Palembang adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya sejak zaman keemasan kerajaan Budha Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang Darussalam. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan sejumlah peninggalan sejarah yang sampai saat ini menjadi objek wisata Palembang. Salah satu wisata cagar budayanya adalah Kawah Tekurep, Kompleks Makam Sultan Mahmud Badaruddin I
Kali ini, saya akan bercerita tentang kompleks makam Sultan Mahmud Badaruddin I, yaitu Kawah Tekurep yang berada di Jalan Belabak Kelurahan 3 Ilir Palembang.
Kawah Tekurep dibangun pada tahun 1728 M oleh Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758 M), yang merupakan seorang pemimpin yang arif dan adil, bahkan ia adalah seorang ulama yang hafal Al-Qur’an.
Sultan Mahmud Badaruddin I
Setelah Sultan Agung Komaruddin Sri Truno wafat tahun 1724, tahta pemerintahan digantikan pada Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikromo atau lebih dikenal dengan Sultan Mahmud Badaruddin I. Beliau memerintah pada tahun 1724-1758.
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I, Kota Palembang dibangun menjadi sebuah kota modern. Upaya ini dilakukan dengan melakukan penataan kampung-kampung dan jalan-jalan. Sultan Mahmud Badaruddin I juga meletakan pembangunan bangunan-bangunan monumental Palembang abad ke-18, termasuk diantaranya Bangunan Kuto Lamo dan Kuto Besak pada tahun 1737, serta bangunan Masjid Agung Palembang.
Tidak banyak literatur yang saya temukan membahas tentang Sultan Mahmud Badaruddin I. Lebih banyak literatur membahas tentang cucunya, yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II.
Kondisi Kawah Tekurep
Kawah Tekurep adalah salah satu cagar budaya, yang kondisinya menurut saya seperti kebanyakan cagar budaya lain, kurang terawat.
Memasuki gerbang, terdapat papan nama kawasan makam Sultan Mahmud Badaruddin I dan berbagai papan nama lain yang sebagian tulisannya sudah buram sehingga agak susah terbaca.
Dedaunan kering berserakan di sana-sini. Cuaca panas, kadang berangin, membuat dedaunan itu jatuh dari pohonnya. Banyak pohon besar berdiri kokoh di beberapa bagian makam. Pohon-pohon yang tampak usianya sudah tua.
Tampaknya rombongan kami saja yang berziarah saat itu. Bis yang kami tumpangi terparkir di pinggir jalan. Satu persatu, kami memasuki kompleks pemakaman.
Memasuki kompleks makam, ada banyak makam yang kondisinya juga kurang terawat. Banyak rerumputan liar di sekitar makam. Batu nisan tidak rapi, bahkan ada juga yang terpisah dari makam, entah bagaimana batu nisan itu bisa berpindah.
Saat saya ke sana, ada beberapa pekerja yang sedang menebang pohon-pohon besar yang ada di dalam kompleks makam. Suara berisik dari gergaji mesin jadi mengganggu ketenangan berziarah. Bagaimana pula jika batang-batang kayu itu menimpa makam?
Setelah memasuki area pemakaman yang kurang terawat, tampak bangunan dengan kubah berwarna hijau. Dalam bangunan kubah berwarna hijau inilah terdapat makam Sultan Mahmud Badaruddin I, ke empat istri beliau, guru pembimbing serta keluarga inti lainnya.
Penasihat agama bagi Sultan, yaitu Al-‘Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Idrus Al-Idrus, dimakamkan bersebelahan dengan makam Sultan. Selain itu juga terdapat makam istri-istri Sultan Mahmud Badaruddin I yaitu :
- Ratu Sepuh yang berasal dari Demak
- Ratu Gading yang berasal dari Kesultanan Kelantan
- Masayu Ratu yang merupakan keturunan Tionghoa
- Ratu Mas Naimah, dari Palembang
Kondisi makam yang di dalam bangunan ini lebih rapi dan nampak terawat, mungkin karena keluarga inti dari Sultan.
Pemakaman untuk Keturunan Sultan
Menurut juru kunci makam, Pak Isnaini, kompleks pemakaman Kawah Tekurep ini sampai sekarang masih difungsikan. Hanya mereka yang masih keturunan keluarga Kesultanan yang bisa dimakamkan di sini.
Bagaimana mengetahui bahwa orang itu masih keturunan Sultan? Pak Isnaini tak berkenan untuk menjelaskan, beliau hanya menjawab “ya semua orang sudah tahu mana yang keturunan Sultan, mana yang bukan?”
Ih si Bapak, kan saya belum tahu!
Itulah sekilas cerita tentang Kawah Tekurep. Semoga saja cagar budaya ini mendapat perhatian dari pemerintah kota Palembang sehingga perawatannya lebih bagus lagi.
Saya udah pernah berkunjung ke Kawah Tengkurep ini Mba, memang pemakaman di bagian luarnya kelihatan seperti kurang dirawat tapi untuk yang didalam sepertinya cukup terawat.
Penasaran mbak sama Kawah Tengkurep. Pengen juga lah nanti kapan2 ke sini. Kebetulan suka sekali sama wisata sejarah
Sayang banget ya Mbak, kalau cagar di budaya dibiarkan kurang terawat. Padahal generasi kita dan selanjutnya bisa belajar sejarah dari cagar budaya ini. Pemerintah daerah atau kota setempat perlu menaruh perhatian lebih, nih. Sultan Mahmud Badaruddin ini namanya sekarang menjadi nama bandar udara di Palembang kan, ya?
Soal anggota Kesultanan, mungkin dari aura wajah pun sudah kelihatan ya, Mbak. Lebih kinclong gitu, hihihi …
Beda mbak, kalau bandaranya itu pakai nama cucu Beliau yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II
Kompleks makam keluarga inti istana biasanya memang lebih terawat sih ya mbak, yg di Pekanbaru juga begitu. Betewe Kawah Tekurep itu artinya apa yaa mbak?
saya mikirnya malah kawahnya gunung yang tengkyrap, jadi bukit donk.
btw pak penjaganya gokil. dikira yg datang tuh warha sekitar apa ya, bs tahu mana keturunan dan makam inti istana
Wah, istri Sultan Badaruddin dari berbagai kerajaan ya. Kalo nggak salah inget pelajaran sejarah zaman sekolah, salah satu tujuan pernikahan begitu untuk perdamaian antarkerajaan. Bener nggak sih?
Iya, jadi ingat pelajaran sejarah juga deh saya.
Bener, salah satu tujuan perkawinan dengan anggota kerajaan lainnya adalah menyatukan kerajaan, untuk perdamaian, mengurangi perseteruan, apalagi ya?
Btw, membaca namanya, Kawah Tengkurep, imajinasiku langsung ngebayangin wajan yang sedang ditelungkupkan. Kawah kan bukaannya ke atas tuh, kayak wajan, nah kalo tengkurep? Hihi.
Oh my Good, knp aku begitu visual sih anaknya? 😁🙏
Btw, thanks for share, Mba. Jd nambah pengetahuan nih.
Mengunjungi tempat bersejarah akan bisa membuka pikiran ya Mbak, menambah pengetahuan tentang masa yang hanya bisa kita bayangkan dengan menjamah peninggalan mereka. Masya Allah, pingin bisa berwisata sejarah seperti ini.
Pertama baca bingung..kawah kok makam ya..oalah namanya Kawah Tekurep. Sayang kurang terawat ya..jadi ini ga ada tarif masuknya ya mbak..Coba ada biaya berapa gitu biar bisa untuk perawatan ya
Wah, belajar tentang sejarah lagi saya mengenai Sultan Mahmud Badaruddin I ☺️ tempatnya sangat terawat. Ngomong-ngomong, saya juga penasaran tentang keturunan dari Sultan saat ini.. 🤔
Situs sejarah yang harus di jaga nih, eh sultan nya nikah dengan wanita dari berbagai daerah ya ihh pengen tahu lebih dalam deh.
Semula saya pikir Kawah Tekurep merupakan bagian puncak gunung juga, ternyata bukan ya? Ternyata hanya namanya kawah ya?
Ya ampun mbak, malu saya sebagai orang sumsel malah bellum pernah ke sini. Kemarin mau ikut FamTrip Palembang 2020 tapi karena cukup lama,gak ada yang jaga anak-anak. Next, semoga bisa ke cagar budaya satu ini.
Wah, sayang sekali ya kalau kondisinya kurang terawat. Saya juga berharap yang datang berziarah ke sini adalah orang-orang yang mendo’akan beliau dan keluarga bukan sebaliknya meminta do’a untuk dirinya sendiri. Tujuan ziarah itu kan sebenarnya untuk mendo’akan yang sudah meninggal dan menjadi pengingat bagi diri sendiri kelak juga akan berada di dalam tanah. Ziarah itu bagus sekali untuk mengingat kematian yang pasti akan kita alami sebagai makhluk hidup..
Semoga bisa kembali ke sana lagi kak, biar ada tulisan kedua nih kak, kelanjutan artikel ini yang mungkin isinya siapa-siapa saja yang merupakan keturunan sultan.
Saya pikir tadi kawah gunung Mba, ternyata nama kompleks.
Saya dong seumur-umur belum pernah ke wisata makam begini.
Padahal banyak manfaatnya ya, selain mengenal sejarah tentunya.
Pak Isnaini woles banget njawabnya 🙂
Kagak tahu doi, kalo tamunya ini dari Jawa heheheheh
Filosofinya bisa membangkitkan rasa bangga ya Mba.
Mantab nih
Masih penasaran soal yang masih keturunan kesultanan, masih ada ya mba saat ini di Palembang, dan senang sekali dengan wisata sejarahnya mba banyak wawasan yang didapat ya
Hahaha. Ngikik abis di bagian ujung cerita. Pak Isnaini memang gitu sih, dikira pembaca eh pengunjung makam tahu mana keturunan Sultan kali ya …
Saya termasuk sering berziarah ke makam-makam. Apalagi makam yang dijadikan cagar budaya seperti kawah tekurep ini sudah pasti punya jasa besar.
Entah kenapa ada orang-orang yang mengharamkan berziarah, sementara berwisata ke tempat lain boleh. Tengoklah tempat yang bisa untuk selfi-selfi itu, selalu ramai. Sementara makam dan cagar budaya terlantar dan tak terurus.
Orang-orang yang melarang itu bilang katanya ziarah itu syirik. Padahal kita berziarah untuk mendoakan ahli kubur, bukan meminta-minta pada kuburan.
Teeimakasih tulisnnya mbak..
Sy suka wisata sejarah..
Tulisan ini bs jadi bahan cerita saya di kls, maklum sy guru sejarah
Ini nih yang kemaren aku baca di blog Mbak Uniek. Jujur aku baru tahu dengan situs itu. Tahunya situs bersejarah di Palembang itu cuma Museum yang ada di gambar uang 10 ribu rupiah. Kudu ke sana ya kalo ke Palembang.
Sultan Mahmud Badaruddin itu pahlawan nasional yang ada di lembaran uang Rp 10.000 merah itu kan mba? Hehehe. Fenomenal. Senangnya mba, bisa wisata sejarah. Apalagi sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara masa perang kemerdekaan salah satunya terpusat di Palembang.
Aku langsung buka jendela baru di browser, cari tahu arti Kawah Tekurep.
Istilah ini ternyata berasal dari atap makam yang berbentuk seperti kawah (kuali) sedangkan Tekurep bermakna tengkurep atau terbalik.
annarosanna(dot)com
waw makamnya istimewa ya
ya memang orangnya istimewa sih
kuharap semoga orang2 yang ziarah ke sana tujuannya mulia,
bukan semata-mata pengen ngalap berkah atau minta2 kepada yang enggak2
Aku belum pernah ke Palembang nih mbak, situs bersejarah ini banyak cerita yang bisa diambil ya mbak. Bisa jadi rekomendasi kalau mau ke Palembang selain berkunjung ke Sungai Musi
Aminnn.. kalao cagar budaya dan tempat bersejarah lainnya kuga terawat.. bisa memberikan banyak edukasi dan manfaat juga ya untuk generasi mendatang
Aku pikir tadi beneran ada kawahnya, haha. Iya ih sayang ya kurang terawat. Padahal itu salah satu potensi wisata yang keren banget loh. Mo-moga pemerintah mau membenahi Kawah Tekurep nih. Aset wisata
Perhatian saya terarah ke nama beliau :
Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikromo
Ada nama Jawa di belakang namanya. Keturunan Jawa ya beliau?
iya mbak, keturunan dari Demak
Semoga suatu saat ada kesempatan untuk jalan-jalan ke Palembang biar bisa explore beberapa tempat sejarah dan budaya disana ya.
Seru ya bisa mengunjungi tempat sejarah begitu, selain mendapat pengetahuan kslak bisa diceritakan ke anak-anak pengalaman serunya.
Aamiin. Solanya makin banyak juga wisatawan yang memang suka dengan wisata begini ya. Btw itu silsilah tampak jelas. HIhiii.. lihatnya ko aku merinding yaa, berasa horornya.
agak serem aja liat kuburannya ya, mbok ga usah dikasih selendang gitu gitu deh
Wah seneng mbak Ninik bisa berkunjung ke makam tokoh di Palembang. Semoga suatu saat bisa kesana kalau pas ziarah makam mertua.
Belajar sejarah paling asyik memang dgn langsung mengunjungi peninggalan2 bersejarahnya ya mba. Jaman dulu di aekolah belajar sejarah cuma sepintas2 aja yg inget 😅😅
Belum pernah k Palembang…taunya cuma empek2 aja nih. Wisata sejarahnya bagus ternyata tp.kurang terekspos ya
Kawah tekurep ini jarang banget aku denger mbak kalo lagi ngomongin tentang wisata Palembang. Info yang menarik banget ini, next kalo ke Palembang lagi mau deh mampir ke sini.
Senang baca postingan seperti ini, jadi tau sejarah dari daerah-daerah tertentu.
Ku belum pernah ke Palembang lama (hanya lewat atau mampir sejenak), jadi pengen banget.
Jadi referensi juga nih tulisannya, kebetulan lagi bikin tulisan tentang Sultan Mahmud Badaruddin.
Senang ya mba bisa ikutan famtrip Palembang, dan salah satu kunjungannya wisata religi dengan berziarah di makam Sultan Mahmud Badarddin. Jadi kenal sejarah berbagai daerah dari istri-istrinya sultan juga, dapat pengetahuan baru ya
Sultan ini tersohor banget di Palembang, eh makamnya malah tidak terawat, sayang ya padahal peninggalan budaya kita
di Palembang emang banyak tempat bersejarah ya, mba?
belum pernah ke sana, padahal dulu kuliahnya di Lampung…kan deket ya 🙂
iya mbak, ada candi juga di sana, cuma belum sempat nulis hehehe
Catatan untuk pengelola ya mba..,.seharusnya situs bersejarah lebih terawat lagi, apalagi sebagai salah satu objek wisata. Kalo gak dirawat orang males buat datang…
Sayang sekali ya, kalau tempat bersejarah tidak terawat. Padahal penting banget, supaya masyarakat kita tahu sejarah nenek moyangnya dulu
Kalau ziarah begini bisa sewaktu-waktu atau ditentukan waktunya, kak?
Keluarga inti memang istimewa yaa..terlihat dari kerapihan, kebersihan dan keindahan makamnya.
Bisa sewaktu-waktu, ada juru kunci yang standby di sana, jadi bisa tanya-tanya kalau pengen dapat banyak cerita sejarah