mitigasi bencana

Mitigasi Bencana bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas

Mitigasi bencana, hal yang sangat penting dikuasai oleh setiap warga negara, namun sering terlupa untuk diajarkan sejak dini. Baru kerasa pentingnya saat ada bencana. Ramailah media dan para “pakar” berkomentar tentang mitigasi bencana.

Apalagi barusan terjadi gempa di Cianjur yang menelan banyak korban, baik nyawa manusia maupun harta benda. Evakuasi terhadap korban gempa pun hingga saat ini masih terus dilakukan. Sedih kalau melihat liputannya di televisi maupun membaca beritanya di media online.

Mirisnya, ditengah bencana dan kesedihan para korban, ada aja yang memanfaatkan untuk kepentingan diri sendiri. Pengunjung yang malah selfie di lokasi bencana. Orang-orang yang datang hanya untuk memotret para korban gempa. Heran, dimanakah rasa empati mereka?

Bencana alam itu datangnya tanpa permisi, mendadak. Tak pandang bulu dan pilih-pilih korbannya. Jadi ada kemungkinan masyarakat yang menjadi korban bencana adalah para penyandang disabilitas, bisa jadi juga ada orang yang pernah menderita kusta (OYPMK). Tentunya para penyandang disabilitas ini tak secepat orang normal dalam menyelamatkan diri saat terjadi bencana.

Berkaitan dengan penyandang disabilitas dan juga adanya bencana, 29 November kemarin, saya berkesempatan menyimak dialog publik KBR dengan topik Penanggulangan bencana inklusif bagi OYPMK dan penyandang disabilitas. Pembicara dalam dialog publik KBR ini adalah Drs. Pangarso Suryotomo (pak Papang), Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB. Selain itu hadir juga Bejo Riyanto (mas Bejo Joss), Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), Disabilitas Terdampak Bencana.

mitigasi bencana

Indonesia 10 Besar Negara yang Warganya Meninggal karena Bencana

Pak Papang menyampaikan bahwa di Indonesia sudah ada 3286 kejadian bencana sejak Januari 2022. Sebagian karena cuaca (banjir, tanah longsor, karhutla). Sudah sekitar 500 orang meninggal, 5 juta mengungsi.

Pangarso Suryotomo

Fokusnya bukan jumlahnya, tapi kenapa harus banyak yang meninggal karena bencana? Bencana boleh banyak, tapi yang penting adalah bagaimana upaya kita supaya jumlah korbannya tidak banyak. Untuk itu memang perlu persiapan menghadapi bencana.

Oleh karena itu edukasi mitigasi bencana harus terus diberikan kepada masyarakat agar mereka bisa bertindak dengan tepat saat terjadi bencana. Pada akhirnya jumlah korban bencana bisa diminimalisir.

Bagaimana Disabilitas saat Terjadi Bencana

Mas Bejo Joss, penyandang disabilitas sejak lahir, yang berasal dari Bantul pernah mengalami Gempa Jogja di tahun 2006. Beliau memaparkan bahwa secara umum, masyarakat memang tidak tahu bagaimana menghadapi bencana. Bukan cuma bagaimana menyelamatkan diri saat terjadi bencana, tapi juga bagaimana memberikan bantuan pada korban bencana.

Bejo riyanto

Saat terjadi gempa Jogja, beliau pun tak memiliki pengetahuan bagaimana menyelematkan diri. Yang terpikir hanya berusaha untuk bisa ke luar rumah, berlari menyelamatkan diri. Tak terpikir untuk berlindung di bawah meja, ataupun langkah penyelamatan diri lainnya.

Pak Papang mengatakan bahwa bencana itu datangnya tak terduga, di kala kita tak siap. Saat terjadi bencana tidak ada perbedaan perlakuan terhadap korban bencana baik normal maupun penyandang disabilitas.

Namun sejak 2014, BNPB berdiskusi dengan komunitas disabilitas dan juga NGO, hingga akhirnya keluarlah SK Kepala Badan no 14 tahun 2014. Disabilitas punya 3 hal berkaitan dengan bencana, yaitu pertolongan, partisipasi dan perlindungan.

Saat terjadi bencana, penyandang disabilitas mendapat prioritas untuk mendapatkan pertolongan. Penyandang disabilitas tak mau dipandang sebagai obyek, melainkan sebagai subyek sehingga diberikan kesempatan berpartisipasi dalam penanggulangan bencana.

Bencana alam berpotensi untuk menciptakan penyandang disabilitas baru. Mereka ini tentu butuh pendampingan secara psikis. Nah disinilah peran para penyandang disabilitas untuk mendampingi penyandang disabilitas baru.

Mitigasi Bencana Berbasis Teknologi

Pada saat terjadi bencana, yang bisa menyelamatkan seseorang dari bencana pasti adalah dirinya sendiri, nggak mungkin petugas khusus/relawan. Petugas khusus/relawan akan datang saat bencana sudah terjadi. Jadi penyelamat saat terjadi bencana adalah diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar. Oleh karena itulah BNPB telah membentuk desa tanggap bencana dengan melibatkan masyarakat desa sebagai relawan bencana dan memberikan pelatihan/peningkatan kapasitas pada masyarakat saat terjadi bencana.

Salah satu terobosan dari BNPB adalah membuat aplikasi inarisk personal. Dengan aplikasi tersebut, kita bisa tahu posisi kita saat itu berpotensi terjadi bencana apa, dan juga rekomendasi apa yang harus dilakukan sebelum dan saat terjadi bencana. Ini merupakan salah satu cara BNPB memberikan edukasi pada masyarakat.

inarisk personal
Inarisk personal (sumber gambar BNPB)

Jadi silakan install aplikasi ini ya, mengingat negara kita ini terdiri dari banyak kepulauan serta patahan yang berpotensi terjadinya gempa. Mempersiapkan diri menghadapi bencana, mengetahui apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana, bisa meminimalisir jumlah korban karena bencana alam.

Penutup

Mitigasi bencana untuk penyandang disabilitas berfokus pada tiga hal, yaitu pertolongan, partisipasi dan perlindungan. Penyandang disabilitas bukanlah orang yang lemah, mereka juga bisa berdaya saat terjadi bencana. Setiap daerah diharapkan memiliki komunitas penyandang disabilitas, melalui komunitas inilah edukasi mitigasi bencana disampaikan.

Baca yang ini juga

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: