Digital marketing

Digital Marketing bagi Pelaku Ekonomi Kreatif

Digital marketing makin disadari pentingnya bagi pelaku UMKM. Jaman digital, maka pemasaran pun mulai menyasar ke digital juga. Bagaimana penerapan digital marketing bagi pelaku ekonomi kreatif? Apa sih bedanya UMKM dengan ekonomi kreatif?

Mengenal SubSektor Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif, atau biasa di singkat menjadi ekraf diwadahi dalam satu kementerian, bersama dengan sektor pariwisata. Berarti ekonomi kreatif ini merupakan sesuatu yang penting bagi rakyat Indonesia. Tahu kah Kamu, apa sih yang dimaksud dengan ekonomi kreatif itu?

Bidang ekonomi pada akhirnya berkembang sampai di taraf ekonomi kreatif. Di mana kreativitas menjadi hal yang utama dalam pengembangan ekonomi, apalagi saat ini kita masih hidup melawan pandemi, tentunya kreativitas dan inovasi-inovasi baru harus terus bertambah mengingat kita semua harus menyesuaikan hidup dengan keadaan.

Ekonomi kreatif merupakan proses ekonomi yang termasuk kegiatan produksi dan distribusi barang serta jasa di dalamnya yang membutuhkan gagasan dan ide kreatif serta kemampuan intelektual dalam membangunnya. Merujuk pada web kemenparekraf, terdapat 17 subsektor ekonomi kreatif

  1. Pengembangan permainan
  2. Kriya
  3. Desain interior
  4. Musik
  5. Seni rupa
  6. Desain produk
  7. Fesyen
  8. Kuliner
  9. Film, animasi dan video
  10. Fotografi
  11. Desain Komunikasi Visual
  12. Televisi dan Radio
  13. Arsitektur
  14. Periklanan
  15. Seni Pertunjukan
  16. Penerbitan
  17. Aplikasi

Bimtek Digital Marketing bagi Pelaku Ekonomi Kreatif

Kegiatan bimtek digital marketing bagi pelaku ekonomi kreatif diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan, Kemenparekraf. Berlokasi di ruang Mahameru, hotel Aria Gajayana Malang, 23 Maret 2022.

Narasumber dalam kegiatan ini adalah M Hafidullah, Bisnis Advisor Incubator Business Ruang 412 yang telah berpengalaman selama 15 tahun mendampingi 3 brand internasional, 33 brand nasional dan 11 brand lokal.

hafidullah Ruang 412

Pas daftar acara ini saya sebenarnya ragu, soalnya kan saya nggak punya produk, akun media sosial juga akun pribadi, udah jarang update pula. Sementara di form pendaftaran ada syarat menunjukkan portofolio produk. Jadi pendaftaran di tutup jam 12, jam 11 an saya baru isi form. Untuk portofolio produk, saya tuliskan saja alamat blog ini.

Alhamdulillah, ternyata lolos termasuk dalam 100 pelaku ekonomi kreatif yang diundang ke acara ini. Kalau menurutmu, narablog itu masuk di kategori yang mana diantara 17 Subsektor ekonomi kreatif itu?

Digital Marketing after the Pandemic

Digital Marketing after the pandemic adalah judul besar materi yang disampaikan oleh Pak Hafid.

Beliau mengawali pemaparannya dengan menayangkan beberapa peristiwa yang baru-baru ini ramai menyedot perhatian rakyat Indonesia. Kalau menyebut Lombok, saat ini fokus masyarakat langsung tertuju ke Mandalika. Sementara itu, Mandalika identik dengan MotoGP. Kira-kira sampai berapa lama Lombok identik dengan Mandalika ini akan melekat di benak masyarakat?

Nah, bagi pemilik brand, harus memikirkan berapa lama konsumennya akan ingat pada produk yang dia miliki. Karena produk yang sama, jika ditanyakan pada orang yang berbeda, bisa jadi jawabannya akan berbeda. Bagi sebagian ibu rumah tangga, kalau ditanyakan sabun cuci, langsung jawab Rinso. Sebagian lagi mungkin akan menjawab Soklin. Ini bukan iklan ya, ini hanya contoh saja.

Jawaban yang berbeda ini, karena branding dan user experience yang berbeda pula. Yang menjawab Soklin bisa jadi karena kalau mencuci pakai Rinso itu tangannya panas. Yang menjawab Rinso bisa jadi karena busanya banyak dan cuciannya lebih bersih.

Sebuah brand, apabila sudah melekat dalam benak masyarakat, maka akan menggantikan/mengaburkan sebuah produk sesuangguhnya. Misalnya, setiap kali mau beli minuman air putih dalam kemasan, masyarakat selalu bilang beli aqua. Walaupun kadang nggak ada merk aqua dijual di warung yang dituju, yang ada vit, Le minerale atau mungkin brand lokal lainnya. Tapi tetap saja air mineral dalam kemasan itu identik dengan Aqua.

Ini bukan iklan lagi lho ya, cuma contoh. Susahnya jadi blogger gini ya, kalau sebut merk ntar dikirain sponsored post.

Triple Disruption di Indonesia

Disruption (disrupsi), sudah kenal kan ya dengan istilah ini. Saya pertama kenal istilah ini saat membaca tulisannya Rhenald Kasali. Disrupsi adalah sebuah masa dimana ada inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental sehingga mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru. Akibatnya pemain yang masih menggunakan cara dan sistem lama kalah bersaing.

Menurut Rhenald Kasali, ada lima hal penting dalam disruption.

  1. Disruption akan berakibat penghematan banyak biaya melalui proses bisnis yang menjadi lebih simpel.
  2. Disruption akan membuat kualitas apapun yang dihasilkannya lebih baik ketimbang yang sebelumnya.
  3. Disruption berpotensi menciptakan pasar baru, atau membuat mereka yang selama ini ter-eksklusi menjadi ter-inklusi. Membuat pasar yang selama ini tertutup menjadi terbuka.
  4. Disruption akan menghasilkan produk/jasa yang jauh lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para penggunanya.
  5. Disruption membuat segala sesuatu kini menjadi serba smart. Lebih pintar, lebih menghemat waktu dan lebih akurat.

Menurut Siswo Hadi, ada tiga disruption yang terjadi di Indonesia, yaitu digital. millenial dan pandemic disruption

Digital Disruption

Segala hal berubah, mengarah ke pemanfaatan dunia digital. Saya masih ingat betul, dulu waktu awal kerja, 2005, kalau ada tugas ke Jakarta tuh seneng banget karena bisa ngerasain naik taksi dari bandara ke hotel tempat kegiatan. Soalnya kan di biayai kantor, kalau di waktu luang sela-sela bertugas pengen jalan-jalan, naiknya bajai. Kala itu, yang bisa naik taksi itu kesannya orang-orang berduit.

Lalu mulailah kenal Gojek dengan Gocarnya. Sekarang bertugas ke kota manapun, yang sudah ada layanan Gocar, mau kemana-mana naik mobil mudah saja mudah saja.

Kalau dulu di hp saya menyimpan nomor kontak beberapa pool taxi di Malang, kalau butuh harus nelpon pool terlebih dahulu, baru dicarikan armadanya sama operator. Nggak ada konfirmasi sudah dapat taxi atau belum, menunggunya nggak bisa memantau, taxinya udah mulai jalan menjemput atau belum, sudah sampai mana. Sudah naik taksi, mata nggak bebas menikmati suasana jalanan di luar, soalnya fokus memandang ke arah argo, sambil berhitung uang didompet cukup atau tidak. Saat membayar kadang sopirnya nggak ada kembalian, menunggu dia menukar uang terlebih dahulu, atau diikhlaskan saja kembaliannya.

Sekarang, lewat aplikasi, kita bisa memantau mobil yang dipesan sudah bergerak menjemput atau belum, bisa memantau sudah sampai mana, biayapun sudah tertera dengan jelas di aplikasi. Bayarnya bisa cashless.

Milenial Disruption

Generasi milenial kini menjadi penentu perubahan. Kepuasan tertinggi generasi milenial adalah saat bisa berbagi pada orang lain. Sedang piknik ke pantai, cekrek lalu upload di media sosial. Makan bakso, cekrek lalu uplod di media sosial.

Kalau ada lokasi wisata baru, rumah makan baru, tempat nongkrong baru, maka generasi milenial akan berlomba untuk menjadi yang pertama membagikan di media sosial. Menuliskan caption, mungkin juga disertai reviewnya.

Nah, kalau dulu orang disebut berpengalaman itu kalau sudah pernah membeli, mencoba, memakai produk untuk waktu yang lama. Sekarang cukup dengan membaca review saja.

Sudah banyak orang lain yang mengulas sebuah produk, membagikan di media sosial. Dari ulasan-ulasan itu, anak-anak milenial bisa membuat rangkumannya, membuat review produk versi dia. Membuat review dari hasil review! Padahal belump pernah membeli dan memakai produknya.

Sehingga trend pemasaran ke depan adalah community marketing, dengan memanfaatkan jasa para influencer.

RANS entertainment, kenal dong ya dengan nama ini. Produknya banyak juga lho, dari mulai hiburan, fashion dan juga camilan. Sebagian besar bukan produk Raffi Ahmad sendiri, tapi konsinyasi.

Ajaklah orang yang berpengaruh, memiliki banyak massa untuk berkolaborasi dengan usaha Anda

Pandemic Disruption

Pandemi Covid-19 ini walau banyak membatasi ruang gerak aktivitas kita, namun harus diakui membawa perubahan positif juga. Teknologi akhirnya lebih cepat tersebar hingga ke desa. Transaksi secara online menjadi kebiasaan baru.

pandemic disruption

Ingat kan dengan iklan salah satu marketplace, layanan COD bisa sampai ke sawah di desa, bahkan juga ke kaki gunung. Pas pertama saya lihat iklan itu, ah iklannya ngapusi, lebay, masa bisa sampai ke kampung gitu.

Tapi kini, pelan-pelan hal itu terjadi!

Kenapa UMKM harus Go Digital?

Ya, karena sekarang ini jamannya digital! Sehingga memang sudah masanya UMKM go digital.

Saat sedang di ruang tunggu stasiun ataupun bandara, saya suka mengamati orang-orang di sekitar. Sebagian kecil mengobrol, ada yang melamun, ada yang sebentar-sebentar ngecek hp. Nah sebagian besar nih nunduk, memandang ke layar handphone. Semua orang terhubung ke internet, setiap hari, setiap saat.

Apalagi sejak pandemi ini, hampir setiap rumah ada handphone yang terkoneksi internet. Bahkan ada yang satu orang memiliki handphone lebih dari satu. Cafe yang menyediakan koneksi wifi gratis bakal lebih banyak pengunjungnya di banding cafe yang tak memiliki wifi.

Jumlah pengguna media sosial pun meningkat jumlahnya. Waktu untuk mengakses media sosial pun cukup banyak dialokasikan oleh masyarakat. Hayo… siapa yang lagi bikin draft tulisan blog, lalu stuck dan akhirnya pindah scroll media sosial? Terus keasyikan, hingga tersadar bahwa waktu buat scroll media sosial lebih lama dibanding menyelesaikan draft tulisan. Atau malah draft tulisan malah nggak selesai.

digital marketing

Dengan digital marketing, sebenarnya biaya pemasaran jadi lebih murah lho. Kalau sebelumnya harus sewa tempat buat usaha, biaya cetak brosur, bayar jasa foto produk, biaya pasang iklan di koran/majalah. Kini semua itu tak dibutuhkan lagi, yang dibutuhkan adalah kuota internet.

Usaha kuliner warung makan pun, kini nggak harus punya tempat fisik bangunan warung lho. Dengan adanya cloud kitchen.

Buat Produk Anda Ada di Google!

Google sudah lama jadi andalan untuk mencari jawaban terhadap setiap hal yang dipertanyakan orang. Bahkan kini tak hanya lewat teks kita bisa bertanya pada google, bisa lewat suara. Anak-anak saya malah sering minta di kasih lelucon ke google, minta di kasih pantun, ngobrol sama google assistant.

Berdoa belum tentu di jawab, tanya pada google pasti di jawab

Trend penggunaan internet yang pertama adalah mencari informasi. Jadi Anda harus memastikan produk Anda ditemukan orang di mesin pencari. Mesin pencari yang banyak digunakan saat ini adalah google.

Trend penggunaan internet

Pernah iseng nggak menuliskan nama lengkap di pencarian google? Kalau belum pernah, coba deh dilakukan sekarang.

Gimana, apakah namamu ada di halaman pertama?

Pak Hafid lalu mengajak peserta untuk mengetikkan nama brand produk mereka di pencarian google. Banyak yang teriak nama brand produknya ada di halaman pertama.

Tahap selanjutnya, diminta mengetikkan nama produk, apakah tetap ada dihalaman pertama, atau malah ada di halaman ke sekian?

Misalnya nih, pertama saya ketik keripik tempe keluarga Nara sebagai nama brand saya. Kayaknya nggak ada duanya deh, maksudnya belum ada yang pakai brand ini. Kalau misalnya saya sering upload foto di media sosial, pernah bikin tulisan di blok tentang keripik tempe keluarga Nara, maka pasti bakal muncul di halaman 1 pencarian google.

Lalu kata kuncinya di ubah, menjadi keripik tempe. Bisa jadi nama brand saya ini nggak ada di halaman pertama. Katakanlah terlempar dan muncul di halaman 4.

Terus kata kuncinya di ubah lagi, keripik oleh-oleh khas Malang. Atau lebih umum lagi, oleh-oleh khas Malang. Wah bisa-bisa keripik tempe keluarga Nara nggak bakal muncul di pencarian google.

Beriklan di Media Sosial

Pelaku ekonomi kreatif harus mengalokasikan dana untuk beriklan di media sosial. Bisa FB ads atau IG ads. Biayanya di masukkan ke komponen harga produk. Misalnya kalau dulu dalam penentuan harga jual produknya itu ambil margin keuntungan 30%, kurangi dikitlah. Ambil keuntungannya 20% saja, yang 10% dialokasikan untuk biaya beriklan di media sosial. Dan ini harus dilakukan secara konsisten ya. Walau penjualan sudah naik, jangan berhenti beriklan.

digital marketing
Trend penggunaan media sosial

Untuk pembuatan konten pengenalan produk di media sosial, pak Hafid menyarankan menggunakan tiktok di banding instagram. Karena algoritma Tiktok lebih memungkinkan untuk mendapatkan lebih banyak pemirsa di banding instagram. Kalau di Tiktok, saya bisa melihat konten orang yang tidak saya ikuti ada di beranda saya, kalau di instagram tidak bisa. Dan di IG itu, yang muncul di beranda adalah postingan dari akun yang kita ikuti dan sering kita lihat kontennya. Makin sering kita lihat isi akun seseorang, makin sering juga postingannya muncul di beranda kita. Sehingga Engagement Rate (ER) nya IG itu maksimal hanya 10% dari jumlah follower.

Selain itu, Tiktok juga lebih powerfull dalam hal sharing. Jadi kalau di Tiktok kan kita bisa menyimpan video yang menarik, lalu membagikannya lewat media sosial lain. Sementara kalau di instagram, kita harus install aplikasi lain untuk menyimpan postingan instagram orang lain.

Tiktok juga mengakomodir video yang durasinya lebih panjang di banding reels instagram. Sehingga waktu bikin video, nggak perlu banyak mikir, tanpa di edit pun bisa langsung posting.

Tapi kalau produknya membutuhkan display, pak Hafid menyarankan untuk menggunakan instagram. Kalau pakai instagram harus fast respon ya kalau ada yang berkomentar mempertanyakan produknya. Jangan sampai calon pelanggan kabur karena kelamaan nunggu dapat balasan.

Jika bisnis sudah berkembang, menjadi makin besar, jangan pernah membalas komentar negatif di instagram atau facebook. Karena balasan komentar negatif ini akan tampil di atas, sehingga selalu terlihat oleh calon pelanggan lain. Ingatlah, jaman ini adalah jaman orang membaca review dulu sebelum memutuskan membeli produk. Sekali menemukan review negatif, pelanggan akan beralih mencari produk dari brand lain.

Komentar-komentar negatif disarankan untuk di balas melalui twitter saja.

Sudah panjang saja nih tulisan saya, padahal ini baru pengantar-pengantar saja. Baiklah, saya pecah saja jadi dua tulisan ya. Part berikutnya akan saya tuliskan bagaimana tahapan UMKM untuk go digital.

Tetap jaga kesehatan ya. Salam kreatif, mbois ilakes!

salam kreatif
Tiga jari simbol salam kreatif ala Arema

Baca yang ini juga

45 thoughts on “Digital Marketing bagi Pelaku Ekonomi Kreatif

  1. Disrupsi memang terjadi di banyak hal ya mba.
    apapun itu ya memang kita kudu beradaptasi dgn berbagai perubahan ini.
    termasuk para pegiat ekonomi kreatif, kudu survive!

  2. Bener banget, UMKM sekarang ini wajib banget melek teknologi. Udah waktunya untuk Go Digital! Bisa dilihat sendiri gimana di awal masa pandemi kemarin, segala sesuatunya jadi serba online. Gak online, ya susah untuk menjangkau pelanggan.

  3. Bener banget mbak para pelaku UMKM emang harus banget melek teknologi karna sekarang ini semua memang udah serba digital. Salfok sama foto salam mbois nya wkwkwk

  4. Sudah saatnya UMKM mulai melek digital yah agar bisa bertahan di tengah gempuran
    Saat ini udah banyak sih pelatihan digital yaaah, semoga bisa semakin maju dan berjaya yah UMKM di Indonesia

  5. Pelaku usaha sekarang seperti UMKM memang mau tidak mau dan wajib belajar untuk digital marketing agar usahanya lebih dikenal masyarakat. Tiktok lebih merakyat memang untuk promosi produk dibanding facebook

  6. Keren nih bimtek digital dalam marketing, karena menurutku ada UMKM yg dagangnya masih pasrah beriklan di w.a. Mungkin bingung dan gak tau caranya kali ya gimana marketing digital yang massif, mksudnya bisa sampe ke google gitu

  7. Sekarang ini eranya era digital ya mbak
    Makanya semua harus beradaptasi
    Termasuk pelaku UMKM
    Biar bisa tetap bertahan, tentu harus melakukan digital marketing
    Bimtek seperti ini sangat bermanfaat

  8. Salfok sama salam kreatif mbois ilakes, khas kera ngalam
    Selamat meski dafter di last minute masuk ke 100 pelaku ekonomi kreatif dan bisa mengikuti pelatihan digital marketing yang daging ini.
    nyimaknya pelan-pelan termasuk baca soal bisnis konsinyasi ala RANS Entertainment yang keren. Ditunggu lanjutan liputannya:)

  9. Mau ga mau, bisa ga bisa, pelaku UKM harus mampu dan maju dengan teknologi digital. Kalau ga, bisa dibilas pesaing tentunya. Dengan adanya berbagai pelatihan digital marketing bagi pelaku ekonomi kreatif seperti ini, tentu sangat bermanfaat dan diaplikasikan sebaik2nya.

  10. Disruption ini jg kerasa banget disini mba. Pedagang2 yg msh berdagang dengan cara lama lambat laun omsetnya turun. Dihapus dg pedagang2 digital. Pasar baju aja mulai sepi. Kayak aku aja nih udah males banget beli baju keluar. Pasti mainnya di marketplace. Dan para pedagang digital plus penggiat ekonomi kreatif ini mmg sll pegang gadget yg bikin org sekitarnya gemes. Haha

  11. Konsep digital marketing ini sangat relevan sekali dengan pembahasan di masa sekarang ya mba. Dengan adanya perkembangan masa saat ini. Semoga kita juga menahan diri untuk tak komen sesuatu yang negatif

  12. Sekarang tuh percepatan teknologi begitu terasa ya, terutama pada digital marketing. Apalagi untuk sektor2 kreatif ini memang harua memiliki digital marketing yang tepat agar sesuai dengan target marketnya. Mengedukasi para UMKM ini penting untuk meningkatkan brand awarenes.

  13. Zaman sudah berkembang, mau gak mau pelaku UMKM juga harus mau berubah demi kebaikan melalui digital marketing untuk meluaskan pasr.
    Dengan adanya bimtek digital marketing, para UMKM bisa belajar untuk meningkatkan segala hal tentang produk usahanya.
    Pandemi mmenuat kita dipaksa berkembang tapi ke arah yang baik juga

  14. Makasih kakk penjelasannya panjang komplit dan berbobot. Memang kita generasi th 80-90 haruss mau belajar dan belajar. Jangan menggunakan cara kuno dan ikuti cara kekinian.

  15. Karena sekarang serba teknologi, UMKM tuh kudu juga Go Digital. Memang sih PR-nya akan banyak banget, tapi memang kudu ikutin zaman biar bisa bersaing sampai ke Internasional. Jadi yang mau produk kita pun bisa lebih luas ya

  16. Dunia memang sudah berubah dan perubahannya besar-besaran. Segala hal yang dulunya kayak gak mungkin sekarang sudah mungkin dan makin mudah. Layanan apapun bisa diakses dari rumah atau dari mana saja asal ada gadget dan cuan. Kadang masih kaget dengan perubahan2 ini. Tapi mau gak mau harus nyemplung di dalamnya agar tidak ketinggalan kereta perubahan.

  17. Sekarang itu kalau mau cepat berkembang UMKM memang kudu memanfaatkan berbagai digital platform dan sosial media.
    Selain itu juga kudu jago bikin tampilan produk keren dan menarik minat pembeli 👍🏻

  18. Jaman makin berkembang, UMKM harus go digital agar pangsa pasarnya kian meluas.

    Media sosial dan lainnya wajib banget untuk dimanfaatkan nih. Jangan sampai kita ketinggalan jaman, karena sekarang perubahan sangat terasa.

  19. Udah jamannya semua serba digital ya mba, para pelaku usaha termasuk UMKM pun harus mulai atur strategi digitalnya. Siap ga siap, kebiasaan yang sesuai milenial disruption itu harus dimanfaatkan untuk ajang promosi.

  20. Ada 17 subsektor ekonomi kreatif yang tentunya jika dikelola secara digital marketing dapat memberi dampak yang luar biasa. Dan terpenting lagi pelaku UMKM sekarang harus cekatan dan sigap untuk melek digital marketing. Agar produknya lebih dikenal dan laku tentunya

  21. Memang benar saat ini dengan digital marketing, biaya pemasaran jadi lebih murah.
    Enggak perlu lagi sewa tempat buat usaha, dan biaya pemasaran secara fisik, yang dibutuhkan adalah kuota internet dan ilmu sebagai pelaku ekonomi kreatif. Salah satunya seperti pelatihan yang diikuti Mbak Nanik ini:)

  22. Oh jadi lebih direkomendasikan di TikTok ya sekarang nih.
    Punya tiktoimalah belum maksimal nih
    Alhamdulillah pernah er Instagram saya sampai belasan. Berarti lebih dari batas maksimal nih ya

  23. Keren kak Nanik masuk dalam 100 yang lolos ya.
    Digital marketing ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, karena peluangnya bukan hanya sebagai penghasilan, tapi membantu ekonomi kreatif makin meluas lagi

  24. Dari beberapa UKM yang berada di bawah binaan saya, hal utama tentang marketing digital yang sering diabaikan adalah INKONSISTENSI dan KONTINUITAS. Banyak yang masih tak terkonsep dan tidak ditangani dengan serius, tidak rutin, postingan yang tidak fokus dan kurang berkualitas. Bahkan ada yang mencantumkan nomor kontak tapi ketika dihubungi, lama bahkan tidak dibalas. Satu kelemahan sales and marketing yang fatal menurut saya.

    Satu lagi yang menurut saya cukup mengganggu adalah mencampuradukkan urusan pribadi dan bisnis. Un-professional sekali.

  25. Perkembangan IT yang pesat akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha yang tidak bisa mengikuti perkembangan tersebut. Jadi memang pelaku usaha kecil dan menengah itu perlu didampingi dalam pemanfaatan internet sebagai pendukung usaha mereka menyusul potensi Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia dengan jumlah pengguna internet mencapai 132 juta.

  26. Sedap yaa persaingan jaman ini. mau ngga mau harus ikut perkembangan teknologi biar ngga ketinggalan. Smoga bisa sampe ke daerah2 yang pelaku UMKM nya keratif tapi kurang media utk promosi…

  27. auto ngetik nama Maria G Soemitro di Google

    Alhamdulilah nomor satu, mungkin karena khas,

    nama Maria kan banyak tapi berbeda begitu ditambah “G Soemitro”

    saya juga mengisi banyak platform (kompasiana, web blogger perempuan,. medsos) dengan nama yang sama

  28. Bimtek sangat perlu diberikan bagi pelaku usaha, apalagi kalau bisa sampai tingkat desa dengan adanya tim pendamping yang siap membantu, pasti akan semakin menumbuhkan geliat ekonomi

  29. saat ini, pelaku UMKM wajib tahu digital marketing yaa agar bisa bertahan dan berkembang dan kemudian bisa meraih banyak pelanggan

  30. Keren nih kegiatannya, membangun sektor ekonomi kreatif khususnya di Indonesia. Semoga adanya kegiatan seperti ini terus membangun ekonomi Indonesia semakin lebih baik.

  31. Banyak profesi yang beralih ke digital. Alhamdulillah jadi jalan untuk meningkatkan penghasilan.
    Btw…jadinya blogger masuk mana di list ekraf? Kalau penulis (penerbit) no 16 ya. Tapi blogger menulisnya digital…

  32. Pelaku ekonomi kreatif emang harus melakukan digital marketing di media sosial ya. Ehh gitu ya berarti mending lewat TikTok daripda IG karena algoritma nya lebih besar peluang di TikTok yah. Emang sih bener, bisa di coba mba. Makasih infonya.

  33. Disrupsi generasi Z pastinya lebih seru ya Mbak,, secara kl millenial disruption pelakunya pada udah jadi anak 2 nih meski masih produktif. Nice post Mbak,, makasih

  34. Sebenernya hikmah dari pandemi ini bikin kita jadi lebih melek digital ya kak, termasuk juga bagi pelaku UMKM dalam menjalankan bisnisnya.

  35. Sekarang review pembeli itu benar-benar penting banget. Apalagi di dunia digital ini ya, wajib banget pengusaha UMKM care dengan ulasan dan masukan dari pelanggan supaya bisa memperbaiki dan terus berinovasi. Saya bahkan jadi langganan dengan beberapa toko online UMKM gara2 membaca review positif dan juga komentar negatif yang ditanggapi dengan santun di lapaknya berjualan 😁

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *