Seminggu terakhir bulan puasa kemarin, setiap sore menjelang maghrib, saya jadi suka membuka pintu belakang. Duduk di depan pintu dan memandangi sebidang tanah di belakang rumah. Masih ada lahan kosong yang nggak ada bangunannya sekitar 1,5 x 4 meter di belakang rumah.
Lahan itu kini tak lagi kosong. Banyak bunga berwarna kuning diantara hijau dedaunan. Bunga-bunga yang mekar di sore hari menjelang waktu maghrib. Bunga-bunga yang menarik perhatian saya, membuat saya betah duduk berlama-lama di depan pintu. Nagbuburitnya nggak usah jauh-jauh, cukup duduk tenang sambil menunggu bedug maghrib.
Bukan bunga yang istimewa hingga laku di jual dan jadi buruan banyak orang. Ini hanyalah bunga tanaman gambas alias oyong. Tapi ternyata bagus juga lho jadi penghias tanah di belakang rumah itu.
Selain tanaman oyong, ada tanaman merambat lainnya di belakang rumah yaitu mentimun dan labu air (blonceng). Tapi timun dan blonceng, bunganya nggak seramai tanaman oyong ini.
Timun, blonceng dan oyong ini dulu bibitnya di sebar secara bersamaan. Iya di sebar gitu aja, bukan dibuatkan lubang terus ditanam. Emang niatnya bukan buat dibudidayakan, tapi buat ngetes aja apakah benih yang kami miliki ini masih bagus dan bisa tumbuh walau tanpa perawatan khusus.
Benihnya ini dulu nggak beli, melainkan diambil dari buah yang sudah tua. Biji-bijinya di ambil lalu di cuci bersih dan dikeringkan dengan cara di jemur.
Walau di sebar bersamaan, di lahan yang sama. Sama-sama nggak dapat perlakuan khusus, ternyata tumbuhnya nggak bersamaan lho. Benih timun yang pertama tumbuh.
Mentimun
Di antara ketiga tanaman merambat yang ada di belakang rumah, mentimun yang pertama nampak tunasnya. Lalu tumbuh semakin besar dan mulai berbunga. Bunganya warna kuning. Bunganya nggak terlalu lebat. Banyak yang rontok, hanya sedikit yang bisa bertahan dan menjadi besar.
Lumayanlah, kalau lagi bikin sambal dan butuh lalapan timun, tinggal buka pintu belakang dan metik satu buah timun. Fresh langsung dari pohonnya.
Timun ini adalah jenis timun yang besar. Tidak disediakan kayu-kayu penyangga sebagai tempat merambat, jadinya ya menjalar di bawah saja. Kalau pengen cari buahnya, harus menyibak dedaunan yang lumayan rimbun.
Baca juga : Panen Timun, Menyenangkan sekaligus Melelahkan
Ada yang buahnya nggak ketahuan, tersembunyi. Pas ketahuan, sudah agak tua, tapi bijinya belum bisa dijadikan benih. Udah nggak lezat kalau dibuat lalapan maupun di makan langsung, jadi ya di sayur aja. Kamu pernah bikin sayur timun? Kalau belum boleh lho mampir baca resep sayur timun yang pernah saya tuliskan di sini.
Baca juga : Resep Sayur Timun dan Ikan Patin Kuah Kuning
Saat timun ini udah mulai berbuah, tanaman blonceng baru berbunga. Sementara itu, tanaman oyong belum ada yang tumbuh.
Tanaman Sayuran Labu Air/Blonceng
Blonceng, di beberapa tempat menyebutnya labu air. Adalah tanaman merambat yang tumbuh nomor dua setelah timun. Kalau timun bunganya berwarna kuning, maka blonceng bunganya berwarna putih.
Blonceng ini bisa diolah menjadi berbagai macam sayur. Lodeh, sayur bening, tumis. Kalau di Malang, biasanya di masak rawon. Jadi jangan ge er dulu kalau main ke Malang, lalu di ajak mampir dan dibilangi tuan rumah lagi masak rawon. Bisa jadi itu bukan rawon daging sapi, melainkan rawon blonceng.
Baca juga : Mengenal Manfaat Blonceng dan Aneka Olahannya
Karena tak dibuatkan rambatan, jadi pertumbuhan buah bloncengnya juga nggak bagus. Buahnya kecil karena nempel di tanah. Bagusnya sih dibuatkan rambatan, jadi buahnya bisa bergelantungan dan tumbuh besar.
Tapi kalau buahnya kecil, malah pas sih sebenarnya. Sekali masak bisa langsung habis.
Dari sekian banyak bunga, hanya dua yang jadi buah. Yang lain berguguran, layu setelah mekar.
Tanaman Oyong/Gambas.
Oyong ini yang benihnya terakhir tumbuh, daunnya paling lebat dan bunganya paling banyak. Subur banget, sampai suami juga heran. Karena tanaman oyong yang dia tanam di sawah, daunnya nggak selebat yang ada di belakang rumah.
Bunganya berwarna kuning, setiap sore banyak banget yang mekar. Jadi pemandangan yang menyenangkan.
Mungkin karena daunnya yang lebat, malah buahnya nggak ada yang jadi. Saya udah seneng lihat calon buah yang sebesar jari, jumlahnya banyak. Tapi ternyata buah-buah kecil yang saya lihat segar di pagi hari, sore harinya sudah nampak layu. Kamudian patah dari tangkainya, berjatuhan.
Karena sudah dua mingguan menunggu nggak juga bisa panen oyong dan tanamannya makin rimbun, saya minta pada suami buat menebasnya saja. Apalagi rumputnya juga lumayan lebat. Saya takut kalau malah jadi sarang ular. Apalagi nggak jauh dari belakang rumah ada kebun tebu dan pekarangan kosong milik tetangga yang juga nggak terawat. Banyak tanaman liarnya.
Saat lagi nebas-nebas, eh malah suami nemu harta karun. Bukan emas permata, tapi oyong yang ukurannya sangat besar. Tersembunyi di balik dedaunan.
Oyong yang tersembunyi ini tanggung usianya. Sudah terlalu tua kalau untuk di sayur. Tapi juga belum terlalu tua kalau mau dijadikan benih. Bijinya belum bagus kalau mau dikeringkan dan dijadikan benih.
Jadinya di apain?
Saat saya menuliskan ini, buahnya belum diapa-apain. Malah di pakai mainan sama Toto. Dijadikan senjata untuk main perang-perangan. Dianggapnya itu senjatanya bima.
Kesimpulan dari Hasil Pengamatan
Kesimpulan hasil pengamatan? Udah kayak nulis skripsi aja nih.
Hahaha… nggak lah. Anggap aja ini nulis laporan praktikum.
Dari beberapa literatur yang saya baca, ternyata oyong dan timun itu berasal dari dari satu keluarga, yaitu curcubitaceae. Timun baru bisa dipanen setelah 30 hari dari masa penanaman, sementara oyong baru bisa dipanen setelah 35 hingga 40 hari.
Duh nulis bahas latin gini kok saya jadi ingat pelajaran biologi jaman SMA. Gara-gara nggak hapal nama latin berbagai tumbuhan, nilai ulangan saya saat kelas 1 SMA untuk pelajaran Biologi selalu jelek. Bahkan di raport dikasih nilai merah sama bu guru.
Balik lagi ke keluarga curcubitaceae ini. Karena suami menebar benih timun, blonceng dan oyong bersamaan, seharusnya waktu panen timun dan oyong masih beriringan. Tapi karena tumbuh benihnya nggak bareng, jadinya tanaman timun sudah mati, oyongnya baru berbunga.
Kalau saya perhatikan, emang daun oyong dan timun ini mirip, setipe gitu. Bentuk dan tingkat kekasarannya. Sementara untuk daun blonceng, lebih tipis dan lebih halus
Sejak ada tiga tanaman merambat ini di belakang rumah, rerumputanpun mulai ikut tumbuh tebal. Kalau sore sering saya dapati kucing liar berbaring, beristirahat di atas rerumputan itu. Empuk kali ya saking tebalnya.
Rumput yang tebal ini, akhirnya memancing aneka serangga dan ulat untuk datang dan bersarang. Entah dari mana asalnya. Yang pasti saya jadi nemu beberapa jenis ulat, nemu siput, berbagai macam semut dan juga belalang.
Sekian cerita dari kebun belakang rumah. Boleh banget lho kalau mau kasih saran, sebaiknya si oyong raksasa itu diolah jadi apa.
Timun, blonceng dan oyong ini sayuran kesukaan akuuuu
mupeng banget buat bisa nanam di pekarangan rumah.
soale, suegerr dan bisa diolah jadi sayur yg endeus.
Muanteb banget Gambasnya, segede gaban wkwkkw. Saya jadi pengen pulang ke desa nih, sayangnya disana belum ada internet huhuhu.. Memang kalau tinggal sebar trus tumbuh itu menyenangkan sekali ya mbak, semuanya organik pastinyaaa..
Wah iya itu oyongnya gede banget ya, aku kayaknya kalau beli oyong gak ada yang segede gitu hahahaa… hebat kamu mak bisa menanam bahan pangan di rumah, aku pengen banget nyobain di rumah.
Mbak Nanik, masya Allah, “rame” ya pekarangan belakang rumahnya. Bukan tempat jemuran pakaian berarti, ya?
Berarti kalau memang ingin buah2nya bagus, harus sengaja merawatnya ya.
untuk jemuran di lantai 2 mbak, panas jadi cepat kering
Seneng banget lihat pekarangan Mba Nanik ditanami yang ijo-ijo. Jadi enak ya kalau butuh mentimun, mau masak sayur oyong tinggal petik. Mba rumahnya daerah mana, kayanya masih asri ya?
saya tinggal di Malang mbak
Ya Allah itu oyongnya gede banget haha. Perasaan kalau ke pasar ga pernah liat yang segede itu.
Kagum aku mbak sama tanah di tempatmu. Biji dilempar saja bisa tumbuh subur dan menghasilkan buah bagus-bagus. Gimana kalau ditanam beneran ya? Tanda rahmat Allah ya mbak, diberkahi tanah yang baik dan subur, apa-apa mudah tumbuh.
Liat buah labunya jadi pingin bikin sayur labu yang kuahnya kayak kuah sop. Dimakan anget-anget pas udara dingin, pasti enak sekali.
Mbaaa, itu oyongnya raksasa bisa buat berapa kali makan ya klo di rumah. Samaaa mba, kadang kecil gtu bisa habis sekali makan ya. Dibikin pagar utk rambatan cakep mbaaa. Asyik banget punya lahan buat nanem gini mba, dulu rumahku belakangnya sama kayak gitu tapi udah jadiin dapur sekarang 😀
Keren loh Mbak, punya tanaman merambat di halaman rumah selain menambah segar pemandangan juga bisa dibikin sayur. Mantaap
wah Oyongnya besar juga ya mak dan terlihat enak jika dimasak sayur.. pasti seneng nih punya banyak tanaman sayuran yang bisa dimasak langsung dan segar begini
Daun timun, daun blonceng dan daun oyong bentuknya mirip, ya. Eh, beneran itu oyongnya gede banget. Mba Nanik telaten nih, banyak tanaman sayur di belakang rumah. Jadi mau masak apa tinggal metik.
Dulu waktu awal nikah aku bingung suamiku minta dimasakin sayur gambar, gak ngerti ini jenis sayuran apa hihihi Waktu aku ajak ke pasar ternyat abaru tau kalau gambas itu oyong. Gambar ini termasuk tyumbuhan rambat ya ternyata. Besar banget mbak gambasnya
AKu paling suka sayur bayam oyong mbak nanik, kalo Ibu dah masak itu,
dikasih sambel tomat aja aku udah lahaaapppp banget!
Paduan paling pas cucok meong buatku ya ditambah balado telor hahahahahah (eh ngapa jadi ngomongin makanan sih!)
terima kasih mba sudah bikin ulasan pengamatannya, btw itu benaran oyong segede itu, bukan efek kamera, hehehe. btw aku naksir pengen punya tanaman timun sendiri, pengen makan yang langsung dripetik, lebih segar kan
Iya niih…jadi inget saat praktikum dulu selalu bikin laporan kerja dan catatan hasil penelitian.
Tapi kalau anak bio suka detil pakai gambar gini..mirip kaya tulisan kak Nanik.
Itu ya…oyongnya mantap. Meski gede tapi ringan kan yaa..
Hehehe..
Eh iya loh kayak Gada nya Bima, gede juga ya gambasnya. Jadi kayak senjata ya, terus akhirnya gambas nya sekarang dibikin apa nih?
Seneng banget ya mbak masih punya pekarangan dan ditanami berbagai macam tanaman baik sayur atau bunga di belakang rumah. Sesuatu yang mewah di perkotaan…
wah dari artikel ini, saya jadi tahu bagaimana bentuk bunga oyong, padahal klo oyongnya sedah sering lihat, bahkan dimasak menjadi sop oyong
Wah, ternyata daun tanaman oyong, timun dan blonceng ini hampir sana ya mbk. Aku pernah lihat yang bunganya warna kuning. Ya ampun mbkkk… Itu oyongnya besar banget… Enak nih dibuat sayur bening ^^
Waahh…asyik sekalii bercocok tanam gini. Ngga perlu buru3 ke tukang sayur kalau mendadak butuh sayur. Btw, aku baru tahu ada sayur Blencong eh Blonceng. 😀 Mirip2 timuunn.
Ya ampun sy salfok itu oyongnya gede benerrr. Bisa buat disayur 2 rumah ituh. Haha. Saya penasaran rasanya lbh enak sm yg versi mungil atau cenderung gmn ya?
Wiiiihh mantul banget. Tanaman yang berhasil di rumah kok cuma kangkung hahaha
Pengen jg eui panen tanaman2 merambat gtu. Kemarin sih suamiku baru beli bibit mentimun soalnya kami suka banget sama acar dan lalapan. Moga ntr pas ditanam bisa tumbuh bagus jg 😀
Duh kalau lihat hasil panen dari belakang rumah gitu keingat sama rumah ibu di bandung dulu. Banyak hasil kebunnya. Sekarang di rumahku sendiri, aku belum berani nyebar kayak gini di halaman belakang soalnya di halaman belakang udah penuh sama ayam-ayam yang kelaparan. Hehe
gambasnya gede banget mbaaa masyaAllah semuanya tumbuh subur dan sehat
baru tahu namanya blonceng mba, aku pernah liat di pasar tak kita terong itu lho
Wah seneng banget nih masih ada area bertà nam di sekitar rumah. Apalagi masa pandemi gini deh jadi kepengen berkebun
Karena saya ada sawah juga, saya juga sering kok kak nanem gambas dan hasilnya di jual di pasar Natar Lampung Selatan. Oyong itu enaknya di bikin rendang dan di sayur bening juga boleh. Hayo yang belum coba bikin rendang gambas/oyong tunjuk tangan? maksudnya, bikin rendang campur daging sapi, uenake poollll..
Btw, keren nih kak Nanik, memanfaatkan lahan kosong untuk nanem tanaman bersulur, ada timun juga boleh tuh dibikin petis dll…harus pinter2 gini memang mengisi lahan kosong. Kalo saya di rumah nanem jahe di polybag, seru memang urban farming ini…. thanks ulasannya kak, keren.
kalo punya tanaman, kayak mama molly tuh tiap hari mantengin tanamannya biar sehat dan tumbuh subur. jadi kayak punya adek baru mollynya wkwk
wah oyongnya gede banget mbak
btw aku juga punya tanaman mentimun
asik sekali mbak punya tanah yang bisa ditanami bermacam macam tanaman seperti ini
Mba Naniiiik, gede amattttttt gambasnya. Itu masih muda atau udah tua buat bibit itu mba? Masya Allah, senangnya bisa metik sayur di kebun sendiri. Mana tanaman-tanaman merambat ini bunganya bagus-bagus dan cantik-cantik pula lagi. Makin indah lah itu kebunnya.
duh mbak Nanik, saya iriiii….
enggak pernah sukses nanem tumbuhan merambat nih
pernah nanem markisa, daunnya rimbun eh nggak mau berbuah
ya ditebang aja akhirnya 😀
Wah keren banget Mba, kebunnya menghasilkan, saya belum memanfaatkan lahan di samping rumah nih. pengen juga memanfaatkannya utk berkebun yang menghasilkan. Baru di depan aja untuk tanaman hias nih…
Seneng ya mbak melihat pertumbuhan tanaman. Apalagi sayur-sayuran merambat. Kalau dibuatkan rambatan makin asyik lagi.
Kalau lagi di rumah keluarga bapak sih sering masak sayur timun. Kuahnya kuning gitu. Tapi nggak dikasih santan. Nikmat banget deh.
Kalau aku lebih prever ke tanaman merambat diatas kak. Karena kalau merambatnya di bawah atau di tanah, takut ada hewan mengerikan 😬
Oyong kering untuk loofah, mbak
Loofah itu buat penggosok badan saat mandi …Kalau segede itu mahal pula hahaha
Aku bayangin belakang rumah Mbak Nanik enak tenan, pengin lalap timun tinggal buka pintu dan petik timunnya. Mau sayur bening blonceng atau oyong pun juga sama.
Rumahku ga ada halaman belakangnya hiks…
Hahahaha. Lucu Mbak Nanik nih. Iya ya kayak nulis laporan praktikum IPA khususnya mengenai tumbuh-tumbuhan. Tapi menarik kok tulisannya. Jadi tahu proses tumbuhkembangnya tanaman, bentuk fisiknya dan hasilnya. Apalagi terus liat Oyong yang segede bayi baru lahir itu hahahaha. Dimasak bening kayaknya enak yo Mbak.
Daunnya mirip ya mba? Wah seru banget pasti ya ngamati tanaman apalagi dekat rumah, selain asik buat lihat juga bermanfaat untuk dijadikan sayur. Hihihi
Mbak Nanik, aku penasaran itu kalau buah merambat dibiarkan geletak di tanah ga dimakan tikus kah? Atau tikusnya ga suka kalik ya..hihi secara saya nanam sereh dan kunyit di pot saja dimakan tikus huhuhu tikusnya rakus amat yak ditempat saya..
Tanaman merambatnya bagus dan segar dilihat, senang pekarangan rumah, atau halaman ada tanama produktif yang bermanfaat.
Di kebun mertuaku, sayur-sayuran ini juga menjalar di tanah saja, juga labu, timun suri, dan semangka. Kalau 3 yang terakhir buahnya besar sih ya jadi udah ditandain untuk di panen sebelum busuk. Nah yang 3 lagi seru juga panennya karena seperti mencari harta karun hahaha 🤣 bocah pada senang tuh kalau diminta bantuin panen.