya ada warna merahnya.
Hari 2 : Keliling Ternate Kota Rempah dalam Dua Jam saja!
Hari ke dua di Ternate, full mengisi kegiatan workshop dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIT. Selesai kegiatan, saya tidak langsung diantar kembali ke Hotel, melainkan diajak keliling Ternate.
Kami mengarah ke atas, bukan terbang ya, tapi atas itu adalah utara. Masyarakat Ternate tak menggunakan arah timur barat utara selatan. Ka dara (darat) arah ke gunung Gamalama untuk menunjuk arah barat, ka lau (arah laut) untuk menunjuk arah timur. Memang Ternate kota rempah ini di apit gunung dan laut. Atas dan bawah untuk menunjuk arah utara dan selatan. Kalau masih ingat pelajaran arah mata angin, utara ditunjukkan panah ke atas, sementara selatan adalah panah ke bawah.
Katanya, nggak sampai sejam, sudah bakal sampai lagi dititik berangkat tadi, karena memang begitu kecilnya wilayah Ternate ini. Tapi karena kami jalan santai, sambil menikmati pemandangan gunung Gamalama di sisi kiri, dan pantai di sisi kanan, mampir beberapa tempat, jadi butuh waktu lebih lama untuk sampai di titik awal berangkat.
Batu Angus Geopark
Tempat pertama kami parkir kendaraan adalah geopark Batu Angus. Banyak sekali batu hitam bertebaran di sini. Batu-batu yang usianya sudah ratusan tahun, berasal dari lelehan lahar saat gunung Gamalama meletus. Turun mengarah ke pantai, jadi batuan ini ada di sepanjang jalur dari gunung ke Pantai.
Dahulu masyarakat banyak memanfaatkan batu-batu hitam ini untuk pondasi rumah, namun kini sudah dilarang. Karena bebatuan itu memiliki nilai sejarah.
Masuk kawasan Batu Angus, kami membayar 20 ribu. Batu-batu hitam bertebaran, ada beberapa gazebo untuk duduk para pengunjung. Ada menara juga, asyik kalau naik ke menara ini, melihat laut di depan, dan kala berbalik akan tampak gunung Gamalama tinggi menjulang. Namun saya tak sempat naik ke menara, cukup menikmati pemandangan gunung dan laut dari bawah saja.
Danau Tolire Besar
Tempat kedua yang kami singgahi adalah Danau Tolire Besar. Dalam perjalanan menuju Danau Tolire besar, kami melewati Danau Tolire kecil yang letaknya berdekatan dengan pesisir pantai. Kenapa ada Danau Tolire besar dan kecil?
Legenda Danau Tolire
Rupanya ada kisah dibaliknya. Jadi jaman dahulu telah terjadi hubungan terlarang antara seorang ayah dengan putrinya, hingga membuat sang putri mengandung. Mereka tinggal di sebuah kampung di kaki gunung Gamalama.
Karena perbuatan terlarang tersebut, lalu menimbulkan bencana yang menenggelamkan desa tersebut, dan terciptalah Danau Tolire Besar di kaki Gunung. Warga desanya berubah menjadi buaya putih, yang dipercaya sebagai penjaga Danau.
Saat terjadi bencana, sang putri berlari menyelamatkan diri hingga ke pesisir pantai. Namun bencana kembali melanda tempat pelariannya tersebut, hingga terciptalah sebuah danau yang ukurannya lebih kecil dibanding danau yang ada di kaki gunung, dikenal dengan nama Tolire kecil.
Indah sekali pemandangan di Danau Tolire besar. Air danau berwarna hijau, di dalam kubangan tebing, berlatar belakang Gunung. Duduk berlama-lama di sini, menikmati pemandangan, bisa menentramkan hati.
Larangan bagi Pengunjung Danau Tolire
Sayangnya hal ini tak dapat saya lakukan, ada dinding pembatas yang lumayan tinggi antara bangku-bangku yang bisa dipakai duduk pengunjung dengan Danau. Jadi kalau mau menengok ke danau, harus melewati dinding tersebut, ada celah selebar pintu, sekitar 1 m, yang bisa digunakan lalu lalang pengunjung mendekat ke bibir danau. Sstt… sebenarnya pengunjung dilarang melintasi pagar pembatas ini lho. Tapi saya penasaran, jadi sebentar saja saya melanggar larangan tersebut.
Saat saya ke sana, permukaan air danau jauh berada jauh di bawah dari bibir tebing tempat saya berdiri. Danau yang bersih, air hijau dikelilingi pepohonan berwarna hijau pula.
Konon, setiap kali ada pengunjung yang melempar kerikil/batu ke arah danau, sekuat apapun tenaga untuk melempar, kerikil/batu tersebut tak akan sampai ke permukaan air. Bahkan ada warga yang menjual batu-batu kerikil untuk para pengunjung, sehingga pengunjung bisa mencoba melempar batu ke arah danau. Sekarang jangan coba melakukan ya, kalau ke sana. Di larang keras!
Sudah menjelang maghrib saat kami sampai di sana, Danau Tolire besar sudah sepi. Saat itu tak ada retribusi yang harus kami bayar saat masuk ke kawasan ini. Konon jika beruntung, pengunjung bisa melihat buaya penunggu danau.
Makan Pisang Goreng
Dari Danau Tolire besar, kami melanjutkan perjalanan, melewati perkebunan pala dan cengkeh di sepanjang kiri kanan jalan. Mampir sholat maghrib di salah satu Masjid di kampung yang kami lewati, lalu lanjut mencari makan. Kali ini tujuannya bukan lagi ikan bakar, melainkan pisang goreng.
Lokasi warungnya di pinggir jalan, dekat pantai dan sudah dekat dengan titik awal kami berangkat. Jadi sudah sah saya keliling kota Ternate!
Ada tiga jenis pisang yang dipesan, yaitu pisang raja, mulu bebek dan Groho. Pisangnya digoreng tanpa dibalur tepung ya. Jadi memang pisang yang sudah tua, tapi belum terlalu matang.
Pisang raja, potongannya paling besar, rasanya paling manis. Sedangkan pisang Groho rasanya tawar, katanya bagus buat camilan penderita diabetes.
Pasangan untuk menikmati pisang ini ada kacang goreng, ikan teri goreng dan sambal. Kayak sambal kacang, tapi ternyata bukan butiran kacang, melainkan kemiri. Minumnya air guraka.
Air guraka adalah minuman khas Ternate, cocok dinikmati saat malam begini, sebagai penghangat badan. Warnanya hitam pekat seperti kopi, padahal tak ada bubuk kopi dalam minuman ini. Air guraka terbuat dari gula aren, jahe merah, kayu manis, pandan dan ada taburan kacang kenari di atasnya. Rasanya, pastinya sangat kaya rempah ya. Wajib kamu coba kalau suatu saat berkesempatan berkunjung ke Ternate kota rempah.
Saat sedang asyik menikmati pisang goreng berlauk kacang dan teri goreng serta sambal kemiri, ada pemberitahuan di handphone saya, dari pihak traveloka dan maskapai Lion air. Pemberitahuan bahwa pesawat yang akan membawa saya dari Ternate ke Surabaya yang semula pukul 16.15 WIT dimajukan jadi pukul 12.00 WIT. Padahal saya memilih penerbangan sore karena masih ada kerjaan mengisi workshop di sekolah sampai jam 12.00. Harus mengubah strategi nih buat besok.
Hari 3 : Meninggalkan Ternate Kota Rempah, Kembali ke Malang
Hari ke tiga workshop, akhirnya saya hanya mengisi materi 1,5 jam saja, mulai pukul 08.00 dan diakhiri pukul 90.30.
Usai workshop, tak lupa mesti foto bersama, biar ada kenangannya. Walau saya harus segera kembali ke Malang, namun workshop tetap diteruskan dengan dipandu oleh teman-teman guru di Ternate.
Pukul 10 saya diantar menuju Bandara Sultan Babullah Ternate. Mampir dulu dibelikan nasi kuning untuk bekal makan siang saat transit di Makassar. Perjalanan dari sekolah ke bandara sekitar 30 menit.
Saat di bandara, masih ada waktu sebelum masuk ruang tunggu, foto dulu di kawasan parkir bandara, di iconnya Ternate kota rempah.
Alhamdulillah pesawat tepat waktu. Pukul 12.00 WIT Lion Air membawa saya meninggalkan bumi Ternate kota rempah menuju Makassar. Dari ketinggian, saya bisa melihat penampakan Danau Tolire besar dari atas.
Karena ada perbedaan waktu 1 jam antara Ternate dan Makassar, pukul 12.30 WITA saya sampai di bandara Sultan Hasanuddin. Pesawat ke Surabaya dijadwalkan pukul 14.15 WITA. Masih cukup waktu untuk sholat dhuhur dan membuka perbekalan nasi kuning dari Ternate.
Nasi kuningnya enak, harum. Berlauk mie bihun dan olahan daging sapi (kayak serundeng, tapi nggak ada parutan kelapanya). Plus sambal juga tentunya. Pembungkusnya adalah daun yang bentuknya mirip janur, tapi menyatu dan lebar. Saya search di google, namanya daun woka.
Pukul 14.00 WITA, kami dipersilakan masuk ke pesawat yang akan membawa ke Surabaya. Cuaca yang panas membuat saya segera menutuk kaca jendela saat pesawat sudah take off dan dalam posisi stabil yang ditandai dengan padamnya lampu tanda sabuk pengaman. Berusaha untuk tidur karena perjalanan ke Malang masih jauh.
Menarik ya, namanya KOta Rempah!
Pasti yang pertama aku incar adalah makan seafood (ikan bakar)nya dan air guraka yang pasti kaya rempah ini
hoo ada batu angus juga ya, pasti kalau untukpondasi kuat itu, karena udah teruji sama lahar
Aku jadi kangen masa-masa dinas kantor, dimana kerja bisa sambil jalan-jalan juga. Apalagi pas ke daerah yang aku belum pernah, selain jadi tau kulinernya juga tau tempat-tempat wisata yang bagus. Lihat mbak dinas ke Ternate ini bikin pengin deh, selain melihat keindahan alam juga bisa mencoba hidangan khas Ternate
Ternateeee…. masya Allah bentang alamnya indah. Aku tuh iri sama suami yang pernah dinas ke sana. Dia pamer pagi-pagi udah mandi laut. Enaknyaaa!
Trus ikan bakar yang fresh gitu ya, minim bumbu tapi tetap manis karena memang masih segar.
Wow seru banget mak, cerita perjalanannya. Sambil tugas kerja, piknik juga. Ternate kuliner ikannya memang terkenal ya. Ikan segar itu selalu menggoda ya. Minuman hangat air guraka, buat aku penasaran enaknya. Apalagi ada taburan biji kenarinya ya. Hmmm….destinasi impian nih
Salah satu aktivitas yang disukai saat perjalanan dinas adalah ketemu teman baru dan keliling kota/destinasi wisata sekaligus kulineran di kota tersebut, bisa jadi pengalaman yang tidak terlupakan apalagi kalau pulangnya bisa bawa oleh-oleh…senengnya bisa berkali-kali lipat.
Seru banget Mbaa..>
aku belum pernah nih ke Ternate, entah kenapa beberapa kali ke Maluku tapi ke Malut selalu skip huhuhu…
Mantul banget deh ikan laut Indonesia Timur wajib banget dinikmati yaa
Perjalanan dinas yang sekaligus piknik tipis tipis nih. Keterbatasan waktu tidak menyurutkan niat untuk eksplorasi berbagai lokasi ya. Ikan bakar, main ke danau, ah semuanya seolah saya ikut dalam perjalanan ini…
Unik sekali hidangannya, sambal Colo, seger ya sepertinya. Saya jadi pingin juga goreng pisang dengan irisan tipis seperti ini, dan oastinya enak ya klp pisangnya setengah matang dicocol sambal, hhm, mantap pastinya. TPI mkn pake teri gmn ya rasanya?
Impian banget nih bisa ke Ternate. Meskipun tujuan dinas, waktu sebentar bisa lah ya, buat singgah ke tempat wisata yang indah dan kulineran yang enak-enak.
Jujur saja, saya sangat penasaran dengan makanan di Ternate. Ikannya itu segar-segar, dan bumbunya kaya akan rempah. Pasti mamiaaa lezatooss..
Kak Nanik..
Seneng banget baca pengalamannya kerja tapi sekaligus bonusnya berlibur. Ternate itu seindah itu ya.. Aku suka seafood.. Surga banget kalo di Ternate mah.. Ada ikan yang di Jawa hampir gak ada, bisa ikutan incip-incip makan.
Selalu deh Mbak Nanik yang kerja sambil jalan tipis-tipis. Emang kudu maksimalin sih biar sekalian capenya, hehehe. Btw, cakep juga pemandangan Danau Tolire
Syelaluu sukaa menyimak pengalaman asik-asik Mbak Nanik iniii…
Aku bayangin di Sulawesi itu surganya seafood, sehingga kulinerannya akan penuh protein hewani. Tapi ternyata surganya rempah juga di sana ya, nggak heran kalau VOC dulu betah banget di Ternate.
Kayak balik memori masa lalu nih kalau ceritain soal Ternate. Dulu dari mamah papah masih kerja kantoran bareng, masa kecilku sampe kelas 1 SD di Ternate, dan karena kerusuhan jadi pindah ke Karawang. Kangen banget sama ikan2 bakar di Ternate tuh, sambal dabu2 atau colo2 itu the best sih, makanya aku suka ikan banget dari pada ayam hehe. Plus pisang di sana lebih enak menurutku, cocolannya sambel, sedapp
Seru banget siih petualangannya Mak, serasa ikut jalan2 deh Kota Rempah, jalan2 sambil piknik sambil kerja menikmati semua kulineran.
Ahh nikmat apalagi yang kau dustakan.
Patut disyukuri ya mbak tugasnya bisa sambil melihat keindahan alam Indonesia nih. Ternyata Ternate ini kota rempah ya. Aku suka ikan-ikanan jadi cocok lah dengan makanan sana
Wah pastinya seneng banget ya, Mbak, bisa tugas ke daerah yang terkenal bagus. Jadi bisa kerja sekaligus traveling menikmati keindahan alam yang indah.
Aaah saya sejak SMA mau ke sini
Ada sahabat setia saya dari Ternate
Sayangnya lost contact sampai sekarang
Andai bisa mencarinya
View jelang mendarat di Ternate cakep banget Mba Nanik..Kebayang serunya bertugas sekalian piknik kulineran ikan segar yang dibakar berteman sambal colo dan sambal kacang, mantap!
Indah sekali Ternate kota rempah ini
MasyaAllah baca postingan ini bikin aku makin pengen pergi ke Ternate deh. Ternate ini memang salah satu kota yang ingin aku kunjungi
Ini lah yang asik mba, jalan-jalan yang dibayarin negara apalagi dijadikan konten trus dibayar brand lagi, hahaha. Senangnglah hatinya
Kalau tinggal dekat pantai kaya akan hasil laut, ikan ikan dan seafood seger seger. Belumnpagi pemandangan laut yang super duper cantik membuat betah disana. Tapi panas nya juga kagak nahan
Paling asyik itu melaksanakan tugas di daerah yang bukan kampung halaman ya Mak, karena kita bisa sambil piknik seperti yang dilakukan oleh Nanik ini. Perjalanan yang seru pastinya. Oh yah, salut sama penjual batu, dapat saja kesempatan buat dapatkan cuan.
Saya salfok sama taburan kenari di air guraka itu, cara minumnya gimana yah?
Ternate kubaca saat SD sebagai kota rempah, belum pernah ke sana dan melihat foto-fotonya indah ya. Itu sambal colo memikat hati dicocol dengan ikan bakar yang besar ya mba.. Lezaaat
Pengeeen nya aku ke Ternate Mbaa 😍😍. Daerah timur yg aku pengeen banget datangin itu Papua, Ternate Tidore, Ambon , palu dan Maluku. Harus bisa sih. Sebenernya lebih karena alam mereka yg cantik dan kulinernya enak2. Apalagi seafood kan.
Guraka itu mirip bandrek lah yaa. Darj jahe juga kan.. berarti aku pasti suka 😄.
MasyaAllah, keliatan seru banget ya jalan-jalan di Ternate, indah-indah semua viewnya. Pengen ke Ternate juga deh sama keluarga, sambil eksplor kulinernya jugaa, menarik semua 😀
Penasaran sama Danau Tolire dan legendanya.
Eh.. beneran gak bisa melempar batu ke permukaan Danau Tolire?
Ada shiled yang tidak terlihat kah?
Pengen ikuttt, hehehehe
Semoga sebelum ajal menjelang saya sempat menjejak Makassar
Pernah kenalan kuliner nya waktu nulis sambal roa bareng Ibu Amanda Katili yang aktif mempopulerkan kuliner daerah timur Indonesia
Tapi menyantap kuliner di daerah nya pasti lebih maknyus
Mbak, semangatnya luar biasa, baru tiba langsung ngajar para guru di sana. Salut!
Btw, baru baca Danau Tolire dan legendanya. Selalu ada kisah yang unik di setiap persinggahan ya
Ternate jadi salah satu tujuan untuk explore aku juga kak .seneng banget disana bagi ilmu bisa sekalian kulineran dan jalan2 . Indah banget ya viewsnya.. aku belum pernah coba itu sambal colo ,,seger ya kak??
iya mbak, seger dan rasa asemnya sedikit
MashaAllah. Baca ini saya jadi rindu banget dengan Ternate. Sudah enam kali saya ke Ternate Mbak tapi baru dua kali stay karena tujuan saya waktu itu ke Tidore dan Morotai. Makan pisang mulu bebe dengan sambal dan kacang tuh yang ngangenin banget. Gak ada di tempat lain. Menikmati beragam ikan bakar yang masih fresh juga jadi kenikmatan kuliner yang tak terlupakan. Puas banget pokoknya.
Kapan sempat kembali lagi ke Ternate, sisakan waktu buat ke Tidore Mbak Nanik. Tinggal nyebrang dari pelabuhan Bastiong ke Rum sekitar 10-15 menit aja. Bisa carter kapalnya 100rb atau naik kapal yang ngangkot 15rb/orang. Tidore jauh lebih indah Mbak.
Siap mbak, insyaallah suatu saat bisa juga menyeberang ke Tidore
Perjalanan yang panjang ya, Mbak. Dari Malang dini hari, menuju Surabaya. lalu transit ke Makassar, akhirnya sampai ke Ternate, eh.. langsung mengisi workshop. keren nih, Mbak Nanik.
Dan saya menikmati sekali ceritanya Mbak. Termasuk jalan-jalan tipis-tipisnya. itu ikannya seger-seger. Saat di Makassar juga, pisang digoreng tanpa tepung, lalu pakai cocolan sambal hehehe.
Semoga saya bisa menjejakkan kaki di kota Ternate, kota rempah juga. Aamin.
Serunyaaa… bisa jalan-jalan berfaedah ke Kota Ternate. Aku mau nyoba juga makan pisang pakai sambal kemiri dan kacang gitu ih, gimana rasanya ya, belum pernah. Btw, pisang raja tuh rasanya asam bukan sih?
Pemandangan langit dan laut yang biru seolah menyambut kedatangan banget ya Mba. MasyaAllah.
Aku jadi penasaran deh sama rasa pisang goreng (mana digoreng tanpa tepung pula ya kan) yang dimakan bareng teri goreng sama kacang goreng juga sambal. Kok kebayang gurih manis pedas yummy gimana gitu. Sayangnya menu begini nggak ada di Jawa sini ya. Hihihi ….
Perjalanan yang menyenangkan, ya, Mba, Kita bisa nugas sekaligus piknik. Btw, itu air guraka mirip bandrek nggak, ya, Mba? Minuman kayak gini pas banget diminum saat cuaca dingin. Penasaran banget sama kenarinya.