Menjelang pukul 11.30 WITA ketika pramugari Wings Air mengumumkan bahwa pesawat yang saya tumpangi akan segera mendarat di Bandara H. Hasan Aroeboesman, Ende. Saya pun segera menegakkan punggung, ingin melihat pemandangan di bawah melalui kaca jendela pesawat.
Deretan perbukitan hijau, dengan liukan berwarna coklat. Liukan yang menandakan bahwa area itu sering dilewati, ya itu adalah jalan penghubung beberapa perkampungan diantara perbukitan.
Makin dekat bandara, mulai terlihat batas antara laut dan darat. Di beberapa bagian nampak ada perahu kecil yang tertambat, nampak ombak menerpa bibir pantai. Pantai-pantai alami dan sepi dari lalu lalang manusia.
Sesampai di Bandara, begitu turun dari pesawat, hawa panas langsung menerpa wajah. Jemputan sudah menanti. Kami lalu menuju warung makan Bangkalan, menikmati seporsi lalapan ayam. Setelah kenyang barulah menuju hotel Grand Wisata.
Dalam kamar yang nyaman, barulah saya berselancar, mencari informasi destinasi wisata di Ende. Dari beberapa artikel rekomendasi, ada satu yang menarik, yaitu pantai Kota Raja Ende, yang jaraknya tak jauh dari hotel Grand Wisata.
Menuju Pantai Kota Raja Ende
Setelah beristirahat meluruskan kaki, karena saya berangkat dari Malang pukul 01.30 dini hari, badan mulai terasa segar kembali. Walau nggak bisa juga mata terpejam. Menjelang pukul 16.30 WITA saya keluar hotel.
Menurut pegawai hotel ada GOJEK dan MAXIM di Ende. Tapi beberapa kali saya pesan ojek lewat GOJEK nggak ada yang nyangkut, muter-muter aja aplikasinya nyari pengemudi. Aplikasi MAXIM saya nggak punya, malas juga kalau harus instal lagi. Akhirnya dengan di bantu satpam hotel, saya bisa mendapat ojek yang kebetulan lewat depan hotel.
Cara cari ojeknya, cukup berdiri di pinggir jalan. Kalau ada pengendara motor yang lewat dan membunyikan klakson, memandang ke arah kita, itu artinya tukang ojek. Atau kalau kelihatan pengendara motor dari jauh, kita lambaikan tangan, dia berhenti, itu artinya tukang ojek.
Saya tanya ke pak Satpam berapa tarif ke pantai Kota Raja, satpamnya bilang “Kasih 5000 saja”
Ok, saya pun lalu naik ojek. Eh ternyata lumayan jauh lho. Lebih jauh dari jarak rumah saya ke kantor, berarti 3 km lebih. Masa cuma dikasih 5 ribu sih?
Tapi pas turun, tetep juga saya kasih 5 ribu. Yang keesokan harinya baru saya peroleh informasi bahwa memang tarif ojek di Ende tuh jauh dekat adalah 5 ribu.
Saya pun lalu masuk area Pantai Kota Raja yang berada di Kelurahan Kota Raja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende.
Pas masuk ada bapak-bapak yang mendatangi saya, menyodorkan karcis. Ok, saya pun merogoh saku, mencari uang kecil. Yup, uang kecil karena tarifnya hanya 2 ribu rupiah per orang.
Menikmati Keriuhan Pantai Kota Raja
Matahari masih bersinar dengan terik sore itu, namun banyak sekali anak kecil yang bermain dan juga mandi di pantai. Anak-anak kecil, banyak yang tanpa pengawasan orang tua. Anak-anak sekitar situ, jadi sudah biasa kali ya mandi di laut tanpa pengawasan. Ombaknya memang nggak terlalu besar sih.
Ada yang duduk-duduk saja di atas pasir, mungkin mengawasi anak atau adiknya yang sedang mandi. Ada beberapa anak yang bergulung-gulung di atas hamparan pasir, kulitnya yang gelap jadi makin nampak hitam. Puas bergulung-gulung lalu lari menghambur menyongsong ombak. Membersihkan badan dengan air laut. Eh setelah bersih, balik lagi bergulingan di atas pasir.
Pasir di pantai berwarna hitam. Banyak anak remaja dan dewasa yang main sepak bola di pantai. Membentuk beberapa kelompok. Jadi di sepanjang pantai itu ada beberapa gawang yang didirikan.
Meja dan kursi tertata di beberapa bagian, ada yang langsung menghadap ke pantai. Meja kursi itu adalah milik beberapa kedai yang ada di sepanjang pantai. Di meja terhadap kertas berisi menu dari masing-masing kedai tersebut. Ada yang menjajakan camilan, minuman dan juga makan besar.
Karena belum berminat untuk makan, saya memilih berdiri saja di pinggir pantai, memandang ke arah lautan. Kadang berjalan, mencari posisi yang lebih nyaman.
Harum Aroma Rempah yang Menggoda
Saat sedang menikmati keriuhan dan keindahan pantai, saya mencium aroma yang menggoda. Aroma yang mengingatkan saya pada masa kecil, saat ibu sering memasak di tungku menggunakan kayu bakar. Saya pun lalu mengedarkan pandangan, mencari arah sumber aroma tersebut.
Ternyata tak jauh dari tempat saya duduk, di depan bangunan sebuah warung, terlihat nyala api dan seorang lelaki di dekatnya. Tak nampak apa yang di masak, tadinya saya pikir dia sedang membakar ikan.
Melihat anak-anak sedang bermain bola dengan semangat sambil berbincang dengan teman seperjalanan saya, lama-lama rasa lapar pun datang, perut mulai minta di isi. Udah niat mau beli ikan bakar, jadi saya pun menuju ke arah perapian dan sumber aroma yang menggoda tadi.
Ternyata bukan ikan yang sedang di bakar, melainkan seorang lelaki yang sedang menggoreng kopi. Saya pun meminta ijin untuk memotret, dan kami pun lalu berbincang.
Lelaki itu sedang menggoreng biji kopi, bersama irisan jahe. Saat saya membagikan fotonya di story WA, beberapa teman langsung menanggapi, minta dibelikan. Sayangnya si Bapak tak berniat untuk menjual kopinya tersebut. Karena mau dikirimkan kepada saudaranya yang berada di Surabaya.
Si Bapak malah memberikan resepnya untuk menggoreng kopi tersebut. Perbandingannya adalah 2 kg biji kopi, digoreng bersama 1 kg jahe. Sambil mengaduk, sesekali tangannya mematahkan kayu manis yang ada di tangan kirinya, lalu di masukkan ke dalam wajan penggorengan. Jadi selain kopi dan jahe, ditambah sedikit kayu manis juga. Pantas aromanya sangat menggoda.
Biji kopi dapat di beli di pasar Ende yang letaknya tak jauh dari pantai Kelapa Lima, biasanya dia beli langsung dari petani. Jahe dan kayu manis pun bisa di beli di pasar itu.
“Silakan di coba di racik, tapi kayu manisnya jangan terlalu banyak. Kopi jahe ini rasanya pasti beda dengan yang ada di Surabaya atau Malang, kalau di sana kan kopinya dicampuri dengan jagung”
Si Bapak ini pernah merantau juga ke Surabaya, jadi tahu bagaimana kopi di Malang dan Surabaya yang banyak ampasnya karena memang ada yang dicampur jagung dalam proses pembuatannya.
Usai berbincang, kami pun menuju warung yang memiliki menu ikan bakar. Dan ternyata warung itu kepunyaan di Bapak ini juga.
Menikmati Ikan Bakar dengan Pemandangan Indah
Di warung, saya dan teman seperjalanan dari Malang, memilih tempat duduk yang menghadap ke pantai. Berbincang sambil menunggu pesanan datang.
Teman saya baru sekali bertugas ke Nusa Tenggara Timur, dan takjub dengan kondisi di Ende ini. Betapa damainya masyarakat di sini. Betapa murahnya biaya hidup di sini. Setiap saat bisa melihat pemandangan gunung dan laut. Tiap hari bisa main ke pantai.
Masyarakatnya pun ramah, jujur, dan sigap memberikan bantuan pada pendatang. Padahal kalau mau, tukang ojek tadi bisa aja lho bilang kurang saat menerima uang 5 ribu pemberiannya. Dia membandingkan kalau di Malang, jarak sejauh itu, mana ada ojek yang mau mengantar dengan tarif 5 ribu. Apalagi kalau naiknya di depan hotel, yang langsung ketahuan kalau bukan penduduk asli sana.
Oh iya, saat balik ke hotel, kami sepakat untuk memberikan 10 ribu pada tukang ojek yang mengantar sampai hotel.
Orang timur itu, kalau cuma dilihat secara fisik, nampaknya keras dan garang. Padahal hati mereka itu baik. Kondisi cuaca yang panas di sini, bisa jadi salah satu hal yang membentuk karakter mereka.
“Saya kalau sedang ada masalah, pasti akan mengingat perjalanan ke Ende ini bu. Perjalanan yang mengingatkan saya untuk selalu mensyukuri kehidupan saya di Malang”
Ah, senang saya mendengarnya. Hal ini jugalah yang membuat saya tak pernah keberatan saat ditugaskan ke berbagai daerah di pelosok tanah air. Mengenal budaya dan masyarakatnya, membuat saya bersyukur terlahir dan hidup di Jawa.
Pesanan ikan bakar kami matang. Kami pun menikmatinya dalam diam. Satu ikan bakar berukuran besar, alhamdulillah bisa kami habiskan berdua. Ikan bakar berukuran besar, 2 nasi, 1 jeruk panas, 1 es jeruk dan sepiring pisang goreng. Kami mengeluarkan uang 120 ribu untuk makan dan menikmati suasana di sore itu.
Menutup Kisah di Pantai Kota Raja
Menjelang maghrib, satu persatu anak-anak yang mandi dan bermain bola di pantai mulai beranjak pergi. Pulang ke rumah masing-masing. Sayangnya hari itu langit mendung, sehingga warna jingga menjelang matahari terbenam tak begitu nampak karena tertutup oleh mendung. Tapi bagi saya, tetap saja indah.
Matahari tenggelam, berganti bulan yang muncul. Saat saya ke Ende itu sedang masa bulan purnama. Seingat saya di pelajaran IPA dahulu, jika purnama maka air laut akan pasang. Semakin malam, kami melihat memang air laut makin naik, menutupi area pasir yang tadi di pakai anak-anak bermain bola di pantai Kota Raja Ende.
Kami masih duduk berdua di warung, melanjutkan berbicang. Di kejauhan nampak ada lampu dari beberapa perahu, entah perahu nelayan atau angkutan orang.
Kembali teman saya memperoleh pelajaran hidup penting, yang mengingatkan untuk bersyukur.
“Mereka ini bu, berlayar sampai malam gini. Mencari ikan, dan nanti saat hasil tangkapannya di jual ke pasar, di beli dengan harga murah. Itupun masih di tawar pula. Padahal mereka ini ke laut kan taruhannya nyawa. Sementara kita, ke sini naik pesawat, di kasih uang saku pula. Lha kok saya tadi masih mengeluh jauh, dan capek di badan. Duh, malu saya, Bu!”
Saya mengiyakan saja. Membiarkan dia terus berucap, mengutarakan pelajaran-pelajaran hidup yang diperolehnya dari perjalanan dinas ini. Semoga saja seperti yang diucapkannya tadi, tak akan lagi mudah mengeluh nantinya, seberat apapun masalah hidup yang dihadapinya, dengan mengingat perjalanan tugas ke Ende ini.
Nah, bagi yang ingin tahu berapa biaya dari Malang ke Ende, kami berdua menghabiskan sekitar 11 juta untuk transport saja. Harga tiket pesawatnya emang mahal. Rute pesawatnya Surabaya-Kupang, lanjut Kupang ke Ende. Dan saat ini hanya maskapai Wings Air yang melayani rute penerbangan ke Ende.
Itu ojeknya murah sekali ya, Mbak. jauh dekat 5 ribu. terus Mbak pas sekali waktunya ke pantai Kota Raja di sore hari. terus cuaca cerah juga pas suasana ramai. Semoga nanti bisa main ke kota Ende juga.
Makasih artikelnya, sudah kubaca semuanya. Dari tulisan kakak saya juga dapet pelajaran hidup, bahwa hidup di Ende cukup terjangkau. Kasihan abang ojeknya kalo cuma dikasih 5K, kalo dikasih 10K mungkin mending ya. Dan lihat menu makanan 120K 2 orang mah itu murah banget.
Btw, memang di setiap perjalanan di suatu daerah akan ada banyak hal-hal baru yang didapat dari masyarakat setempat. Seperti di Ende NTT ini, pastinya kakak dan temennya jadi punya pelajaran hidup yg dibawa selepas bertugas nantinya. Hmmm, 11jt, mayan juga ya transportnya wkwkwk 😀
Wuih Ende yaa. Bikin iri banget nih bisa travelling ke sana. Apalagi pantainya indah banget ya mbak. Semangat deh nabung buat bisa main-main ke sana.
Ya ampun Ende, tanah impian banget
dulu ada biarawan yang sering cerita keindahan Ende
dan ternyata memang indah
jadi penasaran kopi jahe, sesudah disanggrai jahenya diangkat ya?
Kalo berkunjung ke Indonesia bagian timur, makan ikan bakar tuh wajib ya Mbak. Entah kenapa, ikan-ikan bakar di area ini tuh manis rasa dagingnya meski tidak diliputi banyak bumbu sebelum dibakar. Duh baca ini mendadak ngiler saya Mbak. Pengen banget makan ikan bakar.
Saya masih gak percaya naik ojek jauh dekat 5rb. Apa uang segitu cukup untuk beli bensin kalau jaraknya jauh? Kesian ih.
Masha allah ya bund, biaya terbang kesana mahal banget, 11 juta. hua. Tapi, kalau ini bagian dari perjalanan dinas, no problemo. hhhee. Bertabur hikmah juga pastinya, bertemu nelayan yang mencari ikan sampai malam.
Kak Nanik jadi seakan membawa daku kek lagi duduk sebelahan dah, menikmati ikan bakar sambil memandangi senja hari nan indah.
Untuk ojeknya terhitung flat ya harganya, kalo di sini mah bisa 3x lipatnya itu dengan kilometer segitu hehe
Aku terenyuh perjalanan yg luar biasa, suasananya kayanya damai banget ya..
Dan cukup terkejut dgn harga ojeknya hanya 5000. Sempet baca2 klo pantai Kota Raja Ende ini merupakan salah satu icon kabupaten Ende yang wajib dikunjungi wisatawan
Ende, cantik banget apalagi saat sunset ^^
Semoga bisa ke sana juga suatu saat nanti termasuk menikmati kopinya. Kebayang aroma dan rasanya, kopi, jahe dan kayu manis. Sedap sekali rasanya..
Ka Nanik jadi deep thinking ketika melihat aktivitas masyarakat di Pantai Kota Raja Ende yaa..
Memang jadi banyak merenung dengan suasana mendukung di pinggir pantai, ditemani semilir angin yang lembuutt..
Btw, aku baru tau ada kopi campur rempah.
Rasanya pasti kuat sekali dan itu menggorengnya masih pakai kayu. Dijamin rasanya mantab jiwaa sii…
Wah Pantai Kota Raja bisa jadi salah tujuan wisata saat liburan ya. Bisa menikmati ikan bakar sambil menikmati sunset di Pantai Kota Raja yang indah.
Bener banget, nikmat mana lagi yang kau dustakan kalau kata anak sekarang, bisa menikmati pemandangan seindah ini, dibayarin pesawat, dikasih uang saku, bobo cantik di hotel, ojeknya pun gak getok harga. Benar-benar harus disyukuri nikmat Allah ya mba
Mba, saya gagal fokus sama ikan bakarnya hehe.. Berasa nikmatnya sampe sini. Jadi penasaran sama kopi gongseng dengan resep dr si bapak. Pantess masih banyak kopi2 yg masih dicampur sama jagung ya. Makanya tetep masih banyak yg nyari kopi dengan rasa unik
best view ever, menyantap ikan bakar dengan buaian angin pantai aduuh makin lahap sih ini makannya
Selalu ada pelajaran dalam setiap perjalanan hidup ya kak. Ini juga mengingatkanku sih bahwasanya hal yang sering kita lupakan adalah bersyukur 🙁
huaahh baca ceritanya seru banget, apalagi pas makan ikan bakar ditemani dengan pemandangan yang super indah. rasanya mau juga huhuhuh
Aku baca ini berasa terbang ke Ende mbak. Bisa-bisanya nulis rinci dan detil banget, jadi kecium nih aroma kopi yang digoreng bareng jahenya, wow lumayan juga ya biaya perjalanan ke sana Surabaya Kupang 11 juta. Semoga saudara2 kita di sana diberikan kelancaran dalam segala hal pencarian rejekinya.
Menarik sekali main di Pantai Kota Raja Ende.
Dan menuju ke pantai ini dengan tarif ojek flat ini rasanya cuma di Ende yaa..
Beinteraksi langsung dengan masyarakat sekitar, jadi memahami sedikit mengenai keseharian mayarakat lokal sekitar Pantai Kota Raja Ende.
Wow si bapak baik banget malah kasi resepnya. Kalau di tangan yang tepat resep itu mungkin udah jd bahan minuman di kafe2 kekinian kali ya mbak hehe.
Pantainya tenang sekali ya mbak. Senang ada fasilitas kursinya gitu jd pengunjung bisa lebih bersantai menikmati pantai.
Bisa kulineran makanan enak juga di sana ya sambil melihat pemandangan pantai 😀
NTT cakep abis pemandangannya. Pantainya itu loh menakjubkan banget. Molly juga pingin ke sinilah suatu hari nanti. Biar bisa jalan2 juga.
Dulu pak su sempat ke daerah Kupang dan iya muhul tiketnya. Kenapa bisa gitu ya mba.
Btw enak banget maem ikan di pinggir pantai masya Allah. Jadi ojek 5 rb ya, itu 3km di kita sih nggak dapet harga sgitu ya mbaaa, samaa. Waaaw banget
Halo mba Nanik. Seru juga ya bisa melihat langsung pengolahan kopi. Apalagi ini unik karena teryata biji kopi diolah dengan jahe. Sapa tahu kapan kapan si bapak menjual kopi dengan pengolahan itu, untuk dinikmati umum 😁🤗
Masya Allah, indah sekali pemandangan dekat pantai.. Unik juga ya cara cari ojenya disini. Kebayang tentram ya makan dengan view laut
Aku tuh senang banget deh bisa tau banyak destinasi wisata di Indonesia yang cantik-cantik dari dirimu mak. Karena memang banyak tempat yang belum aku datangi dan gak tau kapan bisa kesana. Jadi berasa ikutan traveling juga ini.
Harum kopi tambah jahe dan sedikit kayu manis…harumnyaaaa!
Mbak, sungguh damai menikmati pantai begini ditambah suguhan ikan bakar dan kawan-kawan berteman warga sekitar yang sungguh welcome pada pendatang. Pengalaman yang sangat mengesankan!
Pasir hitam makin cakep suasana sore hari buat lihat sunset. Btw, asyik banget ojeknya murah meriah, jauh dekat 5 ribu aja. Hari gini lho. Masuknya juga murah banget. Senang kayanya kalau bisa berkunjung ke sana
Di Indonesia Timur, di NTT, ini banyak banget tempat wisata yang menawan. Dari perjalanam, hingga pemandangannya, sampai kulinernya, top markotop, Mbak.
Bagus semuanya, jadi pengen healing ke situ.
Betul sekali Mak. Kadang kita baru bersyukur manakala melihat kehidupan orang lain atau di daerah lain yg nampaknya lebih sulit daripada kehidupan kita sendiri.
Maka bersyukur dan menerima takdir yg Allah berikan adalah jalan terbaik.
Btw, itu 5000 naik ojek jauh dekat, murah amat yah..
Kota kecil tp sangat menawan, aku jadi pengen ikut main kesana mbak, hehehe apalagi aku pun suka makan ikan laut kalo lagi di pantai
di kota ini kalau mau ke pantainya dekat ya mbak, gak jauh dari kota kan ya. beda sama di Malang musti menempuh perjalanan jauh dan jalannya gitu deh.
Seru banget bisa jalan jalan sambil kerja sampai luar pulau mbak
Pantainya apik kak, bersih, makanya jadi banyak yang suka duduk santai di situ yaa, di daerahku meski banyak pantai tapi belum ada nih yang seperti ini. Semoga kesampaian nih bertandang ke kota raja Ende suatu saat, pingin minum kopi jahe kayumanisnya, hehe.
Seneng banget ya bisa mengunjungi Pantai Raja Kota. View pantainya cakep apalagi setelah sunset. Paling indah lihat langit warna jingga dan pemandangan pantai. Saya paling suka makan seafood sih kalau di tepi pantai
Wah, cakep banget pantai kota raja ende, sunsetnya super cantiiiiik. Semoga punya rejeki juga ah buat mampir kesituuu
Masyallah.. Nikmatnya menikmasi ikan bakar dengan pemandangan yang indah. Kangen banget suasana kek gini🥺
MURAH BANGET OJEK LIMA RIBUUU! Kukira di sana akan mahal karena Indonesia Timur, jauh dari mana-mana, ternyata malah murah ya. Di sini jangankan Rp5 ribu, dari rumah ke ujung gang aja paling murah Rp10 ribu.
Btw kayaknya itu bukan digoreng deh kak, nggak pake minyak kan? Mungkin disangrai? Yang jelas kopi lokal seperti itu terbayang betapa nikmatnya 😀
ojeknya memang murah banget ya, mbak tapi tiket ke ende-nya yang mahal banget. hehe. saya penasaran nih sama kopinya itu nggak digiling lagikah dikirim gitu aja? rasanya pasti kaya rempah nih karena ada campuran jahe dan kayu manis
Cakep banget pemandangannya. Asik mba tugas kerja bisa nyambi jalan jalan hehehhe
wah keren ada yang masak biji kopi dan jahe, jadi pengen kesana 😀