Sehari Bersama Guru Daerah Khusus

Bersama guru-guru dari daerah khusus

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2018, melaksanakan program peningkatan kompetensi guru di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) melalui program Pelatihan Guru Daerah Khusus  yang memberi kesempatan kepada guru daerah khusus yang bergelar sarjana/Diploma IV, dan sudah mengabdi di sekolah-sekolah 3T untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Program PPG Dalam Jabatan dilaksanakan dalam bentuk blended learning/hybrid learning, yaitu memadukan pola belajar online dan tatap muka. Untuk itu, agar para guru daerah khusus (Gurdasus) dapat mengikuti Program PPG maka perlu dilakukan kegiatan prakondisi dalam bentuk pembekalan melalui pembelajaran tatap muka, agar berhasil dalam menyelesaikan program PPG. Kegiatan ini selanjutnya disebut Program Pelatihan Guru Daerah Khusus (Progam PGDK). Dengan adanya Program PGDK diharapkan Gurdasus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk mengikuti program PPG.

PGDK diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan selama 8  hari. Nah, saya kebagian memfasilitasi guru-guru tersebut di hari terakhir, alias hari ke 8, dengan materi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

Peserta di kelas saya adalah guru-guru IPS untuk jenjang SMP yang berasal dari propinsi Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat.

Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, seperti biasa diawali dengan perkenalan. Pada sesi ini juga saya menggali informasi dari setiap peserta, sejauh mana mereka mengenal dan menggunakan laptop yang saat itu ada di hadapan mereka. Kebanyakan jawabannya adalah baru menggunakan laptop untuk menulis bahan ajar saja, alias baru menggunakan aplikasi pengolah kata. Apakah laptopnya punya mereka sendiri? Sebagian menyatakan bahwa itu adalah laptop pinjaman.

Baiklah, berarti saya harus pelan-pelan menyampaikan materi dan memberikan dari dasar sekali. Kepada yang sudah bisa, saya mohon kesediannya untuk membantu membimbing temannya yang belum bisa.

Saling belajar dengan menengok layar laptop temannya

Alhamdulillah, kegiatan pembelajaran di kelas saya berjalan lancar. Ada sedikit kendala dengan masalah koneksi internet dan banyaknya virus yang menyerang laptop peserta sehingga ada satu aplikasi yang tak bisa terbuka.

Yang menarik bagi saya, kalau sedang bersama guru-guru dari daerah khusus seperti ini adalah menggali informasi dari mereka tentang kondisi di sekolah dan daerah asal masing-masing. Ada yang untuk mendapat sinyal handphone harus naik ke dataran tinggi, listrik sering mati, jarak rumah dengan sekolah jauh dan akses jalannya pun susah.

Selepas pembekalan 8 hari, mereka harus menjalani kegiatan PPG selama 3 bulan. Sedihnya, bahkan di hari minggu dan tanggal merah pun mereka harus tetap belajar. Nggak ada liburnya sama sekali. Kesempatan refreshing hanya di malam hari.

Mulai asyik dengan isi layar masing-masing

Semoga saja para guru tersebut tetap bersemangat sampai 3 bulan ke depan dan berhasil mendapatkan setifikat kelulusan semua.

 

Baca yang ini juga

35 thoughts on “Sehari Bersama Guru Daerah Khusus

  1. Asyik banget ya kalau bisa ngumpul bareng teman-teman dari daerah lain, jadi bisa sharing hal-hal yang belum kita ketahui dari daerah masing-masing.
    Semangat selalu ya, semoga segera lulus dan mendapatkan sertifikat, aamiin 🙂

    1. iya mbak, banyak pengalaman yang bisa di gali, membuat saya selalu bersyukur juga tinggal di daerah yang lengkap fasilitasnya

      1. nah kan.. jd bs bersyukur atas kondisi diri. di luar sana banyak guru yg jg harus berjuang dalam mengajar karena minim fasilitas. tp mereka punya tanggung jawab sesuai sumpah profesi

  2. Keren nih Mbak Nanik jadi gurunya guru
    di daerah memang masih banyak kendala ya mba, selain koneksi internet juga gawainya belom pada punya. Semoga ke depan ada solusi buat para pahlawan tapa tanda jasa ini

    1. Alhamdulillah di beberapa daerah sudah ada bantuan tablet untuk sekolah. Tinggal kerjasama dengan provider yang kayaknya harus diperbanyak, biar sinyalnya juga kenceng

  3. Mantap banget mba jadi fasilitator alias coach untuk para guru kaya gitu. Semoga sih ke depannya guru-guru juga lebih melek teknologi yaa yang tentunya kita harap akan disupport sama Kemendikbud juga yaa semoga laah ya di eranya Mas Menteri kali ini

  4. Mesti naik ke tempat tinggi buat dapat sinyal. Uhuhu…. Aku pernah dapat cerita kita waktu jadi juri sebuah lomba. Jadi itu bapak gurunya (di pelosok Riau) sampai manjat pohon biar dapat sinyal.

  5. Wah pengalaman yang berharga ya ini. Bisa ketemu gurudari daerah. Pastinya jadi banyak dan nambah wawasan.

  6. Wah, kalau ga ada liburnya, nahkan hari Minggu, hanya yang passionate dan sangat butuh yang terus semangat sampai akhir.
    Semoga semuanya lulus, ya!
    Ingat perjuangan mencari sinyal dan sekarang diberi kesempatan. Gunakan sebaik mungkin.

    Eh, kok seperti kepsek, to iki

  7. Dulu saya pengen ikutan program SM-3T ini. Tapi gak dapet izin ortu. Hihihi. Temen2 saya banyak yang ikutan. Lumayan kan pengalaman ke daerah yang jauh dari perkotaan, gak ada signal, makanan seadanya, akses ke sekolahnya pun sulit. Bahkan ada yang untuk dapat air bersih saja sulit. Tapi uang sakunya lumayan tuh, wajar lah ya pengorbanannya kan bisa mengancam jiwa. Bahkan katanya ada beberapa yang meninggal tenggelam di daerah perairan gitu, ada juga yang kena penyakit mematikan, dll. Kalau sudah ikut SM-3T jalur untuk menuju sertifikasi guru lebih mudah. Kalau selamat. Ortu saya dulu parnoan kalau harus melepas anaknya ke daerah yang jauh. Hihihi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: