Mengajarkan Perbedaan Sejak Dini

Suatu malam, kami bersilaturahmi ke rumah saudara. Pas sampai di sana, sudah ada juga beberapa tamu yang sudah duluan sampai. Usai bersalaman dengan tuan rumah dan beberapa tamu, saya dan anak-anak masuk ke ruang tengah, sementara suami di teras bersama tuan rumah dan tamu lelaki. Jadi, para lelaki ngobrol di teras. Sementara para perempuan dan anak-anak di ruang tengah. Nyonya rumah, kadang ke teras, kadang juga di ruang tengah menemani kami mengobrol.

Sepulang dari rumah saudara itu, karena belum ngantuk, kami pun bersantai di rumah. Suami dan Satria berkolaborasi main game di tablet. Sementara Nayla bermanja-manja di pelukan saya sambil bertanya ini itu. Lalu obrolan kamipun menjadi sedikit lebih serius.

“Ma, tante yang tadi itu agamanya apa?”

“Islam” jawab saya.

“Kok nggak pakai jilbab?”

“Hmm… mungkin karena di dalam rumah. Kayak mama juga kan, kalau di dalam rumah nggak pakai jilbab”

“Tapi kan di rumahnya lagi banyak tamu, Ma. Mama kalau ada tamu dirumah kan pakai jilbab juga”

Duh, mulai serius nih bahasannya. Emaknya mikir sejenak, mencari analogi yang pas biar penjelasannya bisa diterima si bocah.

“Gini ya kak, setiap orang itu kan beda-beda walau sama-sama Islam. Ada yang sholat, ada juga yang nggak. Ada yang ke masjid, ada juga yang nggak. Ada yang puasa, ada juga yang nggak. Ada yang berjilbab, ada juga yang nggak. Kita doakan aja ya, semoga tante itu segera juga berjilbab”

“Oooo…. gitu ya, Ma”

Semoga saja si bocah paham dengan penjelasan saya itu. Sepertinya sih dia paham, karena sudah tidak mengejar dengan pertanyaan lagi. Dia lalu mengambil hp saya, membuka-buka lalu menunjukkan satu kontak di hp saya.

“Kalau teman Mama yang ini, agamanya apa?”

“Oh, kalau dia agamanya Kristen”

“Kenapa Kristen, kenapa nggak Islam”

“Ya, karena dia memilih Kristen sebagai jalan hidupnya. Agama kan ada banyak, ada Islam. Ada Kristen. Ada Katolik, Budha dan Hindu. Kalau keluarga kita semuanya Islam”

“Ooo… pantesan teman Mama ini sukanya dandan. Pakai lipstik, pakai bedak. Kalau Mama nggak pernah”

“Mama kan nggak usah dandan udah cantik. Dandan itu nggak ada hubungannya sama agama, Nak. Agama Islam juga boleh kok dandan”

“Terus kenapa mama nggak pernah dandan. Mbok mama itu pakai lipstik gitu lho, terus pakai bedak. Nanti kan jadi cantik” Duh, sibocah udah mulai tahu bedak dan lipstik ini.

Sebelum saya jawab, udah di dahului oleh suami.

“Mama itu memang nggak papa suruh dandan kalau di luar rumah. Dandannya buat siapa? Mama itu boleh dandan kalau di dalam rumah aja. Buat papa”

Dan si bocah pun langsung diam. Nggak ada pertanyaan lanjutan.

***

Semoga malam ini si bocah belajar bahwa ada banyak keragaman di sekitarnya. Semoga si bocah bisa menghargai setiap perbedaan dan tidak menyalahkan atau memberi label buruk pada setiap hal yang berbeda dengan dirinya, atau apa yang dia yakini. Dunia ini luas, Nak. Teruslah belajar menerima perbedaan.

Baca yang ini juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *