desa adat penglipuran

Desa Adat Penglipuran; Desa Wisata Mandiri Inspiratif 2021

Setiap kali berkomentar di blog teman-teman yang menceritakan pengalaman liburan ke Bali, selalu saya selipkan doa semoga suatu saat saya juga bisa berkunjung ke Bali. Karena saya percaya, setiap ucapan, setiap tulisan yang kita buat itu bisa mengandung kebaikan dan doa.

Dan kini, doa itu terwujud. Bukan cuma 1 atau 2 hari saja. Tapi seminggu saya berada di Bali. Walau tetap ya kepergian ke Bali untuk urusan kerjaan. Tapi ini kerjaan penutup tahun yang sangat menyenangkan.

Jadi, saya tuh ditugaskan oleh pak bos untuk ikut diklat. Judul diklatnya adalah Diklat Teknis Sosial Kultural berbasis Kebudayaan. Pas pertama dikasih tahu judul diklatnya, saya merespons dengan kaget dong. Instansi saya kan kerjaannya ngurusi guru teknik, kok saya disuruh ikut diklat sosial kultural. Pak Bos bilang, ini bakal jadi diklat wajib buat ASN, jadi berangkat aja. Baiklah….

Diklat Sosial Kultural Berbasis Kebudayaan

Diklat yang saya ikuti ini berlangsung dari tanggal 13 sampai 19 Desember di Prime Plaza Hotel Sanur. Pesertanya dari Sabang sampai Merauke, semua instansi dibawah kemdikbudristek, total ada 90 orang yang terbagi menjadi 3 kelas. Tapi ternyata tidak seminggu kami dihotel. Kami diajak melihat dan mengenali kehidupan masyarakat sekitar.

diklat sosial kultural
Formasi lengkap kelas angkatan 4

Sosial kultural merupakan kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap ASN. Tujuan penyelenggaraan diklat ini adalah agar kami, para peserta, bisa memahami, menerima terhadap perbedaan, terbuka ingin belajar tentang perbedaan dan mampu bekerjasama dengan individu yang berbeda latar belakangnya.

Hari pertama dan kedua, kami banyak menerima materi dari para pakar di bidangnya. Para budayawan dan sosiolog memaparkan tentang budaya di Indonesia, keberagaman, bhinneka tunggal ika, moderasi beragama dan juga pengenalan budaya Bali. Hari ke tiga baru deh kami keluar hotel, mengunjungi berbagai tempat menarik di Bali.

Kelas saya pesertanya ada 28 orang, dibagi menjadi 2 kelompok. Kebetulan kelompok saya yang berjumlah 13 orang, kebagian untuk mengamati kehidupan di desa adat Penglipuran. Sementara kelompok satunya menuju ke sanggar tari Paripurna.

desa adat penglipuran
Berfoto di areal parkir Penglipuran

Selama 3 hari kami menginap di desa adat Penglipuran, berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Mengamati kehidupan mereka sehari-hari. Tentu saja tetap ada tugas-tugas yang harus kami selesaikan. Tapi diklat luar ruangan gini, beneran menyenangkan lho. Ini diklat serasa piknik.

Mengunjungi Desa Adat Penglipuran

Desa Adat Penglipuran terletak di Kabupaten Bangli. Kami membutuhkan waktu sekitar sekitar 1 jam dari Prime Plaza Hotel Sanur untuk sampai di desa Adat Penglipuran. Eh ini sudah ditambah kami harus berbalik arah ya, karena sopir yang membawa kami salah mengambil belokan, sehingga kami tersesat. Untungnya nggak terlalu jauh nyasarnya.

Pagi yang sangat cerah, sekitar jam 8 lewat dikit kami tiba di Desa Adat Penglipuran. Langit biru dengan awan putih di beberapa bagian, waktu yang pas untuk menikmati suasana Penglipuran. Jalanan sepi membuat kami leluasa untuk berfoto tanpa ada obyek orang lewat di belakang. Menurut Ketua adat Penglipuran, sebelum pandemi, kunjungan ke sini bisa mencapai 1000 orang per harinya. Dan sejak dibuka kembali bulan September kemarin, kunjungan perhari rata-rata sekitar 300 an. Kebayang kan orang sebanyak itu mengunjungi desa kecil ini, pasti deh susah buat nyari tempat sepi untuk berfoto.

desa adat penglipuran
Jalan utama desa adat Penglipuran

Area parkir berdekatan dengan Pura. Saat kami sampai, nampak ada beberapa perempuan berpakaian adat Bali membawa besek berukuran besar menuju Pura. Ada yang dibawa menggunakan kedua tangan, ada yang membawanya dengan meletakkan diatas kepala. Sepertinya mereka mau bersembahyang.

Di depan Pura beberapa pemuda sedang bergotong royong. Ada yang merangkai janur, ada yang mendirikan bambu untuk menjadi tiang. Entah untuk kegiatan apa. Kami hanya menyapa, permisi mau lewat, tanpa bertanya mereka sedang mengerjakan apa. Iyalah, kalau kami kebanyakan tanya, ntar kerjaan mereka jadi terganggu. Oh iya, para pemuda itu mengenakan penutup kepala, udeng. Untuk bawahannya mereka mengenakan kain khas Bali.

Setelah puas berfoto, kami lalu menuju bale banjar. Di sana kami di sambut oleh Bapak Nengah Muneng selaku ketua adat di Penglipuran dan juga Bapak I Nengah Wikrama, Sekdisdikpora kabupaten Bangli. Sudah ada teh, kopi dan kudapan juga. Jadi kami dipersilakan ngopi terlebih dahulu sebelum memperoleh penjelasan berkaitan dengan kegiatan kami di Penglipuran.

Perkenalan Unik dan Pembagian Kelompok

Selesai menikmati secangkir kopi dan kudapan, kami lalu duduk di kursi yang telah disediakan. Pak Wikrama lalu meminta kami untuk memperkenalkan diri dan menyebutkan hobi masing-masing. Tapi hobinya harus pilih satu diantara 3 yang Beliau tentukan, yaitu menari, menyanyi atau bermain musik.

Hihi… ini sih pemaksaan ya. Dan diantara kami bertigabelas ini, masih aja bandel menyebutkan hobinya, tentu saja selain 3 pilihan yang sudah ditetapkan itu. Saya sendiri nggak bisa menyanyi, nggak bisa nari, tapi suka dengerin musik. Ya udahlah, saya sebutkan saja kalau hobi saya ini musik.

Kegiatan pembelajaran

Berdasarkan pilihan hobi ini kami lalu dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok harus membuat yel-yel. Tentu saja yel-yelnya berkaitan dengan nama kelompok. Sekeha egel, kelompok tari maka yel-yelnya harus dengan tarian. Sekeha santi, kelompok penyanyi maka yel-yelnya harus dengan nyanyian. Sekeha tabuh, kelompok musik, maka yel-yelnya harus dengan bunyi alat musik.

Karena kami kesulitan untuk membuat yel-yel, akhirnya pak Wikrama kasih yel-yel buat masing-masing kelompok, dan bisa ditambah-tambahi sendiri sesuai kesepakatan kelompok.

Mengenal Budaya Bali

Usai perkenalan, pak Wikrama memberikan pemaparan mengenai Kabupaten Bangli dan juga budaya Bali. Banyak istilah dan pengetahuan baru yang saya dapatkan setelah menyimak pemaparan Beliau.

I Nengah Wikrama, Sekdisdikpora kab Bangli

Dari sekian banyak sistem nilai budaya Bali, hanya satu yang sering saya dengar, yaitu subak. Apakah Anda juga demikian? Jika iya, yuk sama-sama belajar mengenai sistem nilai budaya Bali ini, supaya pengetahuan kita bertambah banyak. Saya arti dari beberapa istilah itu disini.

Banjar adalah susunan masyarakat adat terkecil di Bali. Kalau di Jawa setara dengan dusun. Diatas banjar ada desa adat (desa), lalu majelis alit (kecamatan). Selanjutnya ada majelis madya (kabupaten) dan majelis agung (propinsi).

Subak merupakan organisasi masyarakat Bali dalam bidang pertanian, berhubungan dengan pengairan (irigasi) baik untuk sawah basah maupun kering (ladang).

Sekaha merupakan kelompok dalam desa adat yang membidangi bidang tertentu. Contohnya sekaha pecalang, santi, tabuh.

Ngoopin yaitu membantu tetangga yang sedang mempunyai acara/hajat. Kalau dalam tradisi di kampung halaman saya, namanya rewang.

Menyamabraya artinya setiap pekarangan terdapat jalan kecil menuju rumah tetangga. Jadi kalau butuh bantuan pada tetangga, bisa cepat sampai rumahnya. Bermanfaat terutama buat ibu-ibu nih, lagi masak ternyata ada bumbu yang habis, bisa segera lari ke tetangga buat minta bumbu. Nggak perlu repot ketuk pintu pagar rumah.

Mati lesang raga bermakna menampilkan diri apa adanya. Nggak memaksakan diri untuk tampil wah dihadapan orang lain.

Nah itu beberapa istilah dalam sistem nilai budaya Bali. Semoga Anda juga jadi makin tahu ya. Masyarakat Bali tak bisa lepas dari upacara adat, pengorbanan suci, yang terbagi menjadi 5 jenis, dikenal dengan nama panca yadnya. Semua upacara adat ini menuntut untuk dilaksanakan secara ikhlas dan terkadang membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya.

  1. Dewa yadnya, upacara adat yang ditujukan untuk Tuhan
  2. Buta yadnya, pengorbanan suci yang ditujukan bagi makhluk selain manusia.
  3. Rsi yadnya, penghormatan kepada orang suci
  4. Manusa yadnya, upacara-upacara yang ditujukan bagi manusia/warga masyarakat. Misalnya upacara untuk bayi yang baru lahir, upacara potong gigi, upacara pernikahan.
  5. Pitra yadnya, upacara untuk memberi penghormatan kepada orang yang meninggal (mendem, ngurug, ngaben).

Mengenal Tata Nilai Desa Adat Penglipuran

Penglipuran dideklarasikan sebagai desa wisata berbasis kemasyarakatan pada 15 Desember 2012, tepat 9 tahun yang lalu. Hingga kini, Penglipuran tetap berkomitmen menjadi community based tourism. Artinya pariwisata harus bisa mensejahterakan bangsa, jangan sampai merusak budaya, ekonomi dan juga lingkungan. Bahkan, 7 Desember 2021 kemarin, Penglipuran menerima penghargaan sebagai desa wisata mandiri inspiratif. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi warganya.

Jika Anda melihat foto saya diatas yang berlatar belakang jalan utama desa adat Penglipuran, tampak rumah di kiri kanan jalan itu bentuknya seragam. Rumah-rumah ini termasuk wilayah balai konservasi dalam tata ruang Penglipuran.

Setiap rumah memiliki 4 unsur utama. Pertama adalah angkul angkul yaitu gerbang masuk beratap bambu. Setiap rumah harus memiliki sanggah di bagian depan, sebagai tempat untuk beribadah. Yang ketiga adalah dapur tradisional, sementara unsur ke empat adalah balai saka enam. Dibagian belakang, baru deh bangunan/ruangan rumah modern.

angkul-angkul
angkul angkul

Jadi kalau rumah yang biasa saya kenal itu, buka pintu pagar, lalu tempat parkir mobil itu adalah bagian depan rumah. Sedangkan di panglipuran ini, tiap rumah memiliki 4 pintu. Pintu depan untuk keluar rumah ke jalan utama menuju tempat ibadah. Pintu belakang untuk masuk kendaraan (motor/mobil). Pintu samping kanan dan kiri untuk menuju ke rumah tetangga.

Penasaran nggak, gimana caranya masyarakat melakukan upaya pelestarian budaya dan tradisi di desa adat Penglipuran ini?

Nengah Muneng, Ketua Adat Penglipuran

Pak Nengah Muneng, menjelaskan bahwa ada edukasi sejak dini pada penduduk Penglipuran. Dari anak usia TK hingga SD ada lembaga yang memberikan edukasi. Kemudian kelompok anak SMP sampai sebelum menikah, ada lembaga lain lagi yang memberikan edukasi. Selain itu, semua warga ikut dilibatkan dalam upacara adat, sesuai bidang tugasnya.

Sejak kecil anak-anak Penglipuran terbiasa mengenakan busana adat bali

Ngomongin masalah upacara adat, pas banget saat saya ke sini, di sore harinya ada upacara adat Buda Kliwon Pahang.

Upacara Adat Buda Kliwon Pahang.

Jadi rupanya, para pemuda yang sedang bergotong royong di depan Pura tadi pagi itu sedang mempersiapkan keperluan untuk upacara ini. Sorenya saat kami ke sana, janur-janurnya terangkai indah banget lho. Tentu saja kami tak lupa untuk mengabadikannya dengan jepretan kamera.

desa adat Penglipuran
gadis Bali
Bersama para gadis Bali
Bersama para pecalang (masker dibuka saat berfoto saja)

Upacara adat Buda Kliwon Pahang merupakan upacara yang yang menandai akhir dari proses perayaan Galungan dan Kuningan. Upacara ini bertujuan untuk memohon keselamatan diri, masyarakat dan dunia. Selain itu juga untuk membersihkan semua bekas-bekas upacara, seperti penjor, treptepan (sanggar darurat yang terbuat dari bambu) dan yang lainnya. 

Penjor-penjor yang menghiasi luar pekarangan rumah akan dicabut pada hari suci ini. Daun-daunan yang menjadi penghias penjor ini akan dibakar. 

Upacaranya sendiri dilaksanakan di dalam Pura, jadi kami tak bisa menyaksikan. Kami menunggu ngerebeg, yaitu mengarak barong keluar dari Pura dan beriringan sepanjang jalan utama desa adat Penglipuran. Tapi karena cuaca tak mendukung, hujan deras lalu reda berulangkali, acara ngerebeg ini tidak dilakukan. Persembahan dibawa oleh warga menuju Pura.

warga membawa persembahan menuju Pura
Gerbang pintu masuk Pura. Di dalam sana sedang berlangsung upacara

Malamnya ada pertunjukan tari calon arang, yang menggambarkan pertempuran antara kebaikan melawan kejahatan. Saya nggak nonton pertunjukan ini, soalnya sudah ngantuk banget, mana diluar juga gerimis. Jadi menarik selimut adalah pilihan terbaik.

Tapi ternyata saya malah susah tidur. Akhirnya buka laptop dan jadi begadang deh. Ngerjain tugas yang diberikan oleh pak Wikrama dan juga bikin tulisan ini. Padahal tugasnya tuh nonton pertunjukan tari calon arang. Nah lho, nggak ada streaming, nggak ke sana juga. Kalau cuma di kamar gimana bisa nonton?

Tenang, ada teman seperjuangan yang menyaksikan ke sana, terus dia kirim beberapa videonya ke group wa. Walau video singkat, tapi kan saya sudah nonton juga. Jadi tugas bisa terselesaikan tanpa harus ke sana. Walau sebenarnya saya merasa rugi juga sih, sudah nginap disini tapi nggak menyaksikan secara langsung.

tari calon arang

Dari kamar, saya juga bisa mendengar sayup-sayup dialog yang terjadi dalam pertunjukan tari itu. Pengen ke sana, tapi teman-teman serumah sudah tidur. Induk semang saya juga nggak ada, pastinya sudah disana semua. Mau keluar ke sana sendiri, takut kalau nanti dijalan ketemu anjing.

Hingga lewat tengah malam, namun suara dari arena pertunjukan tarian Calon Arang masih terdengar. Memang tadi saat bertanya pada beberapa warga, mereka bilang kalau acaranya tuh bisa sampai dini hari.

Ok berhubung sudah lewat tengah malam, saya pun sudah mulai mengantuk, saya akhiri dulu cerita pengalaman hari pertama kami berada di desa adat Penglipuran. Masih banyak kisah tentang Penglipuran yang belum saya tuliskan. Tunggu di part berikutnya ya.

Baca yang ini juga

52 thoughts on “Desa Adat Penglipuran; Desa Wisata Mandiri Inspiratif 2021

  1. Duuuuh mbaaaa, ini juga salah satu tempat yg pengeeeen aku datangin kalo ke Bali 😄. Sukaa banget liat suasana lingkungannya. Aku sampe pernah ngayal, bisa tinggal di lingkungan rumah begini 👍.

    Adat budaya Bali memang selalu menarik untuk diketahui. Dan salut Ama toleransi yang kuat di sana

    1. Disiplin mereka itu kuncinya. Ditambah mereka sangat patuh pada adat istiadat. Jadi kondisi perkampungan dan kehidupan bisa dikondisikan

  2. Paling seneng kalo berkunjung ke daerah lain itu ya ke desa2nya gitu. Penglipuran ini bolak balik muncul di IG dan sukses bikin aku tersugesti pingin kesana. ya Allaah semoga bisa kesana beneran. Aamiin….

  3. Senangnya Bali sekarang sudah mulai membuka diri untuk wisata dan kegiatan lainnya. Semoga bisa memiliki kesempatan main ke Bali lagi nih. Waktu ke Panglipuran saya dan anak juga teman-teman blogger main ke belakang kampung nya, ke kebun bambu spot fotonya bagus banget, alami

  4. Saya suka banget dengan desa Penglipuran ini dan rencana akan balik mengunjungi desa ini. InshaAllah akan berada di Bali dalam minggu ini juga. Rasanya belum puas berfoto dan bersosialisasi karena waktu berkunjung dulu, hujan terus. Jadi gak sempat berkomunikasi dengan masyarakat setempat.

    FYI, makasih banget untuk banyak pengetahuan dan istilah-istilah adat yang sudah dipaparkan di atas. Saya jadi tambah pengetahuan. Khususnya tentang sosial budaya Bali.

  5. Kirain bisa hobinya jadi, ya saya suka mendengarkan musik tapi buat jadi penyemangat aja pak menulis di blog eeeaaa..

    Senangnya mbak Nanik jalan² manis terkabulnya harapan, dan bener mbak kalau doa dan menulis yang baik aja biar feedback ke kitanya juga baik ya

  6. Masya Allah. Alhamdulillah. Tercapai cita untuk mengunjungi Bali ya mbak, bahkan sampai seminggu. Saya senang baca tulisan ini, juga liat fotofotonya, luruh rindu saya pada Desa Penglipuran ini. Dulu kagum pada desa wisata ini, karena dinobatkan sebagai salah satu dari 3 desa terbersih di dunia. Pas ke sana, ga heran kalau dinobatkan begitu, karena memang bersih, rapi, tenang, dan kental dengan budaya asli Bali.

  7. Menyenangkan tentunya mempelajari adat secara langsung ke masyarakat yg menerapkannya sehari-hari. Desa adat Panglipuran tentunya salah satu desa ya, tentu ada juga desa-desa yang lainnya. Kerenlah pokoknya.

  8. Wah ini desa di Bali yang terkenal itu ya Bun. Aku juga cuma suka liat di postingan temen yang pada ke sana. Kalau gitu aku mau kayak Bunda ah, berdoa semoga aku dan keluarga kecilku bisa jalan jalan ke sana suatu hari nanti. Aminin ya bun hihihi 😂

  9. Salah satu destinasi yang pengen banget aku kunjungin, berharap banget bisa tinggal di desa yang seperti ini. Sepertinya menyenangkan. Kebayang nggak sih, berabad silam, hampir semua wilayah Nusantara menerapkan sistem masyarakat yang seperti ini, pantes aja nenek moyang kita masa lalu sangat makmur dan bahagia.

  10. Saya penasaran kenapa Desa Panglipuran dipilih sebagai subjek Diklat Teknis Sosial Kultural berbasis Kebudayaan, apa karena desa ini masuk dalam daftar desa terbersih di dunia ya mbak? Atau lebih karena Bali sebagai Pulau Dewata di mana orang-orang lebih mengenal Bali timbang Indonesia itu sendiri ya.
    Karena kalau berbicara soal budaya, Indonesia ini super kaya dengan ragam kebudayaannya

  11. Mbaa, beneran aku lebih ngeh ya soal Subak aja 😃. Ternyata banyak istilah atau budaya suatu daerah yang harus kita tahu ya. Dan datang ke acara kayak gini beneran nambah ilmu.

  12. cantik banget ya Desa Penglipuran di Bali tuh, beberapa kali lihat ulasannya dan selalu suka sama foto2 dan cerita yang ada di Desa tersebut. Bali tuh beneran yaa sangat menanamkan adat banget dari anak2 kecil pun, salut

  13. MasyaAllah terkabul ya mbak keinginannya 😀
    Aku belum pernah nih ke desa adat ini soalnya kyknya heits saat kita dah dewasa.
    Aku justru pas kecil beberapa kali ke Bali krn kantor bapakku dulu sering ajak karyawan sekeluarga ke sana. Pas udah dewasa malah blm pernah ke sana lagi.
    Semoga saat ada rezeki ke sana bisa main juga ke desa ini aamiin 😀

  14. Seneng banget, kak…bisa menghadiri diklat di Desa Adat Penglipuran, Bali.
    Melihat semuanya, rasanya memang benar kalau dijadikan tempat wisata yang memperkenalkan budaya masyarakat Bali dengan utuh.
    Cantiknya…anak-anak gadis Bali yang kesehariannya menggunakan baju adat. Jadi terlihat anggun dan sederhana.

  15. wah seminggu di Bali? pasti seru banget ya mbak
    Selain bisa jalan jalan sambil kerja, juga bisa berburu konten blog ya mbak
    ceritanya bisa ditulis di blog deh

  16. Aku udah ke desa panglipuran mbak sama suami. Dan memang masih terjaga banget sih adatnya. Mulai dari rumah, makanan khas, tata letak bangunan, acra adat, baju sehari hari, dan masih banyak lagi. Mereka juga ramah2

  17. Wah, senengnya.. seminggu di Bali. Bisa menikmati dan mempelajari budaya dan ada di sana. Terutama di Desa Panglipuran. Desa ini bener-bener punya khas yang luar biasa nih.

  18. Seminggu di bali dan belajar budayanya? Wah, ini mah bener-bener berkah, Mbak. Penglipuran sendiri merupakan salah satu desa yang sangat ingin saya kunjungi jika ada kesempatan. Entah mengapa saya tertarik sekali dengan budaya di sana. termasuk mempelajari kultur masyarakatnya.

  19. Wuahh menarik banget Mbak pengalamannya.. aku baca detail sampai selesai lho.. saking menariknya tulisan ini. Hihi.
    Desa Penglipuran ini menarik banget baik dari tampilannya maupun adat dan budanyanya, ya.. ini belum semua dituliskan, wah gimana lengkapnya.. haha.
    Cantik banget desanya 🙂

  20. wah mbak nanik udah sampai sini saja, bisa bekerja, belajar budaya sekaligus berwisata ya mbak. Ke Bali ini masih jadi kota impian buat wisata sama keluarga deh. pengen ke sini juga

  21. Aku ikutan mbak Nanik ah, berdoa saat membaca post ini biar bisa ke Bali sekeluarga aamiiiin

    Emang ya Bali selalu menarik untuk dikunjungi. Apalagi setelah tahu bahwa di sana edukasi untuk anak hingga remaja itu ada plus adat istiadatnya penuh dengan ilmu, mulai dari pengenalan kultur hingga tata krama ke orangtua

  22. Insya Allah mudah-mudahan aku dan keluarga bisa ke Bali, bagi orang banyak mungkin bali memiliki pesonal alam yang indah untuk berwisata tapi bagi saya Bali itu memiliki budaya yang unik, seperti yang terlihat di visual foto Desa Penglipuran, salah satu Desa konservasi karena keunikan desa serta adat istiadatnya.

  23. Ini berkah yang luar biasa, kerja alias pelatihan sambil jalan-jalan. Apalagi tinggal selama sepekan pasti banyak hal yang bisa dieksplor.
    Kapan yah saya ke Bali juga. Menghayal jading mbak.

  24. Doanya dikabulkan dengan cara yang unik ya mbak… Kerja rasa piknik ini mah… Senengnya… Desa panglipuran ini memang unik ya. Bersih dan asri. .

  25. Wah, senang sekali ya, mba. Akhirnya bisa ke Bali. Sambil bekerja, menambah pengetahuan dan wawasan, serta liburan tentu saja. Bali memang tempat yang sangat menyenangkan dan bikin kerasan. Dulu saya ke Bali selama 3 hari 2 malam saja rasanya sangat sangat kurang. Penginnya bisa berlama-lama disana paling tidak sebulan deh sampai puas namun waktu dan biaya belum memungkinkan hehehe..

  26. Senangnya kerja sambil wisata juga apalagi lagi pandemi kaya gini ya, Mbak. Btw, aku penasaran ingin ke Desa Adat Penglipuran juga. Semoga nanti ada kesempatan buat ke Bali lagi dan nyiapin list ke sana

  27. Aku kalau ke Bali pengen juga ke Desa ini. Soalnya temen banyak banget yang cerita disini keren. Pasti seru banget dan banyak mengenal adat di desa Penglipuran ya mba. Doakan aku bisa kesitu juga mba. Amin

  28. Ini berkah yang luar biasa, kerja alias pelatihan sambil jalan-jalan. Apalagi tinggal selama sepekan pasti banyak hal yang bisa dieksplor.
    Kapan yah saya ke Bali juga. Menghayal jadinya mbak.

  29. Aku takjub mbak waku berkunjung ke desa adat penglipuran, apalagi waktu diceritakan hukum adatnya tentang poligami.
    Asyik ya diklatnya berbasis kebudayaan kaya gini, dapat ilmu & jalan-jalan juga

  30. Senang ya belajar langsung tentang adat-istiadat dan budaya Bali tentunya kita harus bisa bertoleransi dan mendukung apabila budayanya itu itu tentunya saling berkaitan untuk menjaga kan keamanan dan ketertiban

  31. Disebut Subak, aku jadi ingat subak juga ada di Korea yang artinya buah “semangka” hihi..
    Melihat kealamian Desa Adat Penglipuran ini membuat kita sebagai generasi muda menyadari pentingnya regenerasi budaya dan adat dengan membentuk atmosfer yang sesuai.

  32. Desa adat Penglipuran, destinasi impianku juga.
    Enaknya ke sini bareng teman seperjalanan yang satu visi misi, karena pasti sedikit-sedikit cekrek, cekrek.

    Saat membaca artikel ini aku juga membuka tab baru, cari tahu lebih banyak lagi tentang desa adat Penglipuran.

    Menparekraf Sandiaga Uno bahkan merekomendasikan Penglipuran lho.
    Berarti, sesuatu banget dong yak!
    Tambah kepo, fix!

  33. Pengalaman yang sangat berharga, Mbak. Nggak cuma dapat ilmu dari pelatihannya, masih ditambah dapat rekreasi dan belajar budaya lokal. Bagian terakhir itu yang paling saya suka. Karena mempelajari kebiasaan masyarakat lokal itu such an amazing things buatku. Merasa amaze aja karena masih satu bangsa dan negara tapi tradisi dan cara hidup sudah berbeda. Emang negeri kita ini kaya dengan tradisi dan budaya yang menajdi ciri khasnya.

  34. Fotonya bikin iriii, ke Penglipuran dalam keadaan yg sepi dan bisa foto2, hahahaha. Aku ke sana, ya ampun foto dengan background orang malahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: