hari tani nasional

Refleksi Hari Tani Nasional; Begini Kehidupanku Sebagai Petani

Pagi ini ada pesan wa masuk ke handphone saya. Pesan yang sempat membuat kening saya berkerut.

“Selamat memperingati hari tani nasional ya… Semoga nasib petani makin baik di negeri ini”

Hari tani nasional? Ada gitu? Sejak kapan? Kok saya baru tahu ya. Jangan-jangan para petani pun malah nggak tahu kalau hari ini adalah hari mereka. Kalaupun para petani tahu, ada gitu pengaruhnya buat mereka. Hari ini mungkin akan di lalui sama seperti hari-hari kemarin. Bangun pagi, menunaikan kewajiban sholat subuh, menyeruput kopi, lalu pergi ke sawah. Tak ada yang spesial di hari ini.

Hari Tani Nasional

Beruntung saya punya paman yang baik. Iya, paman google. Bertanyalah saya padanya, benarkah hari ini adalah hari tani? Dan jawaban yang saya peroleh membuat saya agak kaget juga.

Dari detik.com saya memperoleh informasi bahwa penetapan tanggal 24 September sebagai Hari Tani Nasional ditandatangani oleh Presiden Soekarno dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 169 Tahun 1963. Tanggal ini bertepatan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA 1960).

Pada intinya, UUPA dibentuk dengan meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan, dan meletakkan dasar-dasar kepastian hukum hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat. Pembentukan ini dilakukan demi mewujudkan kemakmuran, kebahagiaan, keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam menuju masyarakat adil dan makmur.

Apa?!

Hari tani nasional ini sudah ada sejak tahun 1963? Bahkan sejak saya belum lahir. Kemana saja saya selama ini, sampai nggak tahu peristiwa ini? Dan mulia sekali ya latar belakang disusun dan disahkannya UUPA itu, mewujudkan kemakmuran rakyat tani.

hari tani nasional 2021

Yah, walau dalam kenyataannya, masih jauh dari harapan. Karena petani masih banyak yang sengsara penghidupannya jika hanya mengandalkan hasil mereka mengolah sawah. Apalagi dengan masuknya berbagai produk hasil pertanian dari luar negeri.

Baiklah, tak perlu menyalahkan dan mengeluhkan kondisi petani. Lebih baik saya cerita sedikit tentang kehidupan petani.

Petani, Pekerjaan yang Sering di Anggap Remeh

“Suami dinas dimana, Bu?”

Pertanyaan yang sering diajukan kala bertemu dengan orang baru. Saat saya jawab kalau suami bukan orang kantoran, tapi petani, reaksinya beragam. Ada yang langsung diam, namun raut mukanya berubah, tatapannya gimana gitu ke saya. Banyak yang nggak percaya.

Emang kenapa, apa masalahnya kalau suami saya petani?

Jadi gitu deh, yang namanya petani itu masih dianggap sebelah mata. Bukan profesi idaman lah pokoknya. Bahkan, para petani pun tak banyak yang berharap anaknya kelak akan jadi petani. Lulus sekolah, langsung dicarikan duit, dicarikan relasi, disuruh pergi ke kota. Disuruh cari kerja di kota, entah di pabrik, entah di toko, entah jadi pembantu rumah tangga. Asal jangan jadi petani.

Hal ini terjadi, karena selama ini, yang namanya petani itu susah buat bisa sejahtera. Pupuk dan obat-obatan mahal, eh pas panen malah harga jualnya murah. Upah buruh tani juga mahal, itupun susah cari orang. Adanya yang sudah tua, yang muda udah pergi ke kota semua. Jadi ya wajarlah kalau banyak orang yang tak ingin generasi penerusnya menjadi petani. Padahal kalau tak ada petani, bagaimana ketahanan pangan di negara kita ini akan terjaga?

Bahkan, saya punya pengalaman yang kalau diingat sampai sekarang bikin sakit hati, tapi bikin pengen ketawa juga. Suatu kali saya mendapat tugas ke Madiun, diantar suami menggunakan pick up. Karena sedang panen tomat dan beberapa teman di Madiun juga melihat dan berkomentar pada foto yang saya upload di facebook, maka kami bawa juga satu peti tomat untuk dibagi-bagikan pada mereka.

Saat masuk area hotel, satpam yang bukain portal masuk area hotel berwajah nggak ramah, terus meminta kami untuk parkir di belakang. Padahal saya lihat area parkir di depan banyak yang kosong. Tapi karena sudah capek menempuh perjalanan Malang-Madiun (saat itu belum ada tol), ya udah kami nurut aja.

Sebulan kemudian, saya ada tugas ke Madiun lagi. Kembali di antar suami, kali ini kami naik sedan. Sengaja nginap di hotel yang sama. Yang bukain portal masuk area hotel satpam yang sama dengan sebulan yang lalu. Setelah portal terbuka, dia menghampiri, berdiri tegak lalu mengangkat tangan memberi hormat. Mengarahkan untuk parkir di bagian halaman depan. Suami buka kaca jendela lalu bilang

“Parkir di belakang saja, Pak. Mobil jelek gini malu-maluin kalau diparkir di depan. bagasi saya tuh isinya cabe sama tomat”

Pak satpam kayaknya masih ingat juga dengan wajah kami. Langsung diam dan nampak salah tingkah gitu.

Bertani itu Seperti Merawat Bayi

Menjadi petani, merawat tanaman, itu seperti merawat bayi. Butuh banyak persiapan, dan juga ilmu. Pengetahuan yang sudah dipersiapkan pun, kadang tak sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Secara teori, tak boleh ikut nangis atau bahkan marah kalau bayi rewel dan kita tak tahu apa yang diinginkannya. Teorinya begitu, nyatanya? Banyak yang makin bingung dan akhirnya ikutan emosi kala bayi terus-terusan nangis tanpa diketahui sebabnya.

Bayi yang di rawat dengan baik, diberikan ASI ekslusif, diberi menu MPASI terbaik pun kadang ada yang perkembangannya tak sesuai dengan harapan kedua orang tuanya. Tiba-tiba demam, lalu tak nafsu makan, nampak lesu. Tak ada keceriaan. Akhirnya berat badan menurun.

Secara teori juga, tanaman yang dirawat dengan baik, dalam waktu sekian hari sudah akan menghasilkan. Hitung-hitungan di kertas, kalau 1 tanaman  bisa berbuah sekian kilo, dengan harga jual terendah pun, sudah akan dapat untung. Tapi kenyataannya? Tanaman bisa saja tak tumbuh, tanaman bisa kena penyakit, buah tak sebanyak perkiraan, harga jual ambles jauh di bawah perkiraan.

Persiapan Sebelum Menanam

Petani bekerja mulai dari menyiapkan lahan. Kalau lahannya luas, tak mungkin diselesaikan sendiri. Tanah sudah di traktor, tapi untuk membentuknya menjadi seperti pematang yang siap tanam, tetap butuh tenaga manusia. Disinilah buruh tani berperan.

petani mencangkul
Cangkul… cangkul… cangkul yang dalam

Setelah lahan siap, sudah tertata dengan rapi, pekerjaan selanjutnya adalah memasang mulsa. Tujuannya agar nutrisi dapat terserap maksimal oleh tanaman karena tak ada rumput dan gulma penganggu. Jika tertutup mulsa, maka kecil kemungkinan rumput akan bisa tumbuh di area yang tertutup mulsa.

pasang mulsa tanaman
Mulsa telah terpasang dengan rapi

Mulsa sudah terpasang, lanjut dengan membuat lubang untuk tempat menanam benih. Pekerjaan ini, bisa lah dilakukan sendiri. Kalau lubang-lubang sudah siap, pekerjaan selanjutnya adalah menanam benih. Kalau pengen cepet selesai, lagi-lagi butuh jasa para buruh tani.

tanaman tumpang sari
Cabe di tengah, kacang buncis di pinggir

Pemeliharaan Tanaman

Bibit sudah ditanam. Pekerjaan masih banyak. Menyirami, menyemprot hama, memberi pupuk, memasang bambu untuk tempat tanaman menjalar. Hingga akhirnya tanaman pun berbuah. Pas sudah muncul bunga, pak tani udah girang banget, apalagi kalau bunga-bunga ini menjadi buah.

tanaman tomat
Tanaman tomat berbuah lebat
pohon timun
Tanaman timun tumbuh subur
Tanaman kubis tumbuh subur dan segar setelah diguyur hujan
Jagung super siap panen
tanaman cabe
Cabe pun mulau memerah

Itu gambar-gambar yang menyenangkan. Membuat lelah seakan hilang. Kala di tinggal pulang, rasanya tak sabar untuk kembali ke sawah keesokan harinya. Duduk di gubuk, menikmati sepiring nasi sambil melihat tanaman-tanaman ini, mampu membuat damai di hati. Sama seperti memiliki bayi yang sedang lucu-lucunya. Rasanya rindu jika sehari saja tak berjumpa.

Kala Tanaman Sakit….

Namun ada kalanya, pemandangan menyedihkan yang di dapat. Benih tak tumbuh, tanaman yang layu, atau diserang ulat ataupun serangga. Sedih tentunya. Sama seperti sedihnya jika si bayi terkena demam. Segala cara diupayakan untuk membuatnya ceria kembali.

Jika benih tak tumbuh, maka harus segera di sulami. Jika tanaman layu dan mati sebelum berbunga, maka harus di cabut dan dibuang. Jika serangga dan ulat menyerang, maka dosis pestisida harus ditingkatkan.

Bahkan terkadang, tinggal menunggu buah matang pun, tanaman bisa diserang hama. Jika demikian, kemungkinan terbesarnya adalah gagal panen.

hama tanaman tomat
Tanaman tomat di serang hama

Para Penggoda

Kala mengajak bayi jalan-jalan, ada saja yang gemas lalu dengan seenaknya mencubit pipinya. Si orang tua mau melarang juga nggak enak, ntar dikiranya sombong. Menangislah sang bayi, hingga kita kadang repot menenangkannya kembali. Sementara si oknum pencubit malah ketawa-tawa dan berlalu tanpa merasa bersalah.

Kadang-kadang ada teman main ke sawah. Lihat tanaman hijau segar dan mulai berbuah, lalu ingin membawakan buat oleh-oleh istri di rumah. Merasa pak tani itu temannya, dengan seenaknya saja memetik buah. Pilih yang besar-besar dan jumlahnya banyak. Pak tani cuma bisa melongo, mau menegur juga nggak enak. Nanti malah bisa merusak pertemanan, dikira pelit.

panen sayuran
Oleh-oleh buat anak istri
Seember tomat cerry cukup kan?

Masa Panen pun Tiba

Merawat anak sedari bayi, harapannya kelak kala dewasa bisa membanggakan kedua orang tuanya. Bisa mandiri dan tak lagi merepotkan.

Merawat tanaman, puncaknya adalah masa panen. Tanaman yang sudah dirawat sejak dari berupa biji, bisa menghasilkan buah yang bagus dan jika dijual, harganya pun bagus.

cabe keriting
Siap dipetik dan dipasarkan
tanaman jeruk
Pak tani dengan latar belakang tanaman jeruk
panen timun
Panen timun

Jika buahnya bagus dan harga jualnya bagus, maka pak tani pun bisa tersenyum gembira. Bisa ngajak anak istri belanja. Sebaliknya, saat harga jual merosot, bu tani harus berperan untuk menguatkan dan memberi semangat pada pak tani, agar tak patah semangat.

Sebagaimana merawat bayi hingga dia dewasa, ikhlas memberikan yang terbaik untuk tumbuh kembangnya. Bersiap melepasnya untuk menjalani kehidupannya sendiri.

Begitulah, bertani itu pekerjaan yang tak ada habisnya. Selesai satu pekerjaan, disambung pekerjaan berikutnya. Semoga saja bukan hanya lelah yang di dapat. Semoga saja di momen hari tani ini, pemerintah makin memperhatikan nasib para petani.

Baca yang ini juga

52 thoughts on “Refleksi Hari Tani Nasional; Begini Kehidupanku Sebagai Petani

  1. Hari Tani mengingatkan pada generasi untuk menjaga pertanian dengan baik, karena bagaimana pun juga support bahan pangan tidak lain dari pedesaan. Selamat hari tani. Sukses petani Indonesia, Jaya selalu. Aamiin

  2. Aku kagum sama petani. Salah satu mahasiswa saya, ada yg petani. Ketahuan, pas lagi kuliah online, saya tanya si A ke mana? Kata temannya, ke sawah. Tempo-tempo dia izin, nganter beras, jadi engga bisa kuliah. Semoga engga ada ‘penggoda’ yg seenaknya cubit pipi sang bayi yah…
    Kebayang kzl iiih…
    Semangaat yah…

  3. setuju banget Mbak, bertani mirip memelihara bayi

    saya yang cuma urban farming aja ampun-ampunan

    apalagi yang nafkahnya dari agrobisnis,

    apalagi kalau harga anjlok seperti kemarin harga cabai ya?

  4. Saya kuliahnya di Fakultas Pertanian jurusan agroekoteknologi. Kalau ditanyain orang-orang, mereka suka nanya balik. Emang mau jadi apa kok kuliah di jurusan itu? Duh ya…

    Padahal petani juga bisa banget makmur. Kalau ditekuni dan dipelajari teknologinya.

    1. Suamiku dulu pengen masuk SMK pertanian loh mbak. Tetapi karena guru SMPnya salah kasih informasi malah beliau masuk SMK administrasi dan keuangan. Xixixi… padahal jadi petani juga bisa makmur ya mbak

  5. Bapak saya pernah punya sawah dan kebun, pernah diolah sendiri, terus diolah orang lain.
    Memang petani tuh melelahkan, tapi menyehatkan sih, karena selalu bergerak.
    Dan petani tuh beneran penggerak ekonomi banget.
    Semoga dengan hari tani nasional, nasib petani lebih diperhatikan lagi ya 🙂

  6. Aku baru tau loh ada hari Tani dari teman ilustrator di Instagram hehe, salam hormat kepada Petani yang telah berjasa merawat makanan kita supaya bergizi juga ya kak.. Sekarang aku rajin beliin ortu bibit buah dan sayur untuk ditanam di halaman rumah, jadi lebih happy lihat hasilnya juga hihi

  7. Setuju atuh sama Soekarno, pangan itu hal utama bagi kita manusia dan kita mendapat pangan berkat usaha keras para petani pagi dan malam. Tapi meski begitu, petani masih saja diremehkan karena berhadapan dengan tanah.

  8. Saya baru tau kalau ada Hari Tani. Jadi ada rasa miris juga. Ada hari perayaannya, tetapi nasib petani masih seperti kurang diperhatikan. Kemarin, saya sempat ngobrol ma anak tentang petani. Berharap banget, deh, suatu saat petani di Indonesia semakin maju. Karena kita punya lahan. Kayaknya pengelolaannya yang masih kurang ya, Mbak

  9. Alhamdulillah, ya bersyukur saja ya kak walaupun kadang tanaman diserang hama dan penyakit, tetep aja rezekinya petani ada aja. Sabarnya petani itu kayak guru ya, mudah2an berkah seluruh petani di Indonesia karena petani itu adalah pahlawan pangan. Ketahanan pangan nasional bisa kuat karena berkat bantuan Tuhan melalui perantara petani2 kita.

  10. Dari 1963? Wah, saya juga baru tahu loh Mbak Nanik. Saking banyaknya peringatan beragam “hari” untuk berbagai hal. Saya juga belum lahir tuh Mbak hahahaha.

    Saya setuju dengan pendapat bahwa petani adalah profesi dengan pekerjaan tanpa henti. Seperti memiliki bayi, membesarkannya dan menjauhkannya dari “hama” yang bisa merusak tumbuh kembangnya. Dan petani ini ya, menurut saya, besar sekali jasanya. Bukan hanya untuk urusan ketahanan pangan tapi juga mendidik kita untuk berpikir cermat, teliti dan paham akan makna konsistensi.

  11. Saya kalau ga baca artikel mba nani, malah ga tahu ada hari tani. Duh jadi malu deh. Btw, skrng ini menurut sya justru pandemi membuat sebagian org ingin berkebun sendiri layaknya petani..mertua sya aja skrng nanam cabe dan apotek hidup lho. Btw, kok saya sebel ya sama satpam hotelnya

  12. Sedih lihat tanaman tomat yang terserang hama. Udah capek2 pemeliharaannya, eh kadang harga jualnya jadi murah padahal kondisi tomat segar bugar, misalnya. Itu tanaman cabe rawit, cabe merah seger2 bener lihatnya. Jadi kepengen makan mie instant di kebun, petik cabe langsung hahaha 🙂 AKu baru tau ada hari tani. Semoga kini dan seterusnya petani2 di Indonesia semakin diperhatikan dan dapat meningkatkan pendapatannya. Keren dong suami mbak berprofesi petani 🙂

  13. Semoga nasib para petani segera makmur, ngerasain sendiri gimana rasanya saat tanaman yang kita tanam pas panen harga jualnya jatuh. Kemaren panen padi, jual dalam bentuk beras hanya dihargai 7rb, jangung 5rb per kilo. Di tambak juga gitu mbak, kalo hari biasa mujair 1kg 20-25rb tapi pas panen sendiri harganya cuma 8-10rb.

  14. Terima kasih Mbak Nanik sudah menuliskan pengalaman bersama suami menjadi petani di era ini. Dari keluarga saya dan suami hampir semua karyawan jadi saya enggak banyak tahu bagaimana profesi petani saat ini. Senang bacanya, jadi petani ternyata beneran penuh dengan tantangan ya..Semoga dimudahkan dan makin sukses ke depan.
    Lihat timun, tomat dan hasil panen lainnya wah segar semuuua

  15. baca tulisanmu ingat ibuku mbak, yang merawat tanaman kayak anak sendiri, merawat ayam juga demikian, burung, dan ikan, hehehe di rumahku banyak ternaknya dan tanaman. Merawat mereka membahagiakan ya mba. Selamat hari tani.

  16. Yep, petani kerapkali dipandang sebelah mata, padahallll pahalanya banyaaakk, duitnya juga lho, kalo dijalankan secara konsisten dan paham strategi, kiat, dan ‘niche’-nya (apa sih)
    ada pengalaman temenku tuh deket ama seseorang yg berasal dari background kluarga petani…eh, sama ibunya dilarang pacaran sama temen itu. alasannya? kuatir masa depan suram

    hadeuuuhh, padahal petani juga bisa makmur dan banyak sedekahnya.

  17. Tentunya diharapkan semua tani bisa semakin makmur ya,mba. Dengan adanya hari tani seperti ini juga bentuk dukungan kepada petani nih. Saya juga baru tau bahwa hari tani sudah ada sejak lama ,mungkin karena jarang ada perayaan khusus juga ya.

  18. Padahal kalau gak ada petani, kita mau makan apa? masih heran dengan orang yang meremehkan pekerjaan petani. Padahal itukan halal dan bisa memberikan manfaat bagi banyak orang ya mbak.

  19. Aamiin. Semoga harapan petani agar pemerintah makin memperhatikan nasib para petani dapat terkabulkan.

    Saya liat hasil pertanian di foto-foto yang mbak tampilkan di artikel ini, rasanya pengen teriak “sorga” bangeeeeeet. Dari dulu, saya tuh sukaaa sekali dengan kegiatan bertanam, berkebun, dan semua hal yang dilakukan petani. Di mata saya, punya kebun sayur luas dan di mana-mana itu lebihhh indah dan bikin bahagia daripada punya ruko, toko, rumah, dimana-mana haha. Saya sama suami saat ini sudah punya lahannya mbak di Sumatera sana, tapi baru berisi karet, duku, durian, Pisang, aneka bumbu kunyit, jahe, temulawak, temu putih. Itu saja. Pinginnya sih ke depan dijadikan kebun sayur gitu. Tapi saya sendiri ga punya ilmu bertani wkwk. Makanya salut sama petani yang ternyata pekerjaannya itu banyaak sekali, dan mereka mampu.

  20. Mbak Nanik saja yang suaminya petani mesti nanya dulu ke Paman Google tentang Hari Tani Nasional, apalagi saya ya..tahunya malah dari media sosial . Berarti kurang disosialisasikan epringatan Hari Tani Nasional ini. Semoga dengan tambah majunya teknologi petani makin maju dihargai

  21. saya selalu salut dengan para petani mba. Bukan hanya jasanya yang luar biasa karena membawa banyak manfaat bagi semua, tapi juga ilmu, kesabaran dan kearifannya yang membuat panennya sukses.

  22. Tiap membaca tentang nasib petani, saya selalu iba. Tahu banget pekerjaan mereka berat, modal usaha juga serba mahal, eh begitu panen, harga pada jatuh. Mirisnya penetapan Hari Tani sudah sejak 1963, sejak zaman Orla, tapi mengapa tak ada perubahan pada nasib petani kita?

    Itu yang bikin saya tak habis pikir? Sebenarnya apa sih masalah di petani kita? Apakah karena lahan mereka sedikit? Apakah sistem perdagangannya gak adil? Sementara kita semua bergantung pada hasil pertanian, solusi untuk mereka saja gak nemu-nemu. Heran banget kan, Mbak?

  23. MBAAAAK! AKu kagum padamuuuuu!

    Salut sama pak suami, yang kalimatnya MAKJLEB! Nah loh sukurin ngejengkalin petani! Kalo aku digituin bisa turun dari mobil terus kunasehatin deh dia!

    AKu juga sekarang petani, apa pekebun yak hahahhaa terserah mau dibilang apa.
    Tapi aku menjadikan hidupku sebagai hidup petani moderen dengan mengandalkan sosial media sebagai senjata utama *dikeplak mbak Nanik

  24. Suamiku sekarang jadi petani, kak Nanik.
    Karena sedang membuat prototype sawah bertingkat yang bisa ditumbuhkan di kota-kota besar sebagai solusi lahan sempit namun hasil panen tetap bisa melimpah.
    Harapannya sawah ini bisa memenuhi kebutuhan sebuah wilayah. Jadi Indonesia kembali menjadi negara agraris yang kuat.

    Semangat untuk petani Indonesia.

  25. Selamat hari tanii..
    Moga semakin barokah dan maju para petani di Indonesia. Kalau harga cabe mahal, harga cabe murah petani tetap yg nanggung ya mba aku nggak ngerti deh 😭
    Seger2 banget itu hasil panennya mbaa..

  26. Agak kesel juga bacanya, emang kenapa kalo pakai mobil yg isinya tomat dan sayuran masuk hotel? 🙂
    Emang gitu ya, pekerjaan sbg petani suka dianggap sebelah mata, padahal petanilah salah satu roda penggerak ekonomi juga, kalau gak ada petani, ketahanan pangan kita gimana? 🙂
    Semoga dgn adanya hari tani inu bisa mensejahterakan hidup para petani ya.

  27. Itu satpam hotelnya ngeselin banget, kalau saya mungkin udah marah-marah, Mbak.

    Petani ialah orang yang selalu ikhlas dengan apapun hasil usahanya. Saya sebagai anak petani, merasakan betul sulitnya bertahan hidup. Menanam, merawat tanaman dengan baik. Dikasih pupuk ini dan itu, giliran hampir panen hujan lebat, ya sudah rusak semuanya.

    Giliran panen berhasil, harga anjlokkk. Kayak harga cabai nih. Sekilo dari petani dihargai Rp 5.000/kg di daerah saya. Alhamdulillah akhir Sept ini mulai merangkak naik.

    Iya, semoga petani diberi kemudahan dan perhatian nyata dari pemerintah. Pupuk yang mudah, bibit yang mudah, serta pemasaran yang mudah dg harga standard. Jangan pas musim panen, malah banyak sumber pangan yang diimport.

  28. mak,senangnya punya kebon, btw di sini harga cabe lagi turun, tapi tomat naik banget. aku yah punya kebun dikit kecil aja senang banget, palagi kayak gini. alhamdulillah anak aku ada yang suka banget sama sayuran jadi senang

  29. Adikku yg dikuningan Cirebon nikah sama petani mba… Tau sedikit cerita dari dia Gina perjuangan Dan lelahnya petani aplg klo gagal panen sedih bngt padahal modal udah bnyk kluar

  30. Mbak Nanik .. kubangga padamuu … Indonesia perlu banyak bu tani yang ngeblog supaya orang2 pada tahu kalau petani tuh sama dengan profesi lain kok. Malah penting banget karena kita akan kesulitan kalau petani makin sedikit.

    Btw, saya juga ke mana ya selama ini kok baru tahu kalau Hari Tani Nasional itu tanggal 24? Padahal ditandatangani tahun 1963 ya.
    Sekarang mudah diingat sih, tanggalnya sama dengan tanggal lahir anak kedua saya 🙂

  31. Saat makan, anak2ku selalu kusuruh habiskan makanan di atas piringnya.
    Aku bilang, ada usaha para petani di sana, yg berharap supaya orang lain bisa menikmati jerih payahnya dengan baik.

  32. Mupeng banget lihat hasil oanennya mak… Memang ngga ada yang ngalahin bahagiany apanen ya. Makanya aku paling sedih kalau ada petani yang gagal panen. Dan sepakat sih dengan Bertani Seperti MErawat Bayi. Soialnya harus tulus dan telaten.

  33. Baru tahu dengan Hari Tani Nasional. Padahal nenek-kakekku petani. Iya ya, petani itu sering dianggap remeh. Padahal tanpa petani kita tak akan bisa makan. Etapi sekarang udah bagus, dengan teknologi, petani juga sudah modern. Udah banyak anak muda yang tertarik jadi petani. Mana distribusi Dan penjualan juga udah pake teknologi online.

  34. Sampai saat ini aku paling salut sama petani loh mba. Ketabahan petani untuk menjalankan pekerjaannya tuh luar biasa. Ya itu tadi, kadang tanaman yang sudah ditunggu-tunggu masa panennya malah diserang hama. Tak jarang justru ga balik modal kan.
    Harapan kita semua nih nasib petani makin diperhatikan oleh pemerintah. Bagaimanapun juga semua tanaman yang kita konsumsi ini gimana akan ada kalau tidak ada petani yang menanamnya.

  35. Semoga makin banyak generasi milenial yang minat jadi petani ya biar kita bisa memproduksi pangan sendiri, nggak melulu impor termasuk beras, selamat hari tani nasional!

  36. suamiku juga sekarang jadi petani, mbak pinjam lahan orang. dan ternyata bertani itu susah banget. kemarin nanam jagung pas panen eh pada dimakan ulat. jadi nggak bisa dijual deh. belum lagi tenaga buat ngerjainnya juga nggak ada jadinya progressnya lambat banget. huhu

  37. Mba Naniiiik, aku padamu.
    Saya suka baca tulisan ini. Ada kisah yang mengharu biru sekaligus sukses mebuat hatiku cenat cenut. Bangga sekaligus kesel apalagi di part sang penggoda. Datang-datang langsung nyubit pipi eh main ambil-ambil saja seenanknya, kan bikin gemes.
    Sukses selalu ya mbak. Selamat hari Tani Nasional, semoga petani Indonesia makin sukses dan pertanian Indonesia semakin kuat dan berjaya.

  38. Wah baru tahu kalau ada peringatan hari tani. Padahal sudah lama ada ya. Peran petani itu vital bagi suatu negara. Karena berkaitan dengan ketersediaan pangan. Kebayang kalau profesi ini punah. Masak kita import makanan. Jangan sampai deh… Negara harus mendukung para petani.

  39. Saya juga anaknya petani yg disuruh kerja di kota aja sama ortu. Dan juga dilarang kembali ke kampung halaman, kuatir mwngikuti jejak bertani. Tapi saya bersikap di tengah2nya. Saya kerja di kota. Tapi saya tetap bertani. Tani perkotaan. Gak butuh lahan luas kalau nanam di kota. Karena waktu kuliah dapat ilmu branding, bisnis,dll. Akhirnya saya terapkan di usaha pertanian saya. Membuahkan hasil yg lumayan..bahkan dipakai magang dari universitas se jawa.

  40. Waktu hidup di desa, bapakku gak pengen jadi petani karena gak punya sawah dan anak-anaknya pilih ajdi pekerja. Tapi sekarang anak muda udah banyak yg memilih jadi petani deh mbak, dengan sistem tanam yg lebih modern. Aku biasa lihat postingan mereka di youtube.
    Aku gak punya sawah tapi suka kalau diajak panen gini, menyenangkan

  41. Jadi petani itu susah-susah gampang ya mbak. Kalo udah liat hasilnya bagus, senengnya bukan main. Tapi kalo hasilnya kurang sesuai harapan, rasanya pengen nangis aja. Semoga kehidupan petani semakin diperhatikan di negeri ini. Karena Indonesia membutuhkan petani-petani hebat untuk mendukung swasembada pangan dari hasil pertanian.

  42. Bertani itu menyenangkan sepertinya, saya tanam microgreens yang cuma sekotak aja seneng banget. Benar kalo seperti merawat baby sebab saya pernah sekotak microgreens mati katena lupa di siram hihi..

  43. Barusan suami pamer, pohon pepaya di halaman depan mulai matang. Itu satu pohon aja sudah senang Mbak.
    Bener juga ya, menjadi petani seperti merawat bayi. Kalau tumbuh subur dan berbuah, bahagianya tak terkira, seperti melihat anak sendir tumbuh sehat.
    Selamat Hari Tani ya Mbak. Sukses selalu…

  44. Soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa. Mau gak mau kita harus belajar ke Cina. Walau pun statusnya udah negara maju, mereka kalo soal pangan tetap nomor satu produksinya. Kita kok yang masih berstatus negara sedang berkembang kok apa-apa udah main impor aja terus. Huhuhu.

    Ibu saya juga petani kayak Mba Nanik. Mama mertua saya di kampung punya kebun cabai dan kebun sayur.

    Alhamdulillahnya sekarang semakin banyak anak muda gak gengsi jadi petani ya. Malah sekarang petani berdasi, lewat pendirian banyak startup yang mengoptimalisasi produksi dan distribusi hasil pertanian. Selalu ada harapan, kita gak boleh putus asa.

  45. Menjadi petani itu keren sangat karena semua orang bisa dapat pangan yg baik berkat jasa petani..boleh dibilang petani seperti pahlawan juga ya..namanya pahlawan pangan..kerenn

  46. Petani di Indonesia memang dianggap sebelah mata. Karena mungkin umumnya identik dengan kehidupan sederhana dan jauh dari kata mapan. Tapi tidak semuanya. Petani cerdas itu justru levelnya bisa lebih tinggi dengan para pegawai yang cuma gaji bulanan, dan bahkan sama dengan pengusaha.

    Asiknya jadi petani itu, bisa konsumsi sayuran organik lebih gampang heheh.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: