stegodon di museum daerah NTT

Mengunjungi Museum Daerah, Mengenal Budaya Nusa Tenggara Timur

Museum daerah Nusa Tenggara Timur, tempat inilah yang saya kunjungi seusai menyelesaikan pekerjaan daya di Kupang. Hari itu, akhir September 2023, menjelang pukul 13.00 WITA, alhamdulillah tugas saya untuk melakukan pendampingan di SMKN 2 Kupang telah selesai.

Masih siang, kalau balik ke hotel, paling yang saya lakukan cuma rebahan aja, dan bisa jadi malah tidur beneran. Jadi saya pun membuka handphone dan tanya pada paman Google ada tempat menarik apa di sekitar tempat saya bertugas. Dan informasi yang menarik saya dapatkan tentang museum daerah Nusa Tenggara Timur. Ada yang mengunggah foto kerangka hewan yang lumayan besar. Menarik juga nih buat dikunjungi, pikir saya.

Saat cek di aplikasi taksi online, jaraknya juga nggak terlalu jauh. Jadi saya pun memutuskan untuk ke sana seusai bertugas. Karena diantar “pulang” sama pihak sekolah, saya memutuskan untuk ke hotel dulu saja. Naruh tas dulu, biar enteng jalan-jalannya tanpa harus menggendong tas berisi laptop dan beberapa berkas.

Sekitar pukul 14.00 saya meninggalkan Hotel On The Rock menuju museum daerah NTT. Kalau lihat di aplikasi taksi online, jaraknya 1,5 km dari hotel, kena tarif 10 ribu saja. Mau jalan kaki, tapi cuaca sangat panas, jadi ya sudahlah, naik mobil saja. Toh murah juga.

Dan keputusan ini tepat, karena ternyata kok lumayan jauh, sepertinya lebih dari 2 km dan jalannya menanjak. Kebayang kan saya pasti bakal ngos-ngos an kalau tadi memaksa jalan kaki, kepanasan pula.

Tentang Museum Daerah Nusa Tenggara Timur

Museum daerah NTT berdiri sejak 1977, menempati lahan seluas 3 hektar. Terletak di Jl. Frans Seda No. 64, Kayu Putih, Oebobo, Kupang – Nusa Tenggara Timur, sekitar 15 menit kalau dari bandara El Tari Kupang. Pengelolaan museum ada di bawah dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi NTT.

Saat saya sampai sana, museum terlihat sepi. Saya ke sana berdua dengan teman kantor. Melihat kedatangan kami berdua, ada petugas yang mengarahkan untuk mengisi buku tamu, lalu membayar retribusi untuk masuk museum. Anak-anak 2 ribu rupiah, sementara untuk dewasa 3 ribu rupiah saja. Sangat murah!

Mengisi buku tamu dan membayar karcis di sini

Setelah mengisi buku tamu, petugas mempersilakan untuk mengikutinya, dan kami pun mulai tour ke museum. Yang pertama kami lihat adalah maket kawasan museum.

Grand desain kawasan museum daerah Nusa Tenggara Timur
Grand desain kawasan museum daerah NTT

Saat melihat maket tersebut, kami berpikir luas sekali museumnya, apakah cukup 2 jam untuk mengelilinginya. Apalagi menurut petugas, museum ini memiliki lebih dari 7000 benda koleksi.

Tapi ternyata, apa yang tergambar di museum itu bukanlah kondisi sebenarnya. Itu adalah desain yang diharapkan dari museum, dan belum semuanya di bangun. Jadi kami pun hanya masuk ke 4 gedung yang saya tandai pada gambar maket di atas.

Tidak semua benda koleksi museum di pajang, lebih banyak yang disimpan di gedung penyimpanan koleksi. Karena terbatasnya gedung untuk ruang pamer.

Melihat Koleksi Museum Daerah Nusa Tenggara Timur

1. Homo Floresiensis, Manusia Purba NTT

Ruang yang pertama kami tuju adalah bagian yang berisi penjelasan tentang penemuan manusia purba di NTT, Homo Floresiensis. Ada replika kerangkanya juga yang terbaring dalam wadah kaca.

Homo floresiensis di museum daerah Nusa Tenggara Timur
Homo Floresiensis

Fosil Homo Floresiensis ditemukan di desa Liang Bua, kecamatan Cancar, kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Situs Liang Bua mulai diteliti Theodore Verhoeven pada tahun 1965. Penelitian tersebut dilanjutkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang dipimpin oleh Prof. Dr. RP. Soejono pada tahun 1978 hingga 1989. Pada tahun 2001, penelitian tersebut dilanjutkan atas prakarsa Prof. Dr. RP. Soejono dan Prof. Dr. Mike Molwood dari Australia.

Dari hasil ekskavasi pada tahun 2003 telah ditemukan fosil Homo Florensiensis. Temuan ini cukup menghebohkan dunia ilmu pengetahuan khususnya tentang manusia purba.

Homo Floresiensis ini termasuk manusia kerdil, tingginya hanya 106 cm dengan bobot 27,5 kg. Di dinding ruangan, banyak tertempel informasi mengenai Homo Floresiensis ini.

2. Jaman Megalitik

Di bagian ini yang lumayan luas. Terpajang berbagai perlengkapan dari batu. Jaman megalitik memang ditandai dengan kemampuan manusia untuk membuat dan menghasilkan kebudayaan yang terbuat dari batu.

Maka di museum ini juga terpajang beberapa peninggalannya, antara lain kerangka gajah purba, kapak batu berbagai ukuran dan beberapa perlengkapan lain yang terbuat dari batu.

3. Jejak Portugis di NTT

Di bagian ini terpampang peta dunia, menggambarkan perjalanan para pelaut dari Spanyol dan Portugis jaman dahulu kala. Dibagian ini jadi serasa mengingat lagi pelajaran sejarah jaman SMP dulu waktu pemandu menceritakan bahwa dulu Magelhaens, pelaut dari Portugis juga singgah di NTT dalam perjalanannya mencari rempah-rempah.

Berdasarkan perjanjian Saragosa di tahun 1529, Spanyol menyerahkan kekuasaan atas wilayah rempah-rempah (Maluku) kepada Portugis dengan ganti rugi 350.000 dukat. Dalam perjalanan mencari rempah-rempah di wilayah lautan sekitar Maluku, orang-orang Portugis menemukan pulau Timor yang merupakan penghasil cendana putih.

Portugis di bawa kekuasaan Raja Hendricus XVII mendirikan benteng di Lohayong, Solor, yang dikenal dengan nama Port Hendricus. Kekuasaan Portugis tak bertahan lama di Solor, karena harus berhadapan dengan kekuatan kolonial lain, yaitu Belanda.

Ada replika kapal juga di sini, terbuat dari kayu. Lumayan besar, yang bisa kita naiki pula. Bagus juga berfoto di atas kapal ini. Seolah membawa pengunjung ke suasana pelayaran di lautan luas. Tapi saat di atas kapal ini, saya kok malah terbayang bajak laut hehehe…

Replika kapal kayu museum daerah Nusa Tenggara Timur

4. Jejak Perang dunia II di NTT

Selanjutnya kami ke sudut lain gedung, dimana terpajang beberapa benda perlengkapan perang jaman dahulu. Tepatnya perang dunia II.

NTT, utamanya Kupang juga memiliki kenangan dari perang dunia II, karena masa itu juga menjadi wilayah jajahan Belanda. Ada beberapa poster besar di dinding yang menggambarkan suasana saat itu.

jejak perang dunia 2 di NTT

5. Tradisi Menginang di NTT

Menginang adalah salah satu tradisi di NTT yang merakit simbol persahabatan, kekeluargaan, percintaan dan status sosial. Pada awalnya kebiasaan menginang tidak berbeda dengan perilaku merokok, minum kopi dan lain-lain yang dilakukan sebatas penyedap mulut. Lama kelamaan menjadi kesenangan yang sulit di lepas. Dalam perjalanannya kebiasaan menginang (makan sirih pinang) menjadi tradisi yang membaur dalam tata pergaulan dan tatanan nilai kemasyarakatan.

Tradisi menginang di NTT bisa dijumpai di seluruh wilayah, baik perkotaan, pedesaan, perkampungan hingga ke pelosok tanah flobamora (Flores, Sumba, Timor, Alor – nama-nama pulau besar di NTT).

Di museum daerah Nusa Tenggara Timur ini terpajang pula segala peralatan yang diperlukan untuk menginang, mulai dari wadah-wadah berbagai ukuran dari anyaman daun lontar, tempat pinang dari berbagai daerah, alat menumbuk kapur dan sebagainya.

Menginang biasanya juga dilakukan dalam upacara penyambutan tamu, sebagai bentuk penghormatan pada tamu yang datang di NTT. Sirih pinang juga biasa menjadi oleh-oleh yang dibawa saat berkunjung ke kerabat, sebagai bentuk penghormatan pada tuan rumah yang didatangi.

6. Cerita dalam Kain Tenun Tradisional

Di bagian ini ruangannya paling luas. Terpajang tenun khas NTT dari berbagai daerah, dengan aneka macam motif dan warna yang sangat menarik.

perlengkapan membuat tenun
Beberapa perlengkapan memintal benang dan menenun di NTT

Tradisi menenun lahir dan tumbuh di masyarakat NTT sejalan dengan perjalanan kehidupan yang dilalui oleh masyarakat pemiliknya.

Berbagai motif dalam kain tenun mengisahkan kejadian atau tanda-tanda yang ada pada masa awal penciptaan tenun-tenun tersebut. Motif fauna seperti cicak, gajah, kuda, gurita, ayam mengisahkan peristiwa awal nenek moyang suku bangsa di pulau Flores, Timor, Alor, Sumba datang dan menetap.

Secara umum, bentuk ragam hias pada kain tenun NTT adalah geometris, sulur-suluran, tumbuhan, binatang, pepohonan dan manusia.

Dalam kehidupan masyarakat tradisional NTT, kain tenun tidak hanya digunakan sebagai pakaian harian, namun digunakan juga dalam upacara adat atau keagamaan, mas kawin, pembungkus jenazah dan lain-lain. Motif kain tenun juga menentukan fungsinya, serta kelas sosial pemakainya. Ada perbedaan motif tenun untuk bangsawan dengan rakyat biasa. Motif tenun untuk upacara keagamaan berbeda dengan motif untuk mas kawin. Masa itu, kain tenun memiliki kualitas yang tinggi

Namun, seiring perkembangan jaman dan kebutuhan pasar, ragam motif kain tenun yang awalnya bernilai religius mulai tak diperhitungkan lagi. Hal ini juga berpengaruh terhadap kualitas kain tenun yang dihasilkan.

Kain tenun biasanya juga dihadiahkan pada para tamu yang berkunjung ke NTT. Seperti saat saya pertama datang ke SMKN 2 Kupang, saya mendapat sambutan dan penghormatan dengan disematkan sebuah selendang tenun di bahu saya.

7. Tradisi Berburu Paus

Sampai saat ini di beberapa wilayah NTT masih ada tradisi berburu ikan paus di laut. Kegiatan berburu ini melibatkan seluruh warga desa. Hasil buruan akan di bagi pada seluruh warga, ada yang langsung dikonsumsi, ada juga yang ditukar dengan hasil bumi dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan.

tradisi berburu paus di Lembata
Poster informasi perburuan paus di Lembata

8. Gedung Pamer Geologi Sarat Teknologi

Ruang terakhir yang kami kunjungi adalah gedung pamer geologi. Saya sebut gedung, karena memang bangunannya terpisah dari ruang pamer yang telah saya kunjungi sebelumnya.

Gedung dan isinya ini merupakan bantuan dari Pusat geologi Indonesia yang posisinya ada di Bandung. Gedung ini sangat berbeda dengan gedung pamer sebelumnya. Sudah dilengkapi AC dan teknologi yang membuat pengunjung jadi nyaman.

Yang paling menarik di sini adalah kerangka dari Stegodon. Foto fosil stegodon inilah yang pertama terlihat saat saya mengetikkan tentang museum daerah Nusa Tenggara Timur di mesin pencari, dan membuat kami tertarik untuk datang ke sini.

Stegodon merupakan hewan purba yang bentuknya mirip dengan gajah, tetapi memiliki ciri-ciri yang berbeda, baik ukuran tubuh maupun anatominya.

perbedaan gajah dan stegodon
Perbedaan gajah dan stegodon

Di ruangan ini juga terdapat monitor yang menayangkan proses terbentuknya pulau-pulau yang ada di NTT. Proses pembentukan selama berjuta tahun yang lalu, berkat teknologi informasi, bisa dihadirkan simulasinya di sini.

Kalau pengen tahu bentang keindahan alam di NTT, ada banyak poster di sini yang membuat saya pengen banget menjelajah bumi NTT ini. Sayangnya terpencar di beberapa pulau, dan jaraknya berjauhan.

potensi wisata alam NTT
Keindahan alam NTT

Kesan Setelah Berkunjung ke Museum Daerah Nusa Tenggara Timur

Tak terasa sudah hampir 2 jam kami melihat-lihat koleksi museum daerah Nusa Tenggara Timur ini, hari pun sudah beranjak sore. Oh iya, museum di tutup pukul 16.00. Tapi sampai pukul 10 lebih sekian menit kami di sana, pemandu masih tetap melayani kami dengan ramah.

Usai berkeliling, kami berdua duduk di area lobby, dekat meja resepsionis. Kami berbincang, seandainya pihak museum mau berkonsultasi dengan pemilik JatimPark, pasti museum ini akan bisa dikemas dengan sangat menarik, bisa menjadi kawasan wisata unggulan di Kupang. Bukan kayak saat ini, sepi.

Bagi yang sudah pernah main ke batu, melihat museum angkut, museum tubuh, museum satwa, pasti bisa membayangkan arah perbincangan kami.

Gedung pamer di museum daerah ini juga panas, tak dilengkapi pendingin ruangan. Ada beberapa layar monitor di setiap stand ruangan, sepertinya ditaruh di situ untuk mempermudah pengunjung mengakses informasi. Namun saat saya ke sana, monitor-monitor itu tak berfungsi, mati semua.

Kemudian untuk kerangka ikan paus yang ada di sini, tidak ditutup dalam ruang kaca. Sehingga sangat mudah terkena debu. Ada pembatas di sekelilingnya, setinggi bahu orang dewasa, itupun materialnya juga dari plastik mika tebal. Dengan tiang yang nggak begitu kokoh, rentan roboh jika tak sengaja tersenggol pengunjung.

Dengan harga tiket 3000 rupiah, bagaimana pemeliharaan dan perawatannya? Kami tahu sih ini adalah milik pemerintah, tapi kalau mengandalkan dana pemerintah saja, pastinya kan terbatas. Lihat saja, berdiri sejak 1977, tapi sampai sekarang, belum semua gedung sesuai grand desain di maket bisa di bangun. Masih banyak koleksi yang tersimpan, tak ditaruh di ruang pamer.

Oke, itu sedikit cerita saat berkunjung ke museum daerah Nusa Tenggara Timur. Sampai jumpa di kisah perjalanan saya selanjutnya!

Baca yang ini juga

26 thoughts on “Mengunjungi Museum Daerah, Mengenal Budaya Nusa Tenggara Timur

  1. Dulu waktu anak-anak masih kecil, paling suka kalau diajak ke museum… Sekarang sudah pada gedhe, sukanya ngemall….
    Btw, kenapa tiap masuk museum itu suasananya beda ya? vibenya kayak gimana gitu… bikin bulu kuduk berdiri…..

  2. Suamiku loh Mbak sering tugas ke Kupang. Aku pengen ngikut tapi berat diongkos pesawatnya. Lumayan mahal loh dari Jakarta. Padahal pengen banget melihat langsung beberapa kerajinan tangan khas NTT termasuk diantaranya tenun. Saya lagi mencari pelopor dan pelestari tenunnya itu. Tapi belum nemu.

    BTW, baca ini, langsung saya catat nih. Ternyata ada yang museum yang menarik di sana. Suka saya dengan cerita dan peninggalan-peninggalan bersejarah seperti ini.

  3. Ternyata masih mendapat bantuan Museum Geologi Bandung, karena museum NTT ini tampak lebih sederhana dibanding Museum Geologi Bandung yang megah
    Jumlah koleksinya juga jauh lebih sedikit
    Tapi di sinin kita bisa belajar sejarah/asal muasal penduduk NTT langsung di lokasinya

  4. Semoga dengan adanya berbagi cerita dengan petugas akan memberi inspirasi museum daerah NTT untuk berbenah dan jadi tujuan wisata.
    Kan sayang banget barang koleksi hanya tersimpan tanpa dipamerkan.

  5. kereeen banget kak museum daerah nusa tenggara timur ini, jadi pengen mengunjunginya juga, pasti bakal menemukan insigt baru setelah berkunjung kesana ya

  6. Banyak pengetahuan yang didapatkan dengan berkunjung ke Museumnya.
    Daku aja ingetnya waktu jaman sekolah ada Homo Sapiens, homo Erectus, homo abilis, eh ini ternyata ada juga Homo Floresiensis.
    Memang bermanfaat jadi wisata edukasi museumnya

  7. Semoga setelah didatangi mba Nanik dan teman pihak museum ikut memikirkan perkembangannya sesuai jaman ya, sedih jiga ngebayangin sepi begitu padahal isinya bagus banyak sejarah nyata, kan bisa aja dipublikasikan melalui media online. Apa karena jaman sekarang banyak yang gak suka sejarah kali ya

  8. Museumnya memang namanya Museum Daerah Nusa Tenggara Timur, ka Nanik?
    Menariknya dibagi berdasarkan klarifikasi penemuan dan masanya yaa..
    Jadi belajar sejarah itu menyenangkan sebenernya, tapi seringkali museum menjadi tempat yang terlupakan.

    Aku paling pengen lihat langsung Stegodon.

  9. Wah, keren sekali Museum Daerah NTT..
    Rangka Homo Floresiensis replika, bagaiman dengan fosil stegodon? Apakah asli atau replika juga, Bu?

  10. Berasa dibawa jalan-jalan ke jaman dulu, ahh jadi teringat pelajaran sejarah, Mak.
    Nah, aku pun yang menarik dari Museum ini pertama kali pas baca adalah Stegodon, jadi tertarik buat mengunjunginya kalo ke NTT.
    Tapi ga mau liat kain2 tenuun itu, ahh nanti aku kalap, pengen nyomot buat dijadiin celana/rok eehhh…

  11. semoga nanti bisa lebih bagus lagi ya mba, kalau panas gitu kan orang dewasa aja nggak nyaman hehe apalagi ngajak anak2. Padahal koleksi museumnya keren2, ada fosil kayak gajah gitu, anak2 aku demen deh kalau lihat itu. Memang sih nanti pas ruangan dingin, mungkin biaya masuk akan beda tapi setidaknya biar pengunjung nyaman gitu ya. Btw kain2 NTT aku suka, cantik2 motifnya..

  12. Ada fosil asli Stegodon yang mirip gajah ya mbak. Kerangka manusia purba pun ada. Berbagai koleksi di Museum Daerah NTT ini bisa menambah wawasan sejarah wisatawan yang datang. Kerangka ikan paus di museum ini mengingatkan aku akan kerangka yang mirip (sama2 paus) di Museum Zoologi Bogor, mbak. Motif kain tenun NTT bagus2 sekali. TFS.

  13. Masya Allah, terima kasih sharingnya, saya jadi berasa ikut tur di museumnya… Semoga museum-museum pemerintah di Indonesia bisa dikelola dengan lebih baik lagi ya…

  14. Wah, murah bingit harga tiket masuknya. Buat biaya perawatan kayanya kurang #Eh

    btw, aku tertarik sama replika kapalnya. Boleh naik gak sih? Kayanya cuma boleh lihat aja biar gak rusak. Kain-kainnya itu juga menarik. Ini mantap sih buat belajar dan nambah pengetahuan

  15. Mba Nanik, senang sekali bisa berkunjung ke museum kala di Kupang. Aku hampir nggak kemana mana pas di Kupang. Bagus juga ya semua masih terjaga dengan baik. Kita juga bisa tahu tentang tradisi berburu paus

  16. Aku tipe orang yang takut sama daerah baru.
    Huhu.. jadi kemarin disuruh suamik buat jemput anak di Depok, aku gak berani kalo naik selain yang biasa aku naikin. Kaya “Ntar nyasar…” ntar gimana.. huhuhu..

    Ka Nanik berani banget.
    Aku sukaa..

    Dan seru banget mengeksplorasi museum daerah Nusa Tenggara Timur sehingga terbayang sejarah yang pernah terjadi. Museumnya rapih, terang dan gak keliatan angker yaa..

  17. Aku tuh senang main ke museum jadi belajar sejarah lagi, padahal jaman sekolah males banget ke museum tapi sekarang rajin banget ngajak anakku main ke museum. Semoga nanti bisa main ke Nusa Tenggara Timur dan sekalian mampir ke museumnya.

  18. Ke NTT sekarang kebanyakan langsung ke Labuan Bajo, enggak harus ke Kupang lagi, padahal banyak sekali destinasi menarik. Seperti yang terangkum di Museum Daerah NTT ini. Semoga gedung museum segera lengkap seperti desainnya. Semoga satu saat saya bisa menjelajah NTT, penasaran sama museum dan eksplor kisah sejarah NTT.

  19. Propinsi yang ingin sekali kukunjungi
    Di sana banyak teman kuliah bahkan adik tingkat
    Kami seperti keluarga
    Nyebrang ke NTB ada keluarga di sana

  20. masya Allah, asyiknya ke museum daerah NTT. Jadi ada gambaran budaya di sana. Yang buat aku kaget itu berburu paus pakai tombak. Wii… apa banyak paus di sana? enggak ganggu ekosistem yah?
    ini tantangan museum-museum dengan harga tiket yang murah supaya bisa menjangkau banyak masyarakat namun perawatan dan pengembangannya yang jadi selow 🙁 padahal koleksinya bagus nih buat edukasi siswa maupun turis. Salut juga ada pemandunya di sana.

  21. Bagus ini museumnya buat dikunjungi bersama anak-anak agar mereka tahu banyak hal, termasuk daerah nusa tenggara timur ya , Mak. Apalagi harga tiket murah juga, jadi pas lah buat kunjungan wisata edukatif keluarga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *