Assalamu’alaikum sahabat keluarga Nara. Seneng ya sudah melalui momen lebaran, yang mudik tahun ini juga pasti banyak banget cerita dan kenangannya. Selamat idul fitri, mohon maaf lahir batin bagi pembaca setia kisah keluarga Nara.
Lebaran 2022 ini kami nggak mudik. Walau pemerintah sudah memperbolehkan masyarakat untuk mudik saat lebaran 2022 ini. Walau libur lebaran kali ini lumayan lama, apalagi kalau ditambah dengan mengajukan cuti tahunan, bisa dapat 2 minggu libur tuh. Tapi Keluarga Nara memutuskan untuk merayakan lebaran di Malang saja.
Pulang ke Bengkulu, tak cukup ongkos untuk kami berlima. Pulang ke Klaten, sudah tak ada yang di tuju karena kedua orang tua saya sudah tiada. Ada sih kedua kakak saya di Klaten, ada saudara-saudara dari Bapak dan Ibu juga yang bisa dikunjungi. Tapi karena beberapa alasan, kami memutuskan untuk tetap tidak mudik.
Panen Jagung Menjelang Lebaran
3 hari menjelang lebaran, kami panen jagung. Inilah salah satu alasan kami nggak mudik ke Klaten. Jagung-jagung yang sudah tua, kelobotnya sudah mulai mengering itu tak bisa dibiarkan berlama-lama lagi di pohonnya. Harus segera di petik, atau kami akan keduluan tikus untuk menikmati hasilnya.
Jadi 3 hari menjelang lebaran itu, suami panen jagung di sawah, di bantu beberapa orang yang minta batang jagung untuk pakan ternak peliharaan mereka. Karena masih puasa dan cuaca sangat panas, tentu saja kegiatan panen tak bisa dilakukan seharian. Sekuat tenaganya saja, sedikit-demi sedikit. Jadinya hari kedua lebaran panen baru benar-benar selesai.

Jagung-jagung yang sudah dipanen ini, setelah dikupas tentu tak bisa dibiarkan menumpuk begitu saja dalam karung. Harus dijemur supaya tak lembab dan akhirnya berjamur. Jadilah hari kedua lebaran, saya dan anak-anak sudah menggelar jagung, menjemurnya di halaman.
Hewan Peliharaan tak Terlantar
Alasan kami tidak mudik yang kedua adalah karena ada hewan unggas peliharaan yang harus dikasih makan tiap hari. Ada ayam, menthok dan angsa. Ayamnya ada yang masih kecil-kecil pula, rombongan yang belum lama menetas. Selain itu ada lele pula di kolam yang harus diperhatikan juga.
Jumlah unggas peliharaan kami lumayan banyak jumlahnya, untuk kebutuhan telur, kami sudah nggak pernah beli. Ngambili saja telur ayam dan juga telur mentok. Pernah juga ngambil telur angsa.

Kalau pengen makan ikan, tinggal mancing aja di kolam. Catat ya, mesti mancing! Suami nggak mengijinkan untuk ngambil lele dengan cara di serok ataupun pakai jaring. Bahkan kalau ada teman/tetangga yang ke sawah dan minta lele, dipersilakan untuk ngambil sendiri. Terserah mau ngambil berapa, asal dengan cara di pancing, bukan di serok.
Setelah punya hewan peliharaan gini, saya dan suami jadi tahu gimana rasanya enggan meninggalkan rumah sampai menginap.
Dulu setiap kali meminta ibu untuk main ke Malang, selalu jawaban Ibu maupun ibu mertua adalah “kalau di tinggal kasihan ayamnya nggak ada yang kasih makan”
“Sayang anak opo sayang ayam?” begitulah protes kami.
Ibu-ibu kami hanya tertawa lalu menjawab “Kalau anak kan bisa cari makan sendiri, kalau ayam itu kan tergantung pada ibumu ini”
Dan kini kami merasakan itu. Merasakan tak tega meninggalkan piaraan berhari-hari, memikirkan bagaimana mereka nanti makannya.
Ah, jadi teringat almarhumah ibu dan ibu mertua yang tinggal sendirian di Bengkulu sana. Semoga almarhumah ibu tenang dialam sana. Semoga ibu mertua selalu sehat.
Uh jadi sedih mengingat beliau berdua. Lanjut aja yuk dengan cerita lebaran 2022 di keluarga Nara.
Menu Lebaran ala Keluarga Nara
Sejak kecil, tak ada menu lebaran khusus ala keluarga saya. Ibu memasak hidangan yang biasa saja. Tak ada ketupat, opor maupun rendang. Di Klaten itu lebaran ketupat biasanya hari ke tujuh lebaran, yang disebut dengan bodo kupat.
Sementara suami, kalau lebaran itu pasti nyembelih ayam peliharaan, di masak gulai, opor ataupun rendang. Selain ayam masih ada aneka macam hidangan lainnya.
Pernikahan beda daerah gini akhirnya kami saling mengenal budaya dan juga kuliner lokal masing-masing daerah. Termasuk soal menu lebaran ini.
Jadi lebaran 2022 ini, suami menyembelih sepasang menthok peliharaan kami. Saya dan anak-anak kebagian mencabuti bulunya. Suami yang memotong-motong dan mengolahnya. Saya bantuin juga kok, bantu siapin bumbu dan cuci peralatan masak setelah masakan matang.
Sambil mencabuti bulu menthok suami cerita masa kecilnya pada anak-anak, gimana susahnya jaman dulu, mau makan daging ayam saja nunggu momen lebaran. Sementara anak-anak kini setiap saat pengen makan dengan daging ayam langsung bisa dituruti.
Bukan mau membandingkan, hanya mengajak anak-anak untuk mensyukuri kehidupan kami. Walau tahun ini nggak bisa mudik, tetap bersyukur usia kami bisa sampai lebaran 2022, bisa menikmati suasana lebaran bersama keluarga. Makan kenyang dengan aneka menu dan camilan lengkap tersedia

Satu ekor di masak gulai sementara satu ekor di masak rica-rica. Menuruti selera bagi yang suka pedas dan tidak pedas supaya sama-sama bisa makan. Di Malang sini, lebaran ketupat juga di hari ke 7, jadi hari pertama ini kami makan pakai nasi.
Seusai sholat id, ada tetangga yang mengetuk pintu, ternyata nganter sego empok dan ubo rampe (pelengkapnya).


Sego empok adalah nasi jagung, salah satu kuliner khas Malang. Sego empok ini rasanya tawar, beda dengan nasi putih yang ada manis-manisnya. Untuk makan sego empok, biasanya dilengkapi dengan urap-urap yang pedas bumbunya, oseng pepaya muda, sayur labu siam, sayur tahu tempe, ikan asin. Bisa juga ditambah telur rebus dan ayam goreng

Tidak Mudik, Tidak Piknik, Cerita Lebaran 2022 Kami Tetap Asyik
Itulah sedikit cerita aktivitas kami dalam libur lebaran kali ini. Walau nggak mudik dan nggak piknik lebaran kami tetap asyik.
Niat untuk piknik ada sih, tapi begitu memantau kondisi lalu lintas, niat untuk piknik itu kami batalkan. Ogah kena macet dan juga antrian masuk lokasi wisata. Masih menghindari kerumunan juga sih.
Jadilah kami di rumah saja. Menjemur jagung, ngobrol dan main sama anak-anak. Ngemil kue-kue lebaran. Saya juga jadi punya waktu luang untuk membaca lagi koleksi buku yang sudah lama dianggurin.
Sudah tahu kan aktivitas lebaran kami, gimana cerita lebaran 2022 versi kamu?
Duuh enak banget mbak, berasa di kampung jadinya ada panen jagung dan piara ternak dan ikan. Aku tahun ini lebaran gak mudik juga mbak, rencana lebaran idul Adha aja.
Kalau dijakarta tidak ada lebaran ketupat alias 7 hari. Jadi biasa aja. Mpo tinggal jakarta. Agak susah beli sayuran pasca lebaran. Pedagang pada mudik
saya juga tidak mudik Mbak, Alhamdulillah Lebaran pun tetap asyik dan juga sempat piknik ke kebun Tante, lihat tanaman hijau-hijau dan anak-anak puas main air di kali di kebun Tante 😀
happyyyyy…..baca postingannya
saya baru tau kalo lele bisa dipancingm karena saya pernah ikut ikutan ternak lele
tapi ya setahu saya harus diserok
keluarga saya dulu (semasa kecil di Sukabumi) juga punya ternak mentok, dimasak di hari besar seperti Hari Natal, dagingnya gede2 ya?
Serasa ada temannya nih. Kami pun tidak mudik. Emang setiap tahun tidak mudik karena keluarga besar semua ada di satu daerah di kabupaten Cianjur ini. Heheh …
Pun kami tidak piknik. Seminggu sebelum lebaran, kami jatuh dari kendaraan bermotor. Saya dan anak tidak terlalu parah. Suami yg sampai susah jalan dan solat. Akhirnya ya resmi di rumah saja hehehe
Lebaran di rumah semakin asyik silaturahmi berjumpa dengan keluarga besar, dilengkapi kuliner di rumah
Penasaran sama nasi empoknya mba, sama seperti nasi jagung tapi sepertinya butirannya lebih besar-besar ya? Sepertinya mantul apalagi dimakan dengan urap
Penasaran aku sama Sego empok nasi jagung, yg jadi salah satu kuliner khas Malang.. udah lama banget gàk mkn..
Kalaupun gk mudik tetep.happu y mba apalg kumpul Sam keluarga kecil..
Daku juga lebaran gak kemana-mana kak. Di rumah aja, bagian jaga gawang hehe
Paling jalan²nya malah blogwalking aja haha, sambil ngerapihin blog yang ternyata banyak dah pe er nya.
Kalau rumahnya seru begini, tak mudik pun tak apa, ya. Malah cocok buat tujuan berkunjung, nih
Wah, seru ya lebarannya… Walaupun gak kemana-mana, tapi penuh cerita… Seneng banget lihat ayam-ayamnya…. Selamat iedulfitri ya semuanya…
Kalau keluarga nara pas liburan lebaran panen jagung dengan menjemur jagung. Mpo makan bakwan jagung terus di gunting dan kasih saos atau sambal kacang
Oh berarti Bengkulu itu kampung halaman suami ya Bun. Bunda sendiri orang Klaten ya. Sama aku juga blum mudik ke bandung. Soalnya ongkos dari Batam untuk kami berempat mahallllll. Apalagi harga tiket naiknya ampun ampunan hihihi 😂. Jadi curhat. Jadi aja lebaran di tempat orang cuma tidur seharian ga ngapa ngapain hahaha 😂. Kalau bunda kegiatan lebarannya asyik juga. Ternyta bunda suka nanem dan miliara hewan ternak gitu ya. Hebat ih
meski gak mudik masih banyak kegiatan dan cerita lebaran yang bisa dilakukan dan dirasakan sekeluarga ya mba
aku tim ga pernah mudik lagi sejak berhenti merantau. juga sekarang tim ga pikinik karena males lihat kepadatan manusia, kapok!
tapi biar ga mudik, pergi jarak dekat aja ketemu sanak saudara. udah gitu mager lagi di rumah hihihi
Biarpun gak mudik tapi aktivitinya seru banget. Molly ngiler sama makanannya, pengen icip2 juga.
Aku pun ga mudik ke Boyolali, Solo ataupun Sukabumi. Pikniknya di dapur, memasak di rumah mama, menjamu sodara2 yang dateng yang berkumpul di rumah mama. Seruu banget lebaran kali ini silaturahminya berasa, kangen2an yang sempat tertunda.
Btw, enak banget itu sego empok sama urap2nya, mbahku suka bikin jugaa. Hmm, panen jagung lempaar sinii maak, mau bikin Jasuke, jagung bakar, prekedel jagung eeaa..
Btw mohon maaf lahir dan batin yaa.
Sama-sama mbak.
Ini bukan jagung manis mbak. Kalau jagung manis, petik langsung di jual. Ini jagung hibrida, keras dan liat, biasa bukan pakan ayam
Aku juga gak mudik mbak. Keliling aja di rumah saudara dan orang tua. Tetep asyik kok ya karena silaturrahmi tetep terjaga. Btw mentoknya banyak ya mbak. Aku suka liat mentok kalau jalan. Megal megol geal geol. Hehe
Wow, mak Nanik kaya nih. Punya kebon jagung, binatang peliharaan. Enak ya mak, tinggal di desa banyak yang bisa dilakukan. Kalau kaya saya di kota besar, lahan sempit, tidak bisa bercocok tanaman. Selamat Idul Fitri Mak
Tos dulu kita mak, aku pun tidak mudik dan memang bikin kegiatan menyenangkan saja di rumah bersama si kecil. Karena melihat animo orang yang akan mudik besar, pengen ngacir ke luar negeri pun sama aja.
Wah, serunyaaa ada menjemur jagung segala mbak. Jarang2 nih di perkotaan lihat pemandangan begitu. Masakannya kelihatan lezat semua. Peliharaan juga terawat dengan baik ya. Ga mudik tapi bahagia banget, alhamdulillaah ikut senang.
kalau lebaran kami hari ke dua jalan-jalan sih ke salah satu tempat wisata di kota sebelah tapi agak kecewa karena ternyata tidak sesuai yang diinginkan. hihi.
Kami juga gak mudik mbak, tapi bukan yang pertama kali krn emang seringnnya mudiknya justru gak pas hari raya 😀
Alhamdulillah tetep seru ya masak2 makan2 sama keluarga kecil. Oh nasi jagung kek gtu namanya sego empok?
Jd keinget pernah nyebrang Suramadu rus mampir warung pinggir jalan yg kasi menu mirip kyk gtu 😀
Jadi ingat salah satu kerabat saya yang tidak bisa berlama-lama kalau berkunjung ke rumah kerabat, karena tidak bisa meninggalkan hewan peliharaan. Takut pada mati katanya hehehe
Duh … menu menthoknya menggoda sekali, Mbak. Jadi teringat sama almarhum simbah, kalau mudik selalu dimasakin menthok
Soal jagung dan ternak, ortuku juga ngalami ini. Aku paling bagian jemur sama angkatan aja. Panen ya Ibu Bapak termasuk urusan ternak. Sebelum lebaran, stok pakan mereka kudu ada. Cerita masak bareng anak juga seru. Meski gak mudik, keluarga Mbak tetap merasa asyik
Maaf lahir batin ya
Alhamdulillah kami mudik Mba tahun ini setelah dua tahun gak mudik. Rumah nyah 10 hari bismillah dititip sama Allah saja, hehehe. Kapan mudik ke Bengkulu Mb, semoga diberikan kelancaran rejeki yah. Mayan kalo ongkos sekarng dari Malang ya
wah lagi panen jagung ya mbak, gak apa-apa tunda mudik dulu daripada nanti yg menikmati hasilnya si tikus. Nah itu mbak tetangga ortuku ada yg menitipkan ikan-ikannya untuk dikasih makan, jadi bapakku tiap hari ke rumahnya kasih makan. Kalau aku memang ga punya peliharaan jadi ga khawatir
Wah mentok itu emang paling enak dimasak rica, aku mesti beli kalo pengen masak sendiri. Jaman dulu bapakku punya bebek, mentog, dan ayam. Kalo lebarang juga kayak suamimu, nyembelih sendiri. Sekarang kami pilih yang praktis karen tinggal di kota, gak ada tempat untuk ngerawat ayam apalagi mentog, hihiii. Eh tapi aku pernah sih ngerawat ayam waktu tinggal di rumah sebelumnya karena ada lahan di belakang yang lumayan luas dan ada bapakku yang megang gitu. Kalo suamiku gak telaten ngerawat ayam, anak-anak yang senang bisa ngasih makan ayam tiap hari
Meski tidak mudik tapi keseruan dan kekompakan keluarga sudah terjalin erat itu pastinya. Mudik tidak harus hari raya, kan ya? Masih ada banyak kesempatan. Semangat pastinya
Pengen nginep dirumah kak Naniek..
Rasanya seneng yaah, ada jagung – tinggal petik. Ada ayam, ada telor dan ada ikan.
Semuanya ada dari kebun sendiri.
MashaAllah~
Kak Naniek dan keluarga sungguh rajin sekali. Plus rumahnya luaaaass…
Waah seruu lho kak meski tidak mudik tapi diganti dengan kegiatas yang positif.
Semoga lebaran tahun depan bisa mudik ya maakk
Walopun gak mudik, tapi tetap asyik ya lebarannya. Duh itu makanannya, bikin ngileeer juga. Bikin kepengen nyicip lagi deh makanan-makanan lebaran. 😁
masya Allah, seru banget! bisa panen jagung sebanyak itu dan mengurusi hewan ternak. Wah ini udah mandiri pangan.
nah kalo misal tahun depan mudik, siapa yang bakal mengurus hewan ternak itu mbak? Aku tuh lihat ada orang mudik bawa sangkar burung. Susah juga ya kalo ditinggalin di rumah.
Nyenengin banget sih mbak, punya kebun jagung, punya peliharaan unggas dan ikan. Itu kehidupan impian suamiku banget. Btw, aku penasaran kenapa ngambil lelenya nggak boleh diserok? Takut lelenya stress ya?
Wah asik banget nih ceritanyaa… Emang ya kalo pas lebaran itu pasti selalu ada cerita yang seru abis… Makanannya bikin ngiler banget
Wah, banyak juga mbak panenan jagungnya. Jadi ingat dulu di rumah nenek juga ada aktivitas jemur jagung dan mipili jagung dari bonggolnya. Kalau kegiatannya seru gini, nggak mudik juga tetep asyik mbak. ..
Mbak..saya jadi ingat dulu Bapak saya kalau ke Jakarta seminggu aja sudah ribut minta dibelikan tiket pulang. Kalau Ibu lebih santai. Masalahnya sejak pensiun guru, Bapak punya ayam dan tanduran di kebun belakang rumah. Itu kegiatan Beliau tiap hari. Jadi kalau pergi kepikiran. Mbak saya yang tinggal dekat sana hanya bisa nengokin pagi sore sekalian ngasih makan…eh selalunya ada yang sakit ayamnya pas ditinggal. Saya jadi kesel kalau Bapak (dan Ibu) sebentar dan yang jadi alasan peliharaan.
Tapi kalau dipikir benar juga, mereka tergantung sama kita kan.
Aku baca cerita lebaran keluarga Mbak Nanik jadi ikut senang, panen jagung, ngopeni mentok dan ayam..makan hasil panen dan peliharaan sendiri…Duh, nikmat sekali