Menengok Museum Angkut di Batu

Hari sabtu kemarin, kami sekeluarga ke Batu, tujuan utamanya mau beli bambu untuk membuat kandang ayam. Tujuan sampingan, ya muter-muter aja, barangkali menemukan sesuatu yang menarik untuk disinggahi. Dan malah akhirnya tujuan sampingan yang ketemu lebih dulu. Ya, kami menemukan pemandangan baru di kota batu, Museum angkut. Jadilah niatnya beli bambu, malah berbelok jadi menengok museum angkut

Dengan pd nya langsung masuk aja ke areal parkir, kok masih sepi. Tumben banget, padahal ini kan weekend, dan biasanya kalau week end itu pasti kota Batu ramai sekali. Ternyata oh ternyata, obyek wisata ini baru buka pukul 12.00, sementara saya sampai sana jam 11 an gitu deh. Daripada balik lagi, kami memutuskan untuk menunggu saja.

museum angkut
Museum angkut

Lahan parkirnya, seperti biasa PANAS. Beruntung di depannya ada pasar apung, jadi bisa numpang berteduh dulu

pasar apung museum angkut
pasar apung

Pasar apungnya satu manajemen sama museum angkut, jadi sama-sama buka jam 12. Jadi sambil menunggu buka, kami lihat-lihat dulu, sambil sesekali jeprat jepret

museum angkut

Anak-anak nggak mau diajak foto, jadi mak nya aja yang narsis

kolam pancing

Asyik lihatin ikan di kolam

pasar apung

Wah… ada perahu bawa buah-buahan

resto cheng Ho museum angkut

Makan diatas “kapal” kayaknya asyik juga, sayangnya masih tutup

pasar apung

Malah duduknya diatas meja, ini bukan hidangan lho….

pasar apung

Ada yang lagi naik perahu

Berhubung tujuan utamanya adalah membeli bambu, kami nggak masuk ke dalam museum, walaupun kami disana sampai museum di buka, dengan pertimbangan masalah keuangan. Tiket masuk pada hari kerja 50 ribu/orang, pas weekend jadi 75 ribu/orang. Jadi dalemannya museum kayak apa, kami belum tahu. Mudah-mudahan lain kali bisa masuk ke sana, pas hari kerja tentunya, biar ongkosnya lebih murah.

Di pasar apung, banyak macam dagangannya. Sayur dan buah-buahan, mainan anak-anak, sandal sepatu baju, aneka makanan (sate, soto, bakso, batagor), aneka jajanan ( cenil lupis dan teman-temannya, rangin, leker, serabi solo, aneka gorengan). Tersedia pula berbagai barang kerajinan (tas, sepatu lukis, miniatur kendaraan). Satu lagi, pusat oleh-oleh. Dan bukan cuma oleh-oleh khas batu dan malang saja lho, ada gerai juga untuk oleh-oleh khas jogja dan jateng. Jadi yang nggak sempat ke jogja dan jateng tetap bisa tahu oleh-oleh khas dari sana, walau tentu saja tak lengkap.

Sekian reportase tempat mampirnya. Bagaimana dengan tujuan utamanya? Bambu juga akhirnya belum jadi beli, setelah tawar menawar tetap nggak cocok harganya.

Baca yang ini juga

14 thoughts on “Menengok Museum Angkut di Batu

    1. setelah diamati konstruksinya, nggak terapung. Jadi beberapa bagian memang dibuat lebih rendah (cekung) dan diisi dengan air. Kalau kios-kiosnya, bawahnya beton, diatasnya dikasih papan kayu.

  1. Nyobain makan di atas kapal itu kayaknya seru buat anak-anak,
    sayang belum buka ya,
    sekarang belum masuk, berarti di suruh berkunjung lagi,
    dan ditunggu reportase lengkapnya 🙂

  2. Museumnya sudah dirancang untuk konsep wisata rupanya. Bagus ya Mbak Nanik dengan pasar terapungnya itu

    1. iya mbak, pengelola museum ini juga mengelola beberapa obyek wisata lain di kota batu, jadi memang kemasannya bagus. museum bukan lagi harus “menyeramkan”

  3. So far, the best museum yang pernah saya kunjungi. Areanya sangat luas, koleksinya juga banyak sekali. Ada parade mobil-mobil yang sangat menarik. Selain itu, juga menyajikan berbagai performance membuat pengunjung tidak bosan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: