Masih melanjutkan membahas buku supernova karangan Dee alias Dewi Lestari, kali ini masuk buku yang ketiga, yang berjudul Petir. bagi yang ketinggalan, bisa langsung klik ke buku pertama dan buku kedua
Petir, membahas perjalanan hidup seorang anak perempuan bernama Elektra, yang dibesarkan hanya oleh ayahnya. Elektra mempunyai seorang kakak perempuan bernama Watti. Elektrik dan watt, mungkin ayah mereka terinspirasi dari dua istilah ini dalam menamai kedua putrinya, karena keseharian sang ayah memang berhubungan dengan listrik. Elektra merasa selalu berada di bawah bayang-bayang sang kakak, hingga membuat dia kadang merasa minder dengan dirinya sendiri. Bahkan dengan namanya sendiri pun, dia sering takut untuk menyebutkannya, takut jika ditertawakan orang. Hingga ia lebih sering memperkenalkan dirinya dengan sebutan Etra.
Kematian ayahnya, yang disusul kepergian watti ke papua karena mengikuti sang suami, membuat elektra jadi tinggal sendirian di Bandung. Rumah “kuno” bangunan jaman belanda yang memang tetap dipertahankan oleh ayahnya. Kegiatan sehari-harinya adalah tidur siang dan makan. Makanan sehari-harinya adalah telur, karena itu yang bisa dimasaknya, dan itu yang paling murah menurutnya 🙂 (Jadi ingat jaman jadi mahasiswa dulu, makan sehari dua kali, lauknya sebungkus mie dibagi 2. Setengah dimasak pagi hari, setengahnya dimasak sore hari)
Kehidupannya berubah setelah dia mengenal dunia maya. Chat dan ngobrol dengan banyak kenalan baru, yang tak saling tahu. Begadang semalaman di warnet (klo malam kan tarif warnet lebih murah), kalau siang tidur, tabungan makin menipis, namun dia menikmatinya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membeli seperangkat komputer sendiri. Niatnya cari yang paling murah, namun mata tertambat pada barang mahal, ditambah rayuan sang penjual, jadilah komputer 17 juta berpindah ke rumahnya.
Dari satu komputer itu, timbullah niat untuk punya usaha sendiri. Dicarilah partner yang cocok. Dan jadilah warnet dan juga rental PS di rumahnya yang diberi label Elektra Pop. Elektra kini telah jadi pengusaha.
Ternyata, Elektra juga punya kemampuan lebih. Beberapa kali keanehan terjadi pada tubuhnya, berhubungan dengan listrik. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Ibu Sati. Dibawah bimbingan Ibu Sati, Elektra belajar untuk mengendalikan aliran listrik dalam tubuhnya lalu menyalurkannya pada berbagai macam benda. Setelah dirasa mahir, jadilah elektra seorang penyembuh dengan memanfaatkan aliran listrik.
Kemampuannya menjadi penyembuh inilah yang pada akhirnya nanti akan mempertemukannya dengan tokoh Bodhi (tokoh utama dalam buku AKAR). Tapi belum ketemu dalam buku ini, baru terbuka jalan untuk ketemu. Oleh Dee, sepertinya ditahan dulu supaya mereka nggak ketemu di buku ini 🙂
Yah, segini dulu review tentang Petir. Nanti dilanjutkan lagi ke buku ke empatnya, PARTIKEL.
Apakah akan ketemu tokoh utamanya di buku ke empat mbak ? 😛
penasaran ya mbak?
tunggu review selanjutnya ya hehehe
menarik juga.. tadinya ini buk seri isinya apa. judulnya singkat-singat 😀
iya judulnya memang singkat, tapi menurut saya sudah mewakili apa yang mau diceritakan. Inti sari dari keseluruhan isi buku terwakili oleh satu kata
Baca tulisan Dee bkn nagih yaa
betul mbak 🙂
kayaknya boleh minjem nih…hehehe
boleh, tapi ambil sendiri kesini ya
dari buku pertama sampai ketiga ceritanya menarik, mbak. tiap episode cerita adalah kepingan-kepingan yang nampaknya akan terangkai pada bagian akhirnya…
dugaan saya juga seperti itu pak
Keren jg ya crt nya.. Ditunggu review berikutnya hehehe
sabar ya….
Terpesona dengan gaya Dee merangkai cerita, selalu apik. Selamat lanjut membaca.
iya… tambah terpesona waktu baca partikel
nama2 tokohnya kyk dr istilah listrik, ya 😀
hihihi iya, kreatif banget
Berarti kemungkinan ada kisah selanjutnya ya mbak
iya, masih ada terusannya
Kalo bukunya Dee biasanya agak ‘berat’ bacanya, kalo yang itu gimana mbak?
Lumayanlah. Sains fiksi. Banyak bahas ilmu fisika di buku ini
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT