Semua Ada Masanya

Lagi dikomporin sama teman-teman kantor untuk ngambil kredit perumahan. Saat ini, saya memang masih tinggal di rumah kontrakan. Kata teman-teman sih, mumpung masih muda, anak-anak masih kecil, ayuk ambil kredit. Mumpung PNS, kan lebih dipercaya ama pihak bank tuh, cukup bawa SK aja. Ayo kita berhutang, kata teman yang selalu saja “menyekolahkan” SK nya. Selesai satu pinjaman dari bank A, dipindahlah ke bank B. Di bank B lunas, cari-cari lagi kesempatan dapat pinjaman.

Nggak bakalan bisa kamu punya rumah kalau nggak berani berhutang, kata teman saya yang lain. Sekarang kamu nabung, ntar tabunganmu udah banyak, harga rumah lho udah naik. Jadi, sekarang saja, yang penting sudah ada cukup dana untuk bayar DP nya, sisanya serahkan aja sama pihak bank. Ntar tiap bulan langsung dipotong dari gaji, nggak repot kok. Kembali teman saya meyakinkan.

Punya rumah sendiri? Apa saya nggak pengen? Tentu saja saya kepengen. Tapi tidak untuk saat ini. Saat ini masih merasa nyaman tinggal di kontrakan.

Punya sesuatu dengan berhutang, ini yang sebenarnya saya hindari. Ini juga yang membuat saya selalu menolak jika ada teman yang bawa2 brosur perumahan dan dikasihkan ke saya. Brosurnya saya lihat sekilas saja, terus saya kembalikan, demi menghormati teman, lalu bilang, nggak sesuai dengan keinginan saya.

Jadi beneran, ntar mau beli rumah cash gitu?

Insyaallah….. semoga diijabah oleh Allah.

Dulu, awal-awal berumahtangga, kami tak punya apa-apa. Saya di Malang dan suami di bengkulu. Di malang, saya masih tinggal di kost, satu kamar saja. Saat kehamilan anak pertama menginjak usia 6 bulan, barulah saya pindah ke rumah kontrakan. Alhamdulillah dapat rumah dekat kantor, jadi cukup jalan kaki saja ke kantor.

Sampai anak kedua lahir, saya tetap jalan kaki ke kantor. Kemana-mana naik angkot. Saya dan suami, masing-masing menggendong satu anak. Melihat kesabaran kami, mungkin Allah lantas merasa kasihan “Nanik, cukup sudah kamu jalan kaki, Aku beri rejeki, silakan beli motor”.

Alhamdulillah ada rejeki lebih, kami bisa beli motor. Mencicil. Cicilan perbulannya tidak terlalu memberatkan kami. Suami juga sudah bisa pindah ke malang. Jadilah, sekarang nggak pernah naik angkot lagi kemana-mana. Kami berempat bisa muat dalam satu sepeda motor. Walau ke kantor, saya tetap memilih jalan kaki.

Anak-anak semakin besar. Naik motor ber empat sudah terasa sesak. Kembali Allah menunjukkan sayangnya pada kami. “Nanik, kasihan anak-anakmu. Berdesakan naik motor. Nih, Aku kasih rejeki, belilah mobil”

Alhamdulillah. Tiap abis sholat mengajari anak-anak berdoa agar diberikan rejeki dan kesehatan, rupanya doa anak-anak terkabul. Kami bisa membeli mobil, walau pick up tak apalah. Masih bisa berempat duduk di depan. Mobilnya sekalian buat usaha. Memang masih kredit, dan sudah diperhitungkan dari usaha yang dijalankan, hasilnya bisa untuk membayar cicilan. Lagipula cicilan motor sudah lunas.

Sudah ada mobil dan motor, kamipun pindah ke rumah kontrakan yang lebih besar, namun lebih murah, karena letaknya di kampung, bukan di perumahan. Karena letaknya menjauh dari kantor, maka saya ke kantor naik motor.

Anak-anak makin besar dan gendut. Duduk di depan sambil memangku dedek sudah cukup membuat pegal. Dan lagi-lagi, Allah menunjukkan kasih sayangnya. “Nanik, kasihan kamu. tiap abis jalan-jalan malah badan jadi penat. Nih, ada rejeki. Carilah mobil yang nyaman buat keluargamu”

Dan begitulah, kami akhirnya bisa menambah membeli mobil. Kali ini tanpa harus kredit. Si pick up tetap untuk menjalankan usaha, sementara kami berempat bisa bepergian dengan nyaman dengan “mobil keluarga”. Walau second tak apa lah. Yang penting masih mulus dan mesinnya nggak suka rewel.

Dari perjalanan itu, saya yakin bahwa Allah telah mengatur segalanya dengan sangat baik untuk kami. Dan saya yakin, suatu saat Allah akan kembali menjawil saya “Nanik, sudah saatnya kamu punya rumah sendiri. Ini ada rejeki dari KU, manfaatkanlah”

Akan sampai masanya, kami bisa punya rumah sendiri. Sebenarnya sih, kami sudah punya rumah, ada dua malah. Satu di Klaten, yang sekarang ditempati orang tua saya, sertifikat sudah di balik nama, atas nama saya. Satu lagi di bengkulu, yang kini ditempati oleh ibu mertua saya. Itu nanti akan jadi hak suami saya, sebagai anak bungsu dan anak lelaki satu-satunya. Tapi kan dua-duanya jauh, sementara kami mencari nafkah di Malang. Jadi, lupakan saja kedua rumah itu.

Dan saya tetap yakin, akan sampai masanya kami bisa membeli tanah (sekarang lagi ngincer tanah di dekat rumah kontrakan), bisa membangun rumah sedikit demi sedikit. Tahun pertama beli tanah plus bangun fondasi. Tahun kedua, dinding dan atap. Tahun ketiga siap deh ditempati. Semoga Allah memberikan kecukupan rejeki dan menjadikan kami sebagai orang yang selalu bersyukur.

Baca yang ini juga

13 thoughts on “Semua Ada Masanya

  1. Amin. Satu persatu ya Mbak Nanik. Ibarat naik tangga, dari bawah dulu. Setelah punya mobil yg nyaman untuk keluarga, Insya Allah berikutnya rumah… šŸ™‚

    1. Insyaallah mbak, memang harus bertahap gitu, terasa perjuangannya, jadi lebih menghargai barang-barang yang dimiliki

  2. Betul mbak, keluarga kami juga Alhamdulillah sampai saat ini, tidak pernah punya pinjaman apapun ke bank. Kadang saya heran, dari mana ya uang waktu mau beli sesuatu yang nilainya nggak murah itu…tapi tiba-tiba saja, kami sudah memilikinya. Optimis tidak mau punya hutang ke bank mungkin harus ditanamkan sejak dini.
    Tapi kerja keras, doa dan memudahkan kesulitan orang lain juga sepertinya harus terus dilakukan. Mudah-mudahan, mbak Nanik sekeluarga juga diberi kemudahan untuk memiliki rumah impian.
    Amiin…

    1. Jika Allah sudah berkehendak, maka tak ada yang bisa menghalangi. Jadi hitungan kita dikertas tak ada artinya mbak

  3. Setuju, Mbak. Semua akan ada, jika sudah tiba masanya. Kalo maksain, khawatirnya berakibat gak baik nantinya. Saya juga lagi belajar menahan diri supaya tetap bersabar tuk punya ini itu. šŸ˜€

  4. Dengan menikmati semua ada masanya, semakin yakin pada penyelenggaraan-Nya. Semoga semua dimudahkan pada waktunya ya Jeng Naniek.
    Salam hangat

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: