Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain merupakan salah satu dari 18 PLBN yang ada di Indonesia, dibangun pada tahun 2016. PLBN Motaain berada di kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, merupakan perlintasan yang menghubungkan wilayah Indonesia dan Timor Leste.
Pertengahan Mei 2024 ini, saya berkesempatan untuk mampir ke PLBN Motaain, di sela-sela melaksanakan tugas negara. Bahkan melintas juga ke wilayah Timor Leste, walau hanya sekitar 200 meter. Tapi sudah sah menginjak luar negeri hehehe…
Penugasan ke Kefamenanu
8 Mei, sudah menjelang jam kerja berakhir, menjelang libur panjang karena ada tanggal merah dan cuti bersama, ada pesan masuk ke handphone saya.
“Mbak, minggu depan ada penugasan?”
“Kegiatan rutin saja, stay di kantor”
Dan 10 menit kemudian si pengirim pesan kembali menghubungi saya
“Oke, ke Kefa ya”
“Siap” (siap-siap antimo!)
Jadi pegawai emang harus begini. Siap ditugaskan kemana pun, kapan pun, dengan siapa pun.
Kefa, demikian biasa kami menyebut untuk kota Kefamenanu, ibu kota Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU). Untuk menuju Kefamenanu saya menggunakan dua kali penerbangan, yaitu Surabaya-Kupang, lalu dilanjutkan Kupang-Atambua. Dari Atambua, masih lanjut perjalanan darat sekitar 2 jam untuk sampai ke Kefamenanu. Atambua sendiri adalah ibu kota Kabupaten Belu. Berbeda dengan di Jawa ya, yang nama ibu kota Kabupaten rata-rata sama dengan nama Kapubatennya.
Penerbangan Kupang-Atambua, dilayani oleh maskapai Wings Air, hanya tersedia di hari Minggu, Rabu dan Jumat. Jadi kalau pergi ke Kefamenanu selain hari itu, pilihannya adalah terbang dari Surabaya ke Kupang, dilanjutkan perjalanan darat dari Kupang ke Kefa sekitar 5 jam, dengan kondisi jalan yang meliuk-liuk naik turun perbukitan. Oleh karena itu, bagi saya yang sering pusing kalau naik mobil melintasi jalan berkelok, harus siap antimo, supaya bisa menikmati perjalanan.
Saya bersama 2 teman yang mendapat tugas ke Kefa. Setelah berkoordinasi dengan panitia di Kefa, kami berangkat menuju Kefa hari Minggu, 12 Mei 2024. Anggap saja kerja rasa liburan, karena perjalanan dilakukan di hari Minggu.
Pukul 02.00 WIB travel mulai menjemput kami bertiga, satu persatu dijemput ke rumah masing-masing. Karena posisi rumah saya ada di Malang bagian utara, jadi saya dapat giliran di jemput terakhir. Pukul 03.10 WIB, jemputan sampai di rumah saya. Selanjutnya kami menuju Bandara Juanda.
Pesawat Lion Air berangkat tepat waktu 05.50 membawa kami ke Kupang. Perjalanan di udara 1 jam 50 menit dari Surabaya ke Kupang. Dilanjutkan penerbangan dari Kupang ke Atambua pada pukul 11.45 WITA, sekitar 45 menit. Karena kondisi angin yang kencang di Atambua, pukul 12.55 WITA pesawat baru bisa mendarat di dengan aman.

Kami memutuskan sholat jamak dhuhur dan ashar di bandara Atambua, sebelum melanjutkan perjalanan ke Kefa. Dan karena masih siang, kami sepakat jalan-jalan dulu ke perbatasan Timor Leste.
Mampir PLBN Motaain
Dari Bandara Atambua, butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di PLBN Motaain. Satu teman saya sudah siap bawa paspor, satu teman bawa paspor juga, tapi sudah habis masa berlakunya, sementara saya belum punya paspor. Kalaupun nanti saya nggak boleh melintas, paling tidak sudah sampai di perbatasan dan berfoto di sana.
Jadi Tujuan Wisata
Dari bandara Atambua, kami naik mobil sewaan menuju PLBN Motaain. Sopirnya nunggu di parkiran saja, sementara kami bertiga diarahkan untuk lapor pada petugas.
Usai melapor, bahwa tujuan kami ingin berfoto, kami diminta untuk follow akun instagram PLBN Motaain. Diminta juga kalau posting foto-fotonya nanti di Instagram untuk menandai akun PLBN Motaain.
Setelah saya menunjukkan sudah follow aku IG nya, barulah di beri kartu pengunjung yang harus dipakai selama kunjungan ke sana. Di dekat meja petugas, terdapat papan pemberitahuan bahwa jam berkunjung untuk berfoto adalah pukul 13.00 hingga 16.00 WITA.


Ternyata tak hanya kami bertiga yang ke sana. Beberapa orang yang wajahnya kami kenali, tadi satu pesawat dari Kupang ke Atambua, juga ada yang mampir ke sini.
Emang sih, ini jadi semacam wisata bagi orang luar Atambua. Wisata gratis, tak ada biaya masuk, tak ada biaya parkir.
Tak jauh dari area parkir, ada kompleks pertokoan. Orang sana menyebutnya pasar. Bersih dan rapi. Seusai melintas ke wilayah Timor Leste, kami sempat masuk ke sini, beli minum dan camilan. Harganya juga tak terlalu mahal, 5 ribu untuk segelas kopi hitam, 10 ribu untuk jus jeruk dan 15 ribu untuk jus alpukat. Bayarnya bisa pakai rupiah, bisa juga pakai dollar.

Ada juga minuman kaleng, yang kata penjualnya biasa dibeli dari wilayah Timor Leste sebagai oleh-oleh. Minuman buah aneka rasa. Kalau beli di wilayah Timor Leste, menurut petugas harganya 12 ribu rupiah per kaleng, kalau di pasar ini di jual seharga 15 ribu per kaleng.

Setelah saya lihat di kedua kemasan minuman ini, yang satu made in Korea, sementara yang satu made in Thailand. Rasanya terlalu manis untuk ukuran lidah saya.
Ada Bus Bagong Kupang-Dili
Setelah memperoleh kartu pengunjung, kami lalu masuk ke area PLBN Motaain. Areanya luas, dengan banyak pepohonan. Ada kebun anggurnya juga di depan gerbang imigrasi. Yang pasti juga, banyak spot untuk berfoto. Bangunan-bangunan gazebo maupun pos penjagaan dengan atap khas rumah adat NTT. Bagus untuk dijadikan latar belakang foto.
Foto pertama kami, tentunya di papan nama area PLBN Motaain. Papan nama berukuran besar. Menjelang pukul 14 WITA kala itu, dan matahari bersinar dengan teriknya. Tapi kami tetap semangat untuk mengabadikan kenangan di PLBN Motaain. Jadi harap dimaklumi kalau foto-fotonya matanya sedikit menyipit karena silau tersorot sinar matahari.

Usai berfoto di dekat papan nama, karena teman yang yang punya paspor kan pengen melintas masuk ke Timor Leste, jadi kami masuk ke pintu pemeriksaan imigrasi.

Usai melapor di sini, teman yang punya paspor masuk ke pintu untuk pemeriksaan badan dan barang bawaan. Sementara kami yang nggak pegang paspor, keluar dari gedung pemeriksaan dan lalu menuju tugu batas melalui luar gedung. Melewati jalur lewatnya kendaraan. Lewat sini melapor lagi pada petugas.

Pas ada bus Bagong yang berhenti menurunkan penumpangnya di sini. Karena para penumpang kan harus melapor di bagian imigrasi.

Bagi yang tinggal di area Malang – Blitar, pasti kenal deh sama armada bus Bagong ini. Bagong adalah salah satu armada bus yang melayani rute Malang-Blitar. Ternyata kami ketemu di sini. Tapi yang ini bukan rute Malang-Atambua ya. Bus Bagong ini melayani rute Kupang-Dili, dan tentu saja singgah di kota-kota yang di lewatinya.
Pos Penjagaan Berlapis di PLBN Motaain
Untuk wilayah Indonesia ini, kami mesti melapor di 3 pos penjagaan. Penjagaan berlapis, tentunya demi menjamin keamaan negara ya.
Pos pertama adalah tempat kami melapor, lalu follow akun IG dan memperoleh kartu pengunjung. Pos ke dua, adalah saat kami melewati pintu imigrasi (bagi yang punya paspor dan ingin masuk wilayah Timor Leste). Kalau saya yang lewat jalur kendaraan.
Pos ketiga ada di dekat tugu batas wilayah Indonesia dan Timor Leste. Di dekat pos 3 ini lah terdapat spot foto icon dari PLBN Motaain.

Di pos 3 ini, kami sekali lagi meminta ijin untuk melintas ke wilayah Timor Leste. Alhamdulillah oleh petugas diijinkan. Dengan catatan sebelum pukul 16.00 kami harus kembali, karena pada pukul 16.00 portal akan di tutup bagi yang tak memiliki paspor.
Baiklah, masih ada waktu, kami pun dengan perasaan senang segera bergegas melewati pos 3, melintas menuju wilayahTimor Leste

Setelah melewati jembatan itu, terdapat tugu batas Indonesia dengan Timor Leste, yang diresmikan tahun 30 Agustus 2005. Ditandatangani oleh menteri luar negeri Indonesia (Hassan Wirajuda) dan menteri luar negeri Timor Leste yang menjabat saat itu, yaitu Jose Ramos Horta. Tugu yang sangat sederhana bantuknya.

Masuk Wilayah Timor Leste
Setelah melewati tugu batas, kami berjalan di tengah terik matahari. Berjalan sekitar 100 meter sebelum bertemu dengan jembatan lagi dengan tulisan selamat datang di Timor Leste di atas jembatannya.
Pas ada orang yang melintas di jembatan itu, dan kami meminta tolong untuk di foto di depan jembatan. Bapak-bapak yang kami mintai tolong adalah warga Atambua, yang baru saja ke wilayah Timor Leste. Katanya seminggu tiga kali ke sana, karena punya usaha di Timor Leste.

Setelah kami mengatakan, tak semua kami memiliki paspor, Bapak itu memberi informasi, bahwa kami boleh kok melintasi jembatan itu sampai ke kantor imigrasi Timor Leste, asal tak melewati pukul 16.00 sudah kembali ke wilayah Indonesia. Info yang sama dengan yang diberikan oleh petugas di pos 3.
Bahkan beliau menyarankan kami untuk minta ijin pada petugas lintas batas di Timor Leste, untuk masuk lebih jauh lagi, sampai ke pasar terdekat kalau pengen membeli minuman atau oleh-oleh khas Timor Leste.
Masih puku 14 sekian menit. Masih ada banyak waktu. Baiklah, kami pun melangkah maju lagi melewati jembatan. Di ujung jembatan terdapat batu prasasti dan tugu. Tulisan di batunya bukan menggunakan bahasa Indonesia. Tapi bahasa Portugis, ditandatangani oleh Xanana Gusmao.

Di belakang tugu dan prasasti ini adalah pos pemeriksaan lintas batas Timor Leste. Semua penumpang kendaraan harus turun, lalu masuk pos pemeriksaan imigrasi.
Karena pengen foto ala three angels, dan saat itu tak kelihatan ada yang melintas, tak ada yang bawa tongsis pula, jadilah kami pakai tas untuk pengganjal handphone. Pakai kamera depan, atur posisi, pakai timer 10 detik, cekrek dan lumayan lah hasilnya.


Pos Lintas Batas Timor Leste.
Teman saya yang punya paspor, pengen dapat cap di paspornya. Jadilah kami bertiga menuju pos pemeriksaan imigrasi. Saya minta ijin pada petugas untuk berfoto di sana. Walau suasana cukup ramai karena ada rombongan dari bus yang turun untuk menjalani pemeriksaan, alhamdulillah kami diijinkan untuk berfoto.

Usai berfoto, saya dan satu teman keluar lagi dari gedung. Menunggu di dekat pintu keluar. Sementara satu teman yang punya paspor, masuk untuk diperiksa.
Cukup lama kami menunggu, kok teman saya nggak muncul-muncul. Saya tengok jam di handphone, hah, kok sudah pukul 16.26. Lho, padahal tadi pas melintasi jembatan kan baru menjelang pukul 15. Masa sampai satu jam lebih sih kami berfoto di jembatan dan tugu batas Timor Leste.
Kembali ke Wilayah Indonesia
Mulai panik deh. Jadilah saya kirim pesan pada teman yang masih menjalani pemeriksaan. Kami duluan balik ke wilayah Indonesia, menunggu di area parkir.
Kami pun berjalan bergegas. Tapi sebelum masuk wilayah Indonesia, masih tetap menyempatkan berfoto. Merasa aman karena portal belum di tutup.

Usai berfoto, lanjut jalan lagi melintasi pos penjagaan 3. Menyapa penjaga dan mengucapkan terima kasih. Pas lewat pos 3 ini, kami papasan dengan rombongan pengunjung lain yang baru datang. Saya membatin, ternyata sudah lewat pukul 16.00, masih bisa lho melintas batas wilayah.
Lanjut menuju pos 2. Menyapa dan mengucap terima kasih pada petugas di pos 2. Eh, ada bus Bagong lagi berhenti di sini.
Jalan lagi menuju pos 1. Mengembalikan kartu pengunjung, dan mengucap terima kasih. Kaki sudah pegal, tenggorokan kering karena tadi nggak bawa minuman. Takut dehidrasi, akhirnya kami memutuskan menunggu di pasar saja, sekalian beli minuman.
Pas duduk sambil nunggu pesanan minuman inilah, saya buka handphone lagi. Lihat jam, kok pukul 15. 49. Lho gimana sih ini?
Dari penjelasan ibu yang jual minuman, baru deh kami ngeh, bahwa ada perbedaan waktu 1 jam antara wilayah Atambua dengan Timor Leste. Jadi begitu melewati entah jembatan atau tugu di wilayah Timor Leste, otomatis jam di handpone menyesuaikan dengan waktu setempat.
Pantesan tadi portal masuk ke wilayah Indonesia belum di tutup, karena memang belum waktunya di tutup.
Sekitar 30 menit kami di pasar. Melihat para pedagang mengemasi barang dagangannya, siap-siap tutup toko. Hingga akhirnya teman kami datang. Dan dia gagal dapat stempel di paspornya!
Jadi, bulan Agustus 2024 ini, habis masa berlaku paspornya. Katanya ada dua petugas yang memeriksa tadi. Satu petugas yang ada di pos imigrasi Timor Leste mengijinkan dia masuk ke wilayah Timor Leste. Untuk ke pasar dan beli oleh-oleh saja. Tapi petugas yang satunya tak memperbolehkan. Karena aturannya minimal harus 6 bulan sebelum masa berlaku paspor berakhir, yang diijinkan untuk melintas dan dapat stempel di paspornya.
Tak apa lah, yang penting kami sudah menginjakkan kaki di sini, PLBN Motaain. Satu dari 5 pos lintas batas wilayah Indonesia dengan Timor Leste yang ada di NTT.
Tepat pukul 16.30, kami meninggalkan PLBN Motaain, menuju Kefamenanu.

Mbak Nanik keren nih. Walau hitungannya tugas, tetap seru karena bisa jalan-jalan ke berbagai daerah ya. Bahkan bisa ke perbatasan juga. Nah, saya pernah nonton youtuber yang jalan-jalan lintas negara naik bus Bagong. Tapi memang harus punya paspor.
Tau gak Mbak kenapa saya pengen banget ke Kefa? Itu karena saya pernah duduk bersebelahan di pesawat dengan Xanana Gusmao. Beliau cerita banyak soal pembangunan perbatasan Motaain kepada saya selama 30 menit penerbangan Balikpapan-Bontang. Kami sama-sama menjadi undangan PT. BADAK NGL. Beliau jadi tamu manajemen sementara saya ngajar craft untuk ibu-ibu di sana plus jadi salah satu kegiatan CSR.
Beliau juga cerita tentang naik turunya hubungan diplomatik antara Timor Leste dan NKRI, serta bagaimana proses referendum. Nyatanya setelah lepas dari NKRI, Timor Leste tidak jadi jauh lebih baik. Malah banyak orang Indonesia yang sekarang kembali mengontrol, mengendalikan dan menjadi vendor utama beberapa proyek penting di Timor Leste.
BTW, tulisannya keren banget Mbak Nanik. Rinci dan mudah dipahami. Saya jadi semakin pengen ke Kefa dan Motaain. Semoga suatu saat bisa sampai ke sana. Entah bagaimana caranya.
Ternyata begitu ceritanya.
Semoga suatu saat nanti bisa keturutan ya mbak, menginjakkan kaki dan eksplore wilayah timur ini, hingga ke perbatasan Timor Leste. Alamnya indah sekali mbak. Karena ternyata di NTT itu ada juga daerahnya yang dingin
Pas baca part jam 16.00 nya, aku udh feel, bukannya beda waktu ya 😄. Krn seingetku imigrasi lumayan strict soal aturan jam buka tutup portal.
Aku udh lama planning mau ke sini mba. Nyeseeel pas msh bagian dari Indonesia malah blm tertarik. Sekarang jadi kepengin 😅. Apalagi temen Malaysia ku juga ada niat mau ke timles. Jadi dia nawarin sekalian. Cuma masih cari rute yg enak.. Dan maskapai yg kesana
. Krn jujurnya aku udh blacklist lama lion group. Dulu kesana ada sriwijaya. Tapi udh ga jalan kayaknya. Citilink blm cek lagi apa msh ada rute atau ga. Tp dari bali berangkat seingetku. Gapapa juga sih, yg penting ga naik Liong 🤣. Udh kapok kalo itu.
Timles nya sendiri aku pengen liat patung yesus yg besarnya, no 2 terbesar setelah yang di Brazil. Jadi mau kesitu tujuan utama 😁. Dan kata temen yg udh pernah ke timles, penduduk lokalnya ramaaaah banget. 😍
Kalau dari Ngurah Rai ada citilink ke Dili mbak. Kalau mau jalur darat, lewatnya ya perlintasan Motaain dan Motamasin.
Wah, seru banget mbak cerita perjalannya
Bisa memiliki pengalaman menginjakkan kaki di bumi Timor Leste ya
Kok seru baca perjalanan ke Timor Leste ini. Walaupun cuma 2 jam menginjakkan kaki di sana, tapi puas. Lucu juga ya, boleh berkunjung asal follow IG-nya…wkwkwk…
Kira-kira oleh-oleh khas Timor Leste apa ya? Pengen tahu juga nih, kuliner khas sana apa ya?
kemarin di kasih tahu petugas, makanan khas Timor Leste, namanya bebere mbak. Terbuat dari daging sapi, tapi kami nggak sempat nyicip kayak gimana rasanya
Wahiyaa.. aku juga penasaran sama kuliner khas Timor Leste.
Apakah kaya santan gurih gitu?
Atau pedas?
Cepet banget penugasannya yaa, ka Nanik.
Jadi berharap ditugaskan ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Meski perjalanan panjang dan melelahkan tapi rasanya selalu excited kalau perginya ke tempat yang baru, ya, mbak,,,
Luar negeri lagi, hehehe
Suka ngiri sama perjalanan mbak Nanik, meski dinas tapi selalu disempetin mengamati dan menikmati lokasi dinas sekalian nabung kenangan ya, mbak…
hehehe… iya nih mbak. Nulis kenangan di sini biar ntar kalau mau cerita ke para cucu lebih mudah merecall ingatannya
Nampak sepi ya Mbak? Atau kebetulan aja waktunya sepi
Impian saya banget nih Mbak, bisa ke Indonesia timur bahkan kalo memungkinkan ke Timor Leste
saya pingin lihat sisa-sia ekspansi Indonesia
iya mbak, para pelintas yang lain naik mobil, bus dan ada juga sepeda motor.
Tapi malah asyik, bisa berfoto tanpa ada bocor hehehe
pengamanan 3 lapis, bikin penasaran Timor Leste gmn, and bisa minum minuman luar negeri seharga 15,000.
Mbak Nani dari Malang, kalau ketemu Bus Bagong di daerah lain jadi serasa lagi di Malang ya Bus Bagong nya persis dengan di Malang yang biasa menuju kediri, jombang. Cuma ini penampakannya lebih bagus dan terawat.
Tugas yang menyenangkan ya, Mbak.
Wah aku lihatnya seru banget Mbaknya tugas ke Kefa. Walau perjalanannya cukup panjang juga ya Mbak dari Kupang ke Atambua. Atambua ke Kefa pake jalur darat 5 jam. Aku sungguhan baru tahu kalau penerbangan Kupang-Atambua itu di hari-hari tertentu saja
Luar biasa. Keren sekali Bu pengalaman nya
Main ke luar negeri jadinya ya hahaha…
Btw saya jadi pengen ketawa, harus follow Instagram dulu baru dikasih surat izin ya. Hahaha …
Kalau disebut Timor Leste, aku auto inget suaminya KD aja siih..
Dan ternyata sedeket itu yaa..
Sangat disesalkan saat pemisahan dari NKRI.
Tapi jadi berasa keluar negeri, hihihi..
Ka Nanik pengalamannya bwanyaaakk… Dan selalu punya cerita seru seru untuk dibagikan seperti ini.
Fotonya juga bikin pengeeeenn.. lutuu idenyaa..
Saya ketawa pas baca kalau temannya tidak dapat stempel imigrasi. Padahal sudah ditanya-tanya lama.
Yang penting sudah ke luar negeri ya mbak. Btw bahasa yang digunakan saat tanya-tanya dan ngobrol di negara sebelah, apa mbak?
petugasnya pakai bahasa Indonesia mbak, kelihatan kali muka-muka warga negara Indonesia
Mbak Nanik pingin tahu juga nih, bagaimana cara nyempetin nulis ditengah kesibukan dan perjalanan mbak dan teman-teman? Karena saya kalo ada tugas ke luar kota bawaannya capek saja, bingung juga mau nulis dari mana?
Seru banget ya Mbak, bisa kerja sambil jalan – jalan. Hheheh… Oh, jadi nggak apa – apa ya nggak pakai paspor juga meski hitungannya lintas negara? Btw, kalau denger Timor Leste, saya kok jadi inget suaminya Krisdayanti 😀
sehat sehat selalu untuk para pekerja yang sering ditugaskan ke luar kota… kelihatannya seru bisa jalan-jalan ke banyak tempat, tapi tentu ada lelahnya juga. terimakasih sudah berbagi cerita dan foto di blog, jadi lebih banyak yang menikmati cerita perjalanannya
berarti transit ya mbak, ke kupang dulu, trus terbang lagi ke tujuan, tapi lebih amannya pakai paspor nggak sih? atau hari dan jam tertentu saja boleh nggak pakai paspor, pengalaman tak terlupakan nih
Pengalaman yang berharga banget ya mbak bisa nyampe sana.. Semoga makin banyak tempat yang bisa dikunjungi ..kerja sambil jalan-jalan gini emang terdebest deh
Asyik bisa jalan-jalan tipis ke luar negeri, hehehe
Pas jamnya lewat, aku udah mbatin nih. Pasti waktunya beda kaya Bali – Jawa. Eh ternyata benar. Meski banyak pemeriksaan ini itu, tapi tanpa paspor tetap bisa jalan ke sana ya. Catet lah jadwal penerbangannya
Kalau bawa passport mungkin bisa sambil jalan-jalan sejenak di Timles ya, Mbak. Tapi, ini perjalanannya juga udah seru. Lucu juga itu yang harus follow IG hehehe.
Yah sedih ya nggak dapat tambahan stempel di paspor. Tapi tak papalah ya yang penting sudah menginjakkan kaki disana dan mendapat pengalaman yang menyenangkan dan seru ya mba. Itu hasil foto bagus walaupun harus diganjal tas tetap deh pas hasil dan posenya
Seru banget, ini mah tugas rasa jalan jalan ya maaaak. aku baru pertama liat timor leste secara detail di foto, ternyata walaupun nggak ada paspor, masih ada kesempatan boleh masuk ya mak.. hihi
kalau udah masuk perbatasan antar negara, ternyata seseru itu ya, dari peraturannya dan perjalanannya. Apalagi urusan bayar-bayar pas belanja, bisa dua mata uang juga hehe.
Seru banget ya mbak buat bapak2 yang punya usaha DI Timor Leste itu. Bolak balik keluar nyegerin bisa jalan kaki aja, ahaha (not literally jalan kaki sih ya xp)
Tapi asik banget sih sambil kerja sambil jalan-jalan iseng gini. Jadi tambah nikmat kerjanya yaa
Senangnya kalau ada kesempatan untuk bisa mengunjungi langsung tempat ini. Kalau dilihat tampilannya tak begitu ramai ya. Syukurlah bisa mengabadikan banyak hal dan foto bareng walau tanpa tripot
Kalau baca Timor Leste jadi inget punya teman yang so cute namanya Vicky, anak Timor (dulu kan namanya Timtim ya?) – dan satu sahabat yang memang bapaknya bertugas sebagai atas dubes di Timor leste ini.
Beneran deh nyesel kenapa yaaa dulu diajak ke sana kok maju mundur, sekarang hanya menikmati tulisan mbak Nanik hehehehe seneng deh mbak ngikutin ulasan kegiatan, jalan-jalan plus kulinerannya!
Berarti kalau tidak memiliki paspor saat melintas ke Timor Leste ini bisa hanya dengan melapor saja ya mbak? Aku baru tau ini prosedur untuk melintasi perbatasan, untuk penerbangannya juga tidak banyak ya. Itu pasar bersihnya malah mirip pertokoan gitu ya ketimbang pasarnya.
Unik banget sih, bisa ada beda waktu 1 jam padahal jaraknya ga terlalu jauh.
Btw Mbak, ku jd prihatin sih soal transportasi buat penduduk dekat perbatasan Indonesia, kaya agak terbatas gt ya. Jadwal pesawat aja lumayan terbatas ya Mbak
wah seru banget mba perjalanannya bisa sampe ke perbatasan timor leste
aku jadi ikutan panik kenapa tiba2 jamnya bisa berubah taunya ada perbedaan waktu yah.
Seneng banget ya Mba, tugas kerja sekalian jalan-jalan. Baru tahu ternyata ada batas waktu sampai jam 16 kalau mau berkunjung ke sana dari perbatasan karena portal ditutup buat yang nggak ada paspornya.
Masyaallah asyik bener mbak jalan2nya makasih udah berbagi cerita aku jd membayangkan berkunjung kesana juga keribetan di perbatasan dan ternyata ga harus pake paspor ya.
masyaallah mba pengalamannya melintas ke timor leste menarik banget, meski tugas kerja tapi bisa sekalian jalan-jalan
Wuih Mbak Nanik, seru banget itu bisa melintas perbatasan negara. Pastinya pengalaman baru ya ini. Walopun deket, dan pernah jadi bagian negara kita, tapi vibesnya beda ya dengan kita. Jadi kepengen deh melintas negara luar kayak begitu juga. 😀
Pengalaman luar biasa yang pasti selalu akan dikenang ya, Mbak. Asyiknya bisa melintasi perbatasan dengan cara yang mudah dan praktis.
Wah, seru sekali mbak
Bisa merasakan melintas ke Timor Leste
Apakah sempat icip kuliner khasnya juga kah mbak?
Waktu berkunjung ke pasar yang banyak tokonya itu gimana mbak keadaannya? Apakah mirip pasar-pasar yang seperti di Indonesia mba?
Di Timor Leste, oleh-oleh khasnya apa mbak?
Alhamdulillah, ya, Mak sudah jalan-jalan ke luar negeri. Btw, untuk urusan makanan di sana termasuk gampang atau susah nggak ya buat nemuin yang berlogo halal atau semacamnya?
Wah kakak bisa ke Timor Leste
Aku mau banget ke sana
Pemandangan alamnya indah kan Kak?
Banyak spot foto yang bisa diabadikan
Keren ni mba. Bisa menyelesaikan tugas sekaligus bisa sambil jalan-jalan ke Timor Leste. Aku jadi penasaran gimana daerahnya Timor Leste sana.