Satria dan Nayla sudah mulai menggunakan internet sebagai salah satu sumber belajarnya. Andalannya adalah “OK Google …” setiap kali mencari informasi yang mereka inginkan. Suatu kali, saya minta mereka mengetikkan kata babang dan dedek di mesin pencari. Kagetlah mereka karena menemukan beberapa foto mereka di internet. Bagaimana bisa google mendapatkan foto-foto mereka? Apa google minta foto itu ke mamanya?
Berawal dari kejadian ini, saya kenalkanlah blog ini ke mereka. Antusias mereka membaca. Kadang terlihat serius, kadang cekikikan berdua. Oh, rupanya mereka jadi teringat beberapa kelakuan mereka waktu masih kecil dulu. Sekarang juga masih kecil sih hehehe…. Setiap kali ada kesempatan, Satria jadi sering mengunjungi blog ini, membaca-baca lagi kisah tentang mereka berdua yag banyak dituliskan oleh mamanya.
Kadang anak-anak seolah tak percaya bahwa mereka dulu pernah seperti yang saya tuliskan. Kadang mereka protes kenapa saya tulis, kan mereka jadi malu. Kadang juga protes kenapa foto yang ini atau itu yang di pajang. Jadi sekarang, saya selalu bertanya kalau mau pajang foto mereka di medsos. Kalau mereka OK, baru deh saya upload.
Suatu kali, Satria bertanya, kenapa saya nggak pernah cerita tentang Okto di blog ini? Supaya nanti kalau Okto sudah bisa membaca, bisa tahu juga bagaimana kisah masa kecilnya. Kala itu, selalu saya jawab kalau belum sempat. Kalau mamanya masih banyak pekerjaan. Nanti juga mama akan ceritakan soal Okto di blog.
Dan janji tinggallah janji. Karena lama rumah ini tak pernah lagi ditengok. Tak pernah ada lagi ada update tulisan. Sudah mulai banyak debu, mungkin juga ada jamur di sana-sini. Hingga semalam, muncullah permintaan lagi dari Satria.
“Ma, kenapa mama nggak nulis lagi ci catatan kecil keluarga?”
“Udah kok, udah ada dua tulisan di sana”
“Ceritanya tentang apa?”
“Abang baca aja sendiri, nggak seru kalau udah mama ceritain”
Lalu di pun mengambil tabletnya. Membuka alamat blog ini dan mulai serius membaca. Usai membaca, kembali dia menghampiri mamanya.
“Kok cuma 2 sih, Ma. Aku maunya mama nulis yang banyak. Setiap nulis ada lima cerita”
“Ya, kan kalau mau nulis harus ada idenya bang, harus ada kejadian yang menginspirasi”
“Ya udah, mama cari aja idenya. Tapi yang dalam keluarga kita aja tulisannya, jangan yang luar kota”
“Luar kota gimana?”
“Iya, maksudnya jangan nulis tentang mama tugas keluar kota”
“Ooooo”
Jadi beginilah. Emaknya ini mulai berusaha lagi untuk konsisten menulis. Menuruti permintaan dari si bocah yang ingin kehidupan keluarga kami terdokumentasi dengan baik. Yang sewaktu-waktu dapat dibaca dan dikenang kembali.
Nah, berhubung bocah-bocah udah bisa membaca dan mengomentari, emaknya ini kudu hati-hati kalau menulis. Diusahakan jangan sampai ada curhat-curhat lagi disini.
Pernah suatu kali, Satria membaca salah satu tulisan saya mengenai keinginan membeli smartwach. Nah tulisan ini sepertinya mengusik rasa kepedulian babang pada emaknya.
“Ma, mama itu pernah kan menuliskan pengen beli jam yang bagus itu di cacatankecil keluarga”
“Iya, bang. tapi itu dulu. Sekarang udah nggak lagi”
“Kenapa mama dulu nggak beli? Kalau gitu kenapa mama nggak beli aja sekarang”
“Kayaknya mama nggak begitu membutuhkan, bang. Lagian kan mama udah punya hp dua”
“Tapi mama masih pengen beli nggak?”
“Nggak, bang”
“Kenapa, mama nggak ada duit ya? duit mama sedikit ya?” Hihi… tau aja nak kalau isi dompet mama udah menipis
“Nggak kok, duit mama cukup. Tapi duitnya di pakai untuk keperluan yang lain” Jurus kebohongan ala emak pun mulai muncul.
“Oh iya. Mama kan harus beli susu sama popoknya Okto”
“Iya. Pinter deh abang”
“Kalau gitu, mama boleh kok belinya pakai duit babang. Kan kemarin babang dapat angpao banyak” Jadi lebaran kemarin, kami mudik ke Klaten. Si bocah lumayan banyak dapat salam tempel. Masih utuh di dompetnya. Rencananya mau buat beli buku, tapi kami belum sempat ke toko buku. Dan sekarang dia menawarkan supaya mamanya pakai duit itu. So sweet kan….
“Makasih ya bang. Tapi kayaknya nggak usah deh. Lagian kan mama sekarang udah nggak pengen jam itu lagi”
“Oh, ya udah. Tapi nanti kalau mama pengen lagi, bilang babang ya”