Lima Tips Memilih Jajanan Sehat bagi Anak

Siang ini, saya sempat merasa tak enak dengan beberapa ibu tetangga rumah. Namun setelah saya pikir-pikir lagi, segera saya tepis rasa tak enak itu. Saya yakin kalau saya tak salah, kenapa harus merasa tak enak pada mereka?

Siang ini, saya ikut bantu-bantu di rumah tetangga yang sedang menyelenggarakan hajatan pernikahan anaknya. Si kakak ikut. Beberapa anak tetangga yang rata-rata sebaya dengan kakak juga ikut. Jadilah para ibu bekerja dan sibuk dengan aneka bahan masakan, sementara anak-anak sibuk seliweran bermain.

Tiba tiba ada satu anak mendekat ke arah ibunya, merengek minta uang untuk beli jajan. Terus di susul anak lain juga merengek ke ibunya minta uang buat jajan. Si kakak pun jadi ikut mendekat ke arah saya, tapi tak ikut merengek. Jadilah drama beberapa anak merengek dan para ibu yang mulai jengkel dan bersikukuh tak mau memberikan uang.

Ibu 1 :”Mau jajan di mana? Warung bu Ras tutup”

Anak 1 : “Di warung pak Roni”

Ibu 2 menyahut : “Pak Roni juga tutup”

Anak 2 : ”Kalau gitu di mbak Nul”

Ibu 1 : “Di mbak Nul ya tutup, kalau waktu dhuhur gini semua warung itu tutup”

Eh, tiba-tiba si kakak nyeletuk

Kakak “ Mbak Nul buka kok, tadi aku lihat buka. Iya kan, Ma?”

Jadi warungnya Mbak Nul ini ada di sebelah rumah saya, dan memang saat kami berangkat ke rumah tetangga yang punya hajatan ini, saya lihat warungnya buka.

Langsung deh ibu-ibu itu melotot ke arah kakak

Ibu 1 : “Nayla, kamu diam aja”

Ibu 2 : “Duh Nayla ini nggak bisa diajak kerja sama” sambil matanya melirik kea rah saya. Saya ketawa aja.

Si kakak yang nggak merasa bersalah pun protes

Kakak : “Lho, bener kok, tadi aku lihat warungnya mbak Nul buka. Ayo, Nis kita tengok kalau nggak percaya” sambil mengajak si anak 1 untuk membuktikan kalau pernyataannya benar

Ibu 1 : “Nggak usah nengok-nengok. Udah sana main lagi. Nggak usah jajan”

Lalu anak-anakpun pergi dengan muka cemberut.

Setelah anak-anak pergi, mulailah ibu-ibunya menginterogasi saya. Kok kakak nggak merengek minta jajan seperti teman-temannya.

Saya sih sebenarnya nggak pernah melarang anak-anak buat jajan. Tak perlu di larang, karena mereka memang jarang jajan. Kalau ingin jajan, biasanya mereka saya ajak ke supermarket/minimarket. Disini saya sekaligus bisa memberikan pelajaran pada mereka tentang jajanan yang sehat. Memilih jajajan, sama-sama melihat label yang ada di bungkus makanan. Buka google untuk mendapat informasi nama-nama bahan kimia yang tercantum di komposisi bahan jajanan. Waktu belanja memang jadi lama, malah kadang kami berdebat di minimarket. Cuek aja kalau ada yang lihatin, atau sering dilirik mbak kasir.

Kalaupun mau jajan di warung tetangga, mereka selalu minta ijin. Jajanan di warung tetangga macamnya banyak sekali, dan banyak yang tak terdapat di minimarket. Nah saat minta ijin ini biasanya anak-anak saya ajak dialog. Mereka pengen jajan apa, kenapa pengen jajanan itu, apa yang menarik dengan jajanan itu. Kalau saya tahu jajanan itu tak baik buat mereka, maka saya melarang dengan menjelaskan alasan kenapa saya tak memperbolehkan. Kalau saya belum tahu, maka saya ijinkan. Setelah jajanan di beli, jajanan itu harus saya lihat dulu. Kalau saya rasa tak berbahaya, saya ijinkan mereka makan. Kalau saya ragu, saya ajak mereka diskusi tentang jajanan itu.

Alhamdulillah, karena kebiasaan itu, anak-anak sudah bisa menentukan sendiri, jajanan yang boleh dan tidak boleh mereka makan. Cara kami menentukannya adalah dengan melihat lima hal pada jajanan yang dibeli

1. Halal

Ini yang paling penting. Makanan yang masuk dalam perut mereka harus halal. Kami akan melihat kemasan jajanan yang dibeli. Jika ada logo halal, akan di beli. Jika tak ada logo halal, walau kemasan menarik dan mereka tertarik untuk membeli, maka mereka akan mengembalikan jajanan itu, batal membelinya.

2. Tanpa Pewarna berbahaya

Banyak sekali jajanan anak dengan warna yang cerah, mencolok dan pasti disukai anak-anak dari warnanya. Warna-warna menarik ini diperoleh dari pewarna. Sebagai konsumen, kita harus tahu juga pewarna macam apa yang digunakan dalam jajanan itu.

3. Tanpa pengawet berbahaya

Kenapa jajanan bisa tahan berbulan-bulan dan kondisinya masih bagus? Rasanya tetap enak, tidak basi. Warnanya juga tak berubah. Apakah menggunakan pengawet? Atau kemasannya di buat kedap sehingga jajanan di dalamnya menjadi awet? Masalah ini juga saya ajarkan pada anak-anak

4.Tanpa penguat rasa

Anak-anak pastinya suka dengan jajanan yang rasanya gurih. Beda dengan masakan mamanya yang kadang hambar. Kalau jaman saya kecil dulu, jajanan gurih ini, apapun merk dagangnya, kami sebut “chiki”. Kepada anak-anak, saya membatasi memberikan jajanan gurih seperti ini. Saya jelaskan kalau jajanan jenis ini banyak pakai penyedap dan penguat rasa, dan itu tak baik buat tenggorokan mereka.

5. Tanpa pemanis buatan

Siapa tak suka jajanan manis? Bukan cuma anak-anak, remaja dan orang dewasa pun banyak yang suka. Rasa manis ini bisa berasal dari gula, bisa juga berasal dari pemanis buatan. Adakah jaman sekarang ini rasa manis jajanan itu dari gula asli? Jika tak ada, tentu kita sebagai konsumen harus tahu pemanis buatan yang berbahaya dan tidak berbahaya bagi tubuh kita. Hindari zat pemanis buatan berbahaya yang ada dalam jajanan.

Dari kelima hal itu, intinya kita memang harus rajin baca komposisi jajanan yang dibeli. Jangan malas pula untuk mencari tahu informasi tentang zat-zat kimia yang tercantum dalam komposisi jajanan tersebut.

Itulah cara saya mendampingi anak-anak dalam memilih dan mengkonsumsi jajanan. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya. Terbaik bagi anak-anak menurut saya, belum tentu terbaik menurut orang lain. Tak perlu menyalahkan dan menghakimi.

Kalau teman-teman, apakah juga memiliki tips dalam memilih jajanan buat anak-anak? Share yuk di kolom komentar

 

Baca yang ini juga

6 thoughts on “Lima Tips Memilih Jajanan Sehat bagi Anak

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: