Dari Makanan, Jadi Rumah dan Segala isinya

Buku terbaru yang nangkring di rak bukuku, Wirausaha Muda Mandiri. Dibeli awal bulan ini, tapi sampai sekarang belum selesai juga membacanya. Tapi walau belum selesai, tetep aja pengen menuliskan hasil pembacaan saya tersebut. Buku ini berisi profil dari para pemenang lomba wirausaha muda yang di prakarsai oleh bank mandiri.

  Dari profil beberapa pemenang yang telah saya baca, sebagian besar bergerak dalam bidang makanan. Hmm… makanan, emang kebutuhan utama setiap orang. Makanan yang lezat, tanpa promosi gencar pun lama-lama akan tersebar kelezatannya dari mulut ke mulut. Jika di tambah promosi, maka akan makin banyak orang yang penasaran ingin mencobanya.

Makanan, adalah kebutuhan pokok yang setiap hari dicari orang. Makanya, bisnis makanan pasti bakal banyak konsumennya. beda dengan baju, sepatu, apalagi buku. Tiap hari orang butuh makan!

Banyak orangyang sehari-hari bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan makan. Tipe orang seperti ini, yang penting ada makanan yang bisa dimakan. Yang penting juga, harganya murah. Syukur kalau cita rasanya juga enak. Tapi tetap ketersediaan adalah hal yang utama. Bukankah makanan apapun akan jadi terasa enak jika perut lapar? Banyak warung-warung tempel yang tetap laris pembelinya, walau mungkin warungnya kecil dan kelihatan ‘kumuh’ yang bagi sebagian orang, lihat aja bisa bikin mual.

Ada juga orang, yang makan tak lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan perut. Cita rasa, penyajian dan juga suasana menjadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk makan dimana.

Nah, sebelum terjun ke bisnis makanan, harus tahu dulu konsumen yang hendak di sasar itu tipe yang mana. Setelah menentukan konsumennya, tentukan jenis makanannya. Setelah itu, bereksplorasi dengan cita rasanya.

Bagus juga, buat testernya. Bagiin ke tetangga-tetangga, teman kantor, sodara-sodara. Nggak akan rugi kok dengan berbagi. Justru ini adalah salah satu strategi pemasaran yang baik menurut saya. Sambil berbagi, sambil promosi. Tentunya, nggak akan langsung mereka pesan. Mungkin seminggu lagi, atau sebulan lagi kala mereka pengen, atau kala mereka ada acara.

Eh, ngomongnya, kayak dah sukses aja. Hihihi…. walau belum sukses, tak ada salahnya kan membagi ilmu dari orang-orang yang sudah sukses?

 

Baca yang ini juga

11 thoughts on “Dari Makanan, Jadi Rumah dan Segala isinya

  1. Iya nih, bisnis makanan tampaknya lumayan menjanjikan. Ah, mudah-mudahan someday bisa kecapai punya restoran sendiri 😀

  2. bicara ttg makanan memang nggak akan pernah ada habisnya ya mbak, jadi berusaha di bidang ini juga menjajikan masa depan yg bagus kalau memang benar2 tahu cara mengelolannya

    di superkmarkt sini itu sering ada beberapa stand yang menyajikan makanan gratis dari beberapa produk, jadi pengunjung toko bisa mencicipi langsung, salah satu cara mengenalkan produk dan mengaet konsumen baru 🙂

    1. dan pastinya juga harus ulet dan sabar. Namanya jualan, apalagi masih baru mungkin lebih sering sepi dibanding ramainya.

  3. bisnis makanan memang menjanjikan, tapi dalam prakteknya banyak faktor yang menjadikan batu sandungan untuk menuju ke arah yang di sebut sukses tadi. terlebih bagi para pedagang kecil yang tentu modalnya juga kecil bahkan pas pasan.

    merintis bisnis makanan beresiko tinggi karena kalau tidak laku pasti basi, kalau hal ini terjadi jelas merugi. alinea yang ke 7 hanya berlaku bagi mereka yang bermodal besar..

    maaf komen saya seperti ini karena saya banyak bergaul dengan mereka mereka. (pedagang kecil dengan modal pas pasan)

    1. bagi pedagang kecil, bisa buk aja udah seneng (buk = nggak untung tapi juga nggak rugi). Dan biasanya, mereka tak memperhitungkan tenaga yang dikeluarkan dalam menentukan harga jual makanannya.

  4. testernya. Bagiin ke tetangga-tetangga hihih pada girang tetangga dapat pahala juga ya , nice share 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: