Anjuran untuk menjaga jarak (social distancing) dan juga bekerja/belajar dari rumah untuk mencegah penyebaran covid-19, membuat saya harus menangguhkan rencana bepergian bersama anak-anak. Rencana mudik dan piknik tanggal 25-29 Maret 2019 ini kami batalkan, kami berkegiatan di dalam rumah saja.
“Libur” tapi Tidak Mudik, Tidak Piknik
Jauh-jauh hari, saya sudah merencanakan untuk mengambil cuti tanggal 26 dan 27 Maret. Kebetulan hari Rabu, 25 Maretnya tanggal merah. Dengan menambah cuti 2 hari, saya bisa punya waktu libur 5 hari. Cukuplah untuk mengajak anak-anak menengok neneknya di Klaten, sekaligus mengajak neneknya piknik ke Jogja.
Awal maret, saya sudah mengutarakan rencana ini pada anak-anak. Mereka sangat antusias. Sudah membuat rencana mau ngapain aja di Klaten. Kalau anak-anak senang, saya pun ikut senang.
Manusia berencana, namun Allah jua yang menentukan jadi atau tidaknya. Covid-19 sampai juga di Indonesia dan menimbulkan kehebohan, kecemasan dan juga kepanikan. Hingga akhirnya, dinas pendidikan di beberapa daerah mengeluarkan edaran bahwa untuk sementara waktu, mulai 16-28 Maret, anak-anak sekolah belajar dari rumah.
Tak hanya dinas pendidikan, beberapa kementrian pun mengeluarkan edaran agar para PNS bekerja dari rumah. Karena saya bekerja dibawah kendali kemdikbud, dan jauh dari Jakarta, tentunya harus mematuhi anjuran itu dan tetap melihat situasi di daerah.
16 dan 17 Maret, saya masih masuk kerja seperti biasa. 17 Maret sore, baru keluar edaran untuk masuk selang seling, secara bergantian. Pembagian orangnya sudah ditentukan. Masuk kerjanya juga tidak sehari penuh, melainkan hanya sampai pukul 13.00.
22 Maret, Malang masuk zona merah. Akhirnya, sore menjelang maghrib, lewat WAG institusi, diinformasikan bahwa karena kondisi Malang yang sudah memasuki zona merah, dan mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, 23 -27 Maret, kami diminta untuk bekerja dari rumah. Satpam dan tenaga kebersihan tetap masuk secara bergiliran. Iyalah, jangan sampai seminggu kemudian, kami balik ke kantor, kantornya kotor bukan main.
Pada akhirnya, saya memang tak perlu mengambil cuti. Tapi juga tidak bisa mudik dan tidak bisa piknik. Walau diberi “libur” seminggu penuh
Bagaimana Respons Anak-anak?
Anak-anak kecewa dong rencana liburan ke Klaten dibatalkan. Tapi setelah sering diajak nonton berita di TV, diberi pengertian berulang kali, alhamdulillah mereka mau mengerti. Bahwa semua ini dilakukan demi kebaikan bersama, terutama kebaikan mbah utinya yang sudah sepuh dan rentan kena virus.
Selain kecewa, mereka juga senang karena mamanya “libur” panjang. Haha… dasar anak-anak, padahal udah dibilang kalau mamanya itu nggak libur, tapi bekerja dari rumah.
Lha, emang mereka juga nggak “libur”. Sebagai anak-anak homeschooling, mereka kan sudah tiap hari “libur” jadi nggak masalah dengan adanya edaran untuk anak-anak sekolah belajar dari rumah. Anak-anak sudah biasa belajar dari rumah setiap hari.
Baca juga : Tarawih dan Mengaji di Rumah aja
Malah sekarang jadi banyak godaannya. Teman-teman sepermainannya “libur” sekolah. Jadi pada ke rumah ngajakin main. Kadang juga ngajak anak-anak main ke rumah mereka. Pas hari pertama sih masih saya ijinkan, selanjutnya saya larang. Saya jelaskan kalau mereka itu bukan libur sekolahnya, melainkan belajar dari rumah. Dan ini semua supaya covid-19 tidak menyebar.
Kalau anak-anak sudah terbiasa dengan belajar dari rumah, bagaimana dengan saya? Bisakah bekerja dari rumah?
Bekerja dari Rumah, Emang Bisa?
Tidaaak!!!!!
Baru juga ngidupin laptop, si Toto sudah pengen aja main-main sama laptop. Di bujuk-bujuk supaya menjauh sejenak, main sama kedua kakaknya, tapi tak mau. Ya sudah, tak lama kemudian laptop pun dimatikan kembali. Jadi ya tetap aja, bisa tenang didepan laptop kalau malam hari aja, saat dia sudah tidur.
Eh, tapi pernah dia anteng saat saya harus vicon dengan dengan teman-teman kantor. Iya, dia tenang karena pegang handphone dan bisa nonton youtube. Tapi tetap aja, duduknya nggak mau jauh dari saya.
Berhubung buka laptop susah, makanya saya lebih banyak mengisi waktu dengan membaca buku saja. Koleksi buku-buku lama pun terjamah kembali. Baik buku yang kerkaitan dengan pekerjaan maupun buku-buku umum.
Selama bekerja dari rumah, saya juga jadi banyak ngemil. Ya habis gimana, anak-anak bolak-balik buka kulkas. Mau jajan di luar, khawatir. ya udah uprek di dapur. Nggoreng pisang, bikin pancake, bikin puding. Kalau sudah kehabisan bahan, tahu tempe goreng pun bisa jadi camilan
Timbangan sementara disingkirkan. Kan nggak boleh stres biar daya tahan tubuhnya baik. Jadi ya, diseneng-senengin aja. Banyak makan, biar daya tahan tubuh tetap baik. Semoga nanti pas saatnya masuk kantor lagi, baju-bajunya masih muat dibadan.
Kampungku Banyak Pemudik dari Jakarta
Tadi selepas maghrib, saya menelpon ibu dan kakak saya di Klaten. Katanya, banyak saudara dan tetangga yang pulang dari Jakarta.
Memang ada banyak perantau ke Jakarta dari kampung saya. Ada yang jualan es, jamu, bakso dan juga kerja di pabrik. Dan karena di Jakarta sepi pembeli, mereka pun pulang ke kampung.
Duh, padahal kan udah ada anjuran untuk tidak bepergian. Kok malah mereka balik ke kampung sih. Di kampung kan rata-rata penghuninya para lansia.
Udah gitu, Simbok saya pun ikut-ikutan nanya “Kamu libur nggak, kalau libur pulango. Aku kangen sama anak-anak”
Maaf mbok, bukannya anak cucumu ini nggak kangen, bukannya kami nggak mau pulang. Tapi kami menahan diri untuk ikut membantu pemerintah menekan penyebaran covid-19.
Saya pun berpesan pada Simbok dan kakak, jangan sampai simbok ketemu sama orang-orang yang baru pulang dari Jakarta itu, paling tidak sampai dua minggu ke depan. Biar aja di kira sombong, ini kan demi kebaikan.
Semoga saja para pemudik itu sehat semua, tak ada covid-19 yang ikut mudik. Semoga pandemi Corona ini segera berlalu, biar kami juga bisa mudik dan piknik
kami juga sudah memutuskan gak akan mudik, meskis edih tapi demi keselamatan mamak papa ya rela aja deh
sama..kerja siang dirumah itu nggak bisa, buka laptop udah dikisruhin..jadinya ya tunggu malam nunggu si bocah tidur..
siang digunakan untuk bermain bersama dia..
semoga kita sehat dan terlindungi dari wabah ini ya..aamiin..
Amiin yra.
Hiks..pemudik2 itupun serba salah, ketakutan kali di Jkt jadi pulkam ya.
Padahal justru mereka takutnya carriers, hiks.
Insyaallah semuanya membaik, yang penting tetep menikmati dirumah aja dengan melakukan kegiatan yang produktif barneg anak2 ya.
Memang usaha perlu dilakukan meski harus menahan rindu ya
Kami sekeluarga pun berencana untuk menunda dulu mudik lebaran tahun ini mba. Pemerintah sudah memperkirakan puncaknya adalah pertengahan Mei dan itu pas puasa. Lebih baik menunda demi yang terbaik, kesehatan keluarga.
Saya rebahan doang nonton tv, trus makan n tidur hehe
Kangen kantor euy
Memang serba salah sih
Mereka mudik Karena gak ada kegiatan di kota, pasar tutup
Tapi pulang kok takutnya bawa virus ya?
Samaaaa… Saya jg jaga kosan, padahal bisa kerja sambil online, tp kasian orang rumah. Yah, itung2 menyepi, Mudah2an bisa kontemplasi… 🙂
Ya Allah. Gemes sama yg mekso mudik. Itu mereke bener2 ndak tersentuh informasi apa tahu tapi ndablek sih ya.
Ini kondisi yg serba awkward ya Mba
Aku juga pengiiinn menikmati tarawih di Masjid dan mudik Lebaran.
Tapi kalo lihat perkembangan wabah ini, kok yaaaaa agak mustahil.
Semangaaattt semuaaaa!
Wah iya memang kondisi tidak memungkinkan ya ..saya juga kangen ibu saya padahal deket paling setengah jam tapi ga berani datang takutnya kita membawa virus kasihan ibu kan sudah sempuh jadi rentan…jadi kirim doa2 aja sambil komunikasi via hape..
Pemahaman isolasi diri ini belum banyak dimengerti masyarakat pada umumnya ya. Mereka merasa perekonomian mereka juga tidak ada yg dapat membantu kalau bertahan begitu saja.
Bener banget ini Mba
Upaya apapun kudu kita lakukan ya
Iya mbak situasi dengan wabah pandemic kayak gini mah rumah is the best benar2 jadi baiti jannati 😘
I feel u mbak. Tapi belum wfh sih, masih masuk kantor tiap hari. Kalo udah di rumah ini, pengennya ngoprek2 di dapur, bikin makanan ini itu. Biar #dirumahaja nya lebih menyenangkan, hehe.. (Devi)
Waduh kok banyak yg mudik dr jakarta ya. Swmoga ibuk sehat seger waras ya Mbak. Semoga pandemik ini juga segera terlewati
Anak-anak yang mamanya biasanya kerja di luar rumah, terus sekarang ada di rumah sepanjang hari, pasti senang tak terkira. Dulu ibu saya dagang di pasar, jadi tahu banget perasaannya gimana 🙂
Sepakat banget mbak, menahan dulu sampai situasi pulih kembali untuk kebaikan bersama. Takutnya pas kita mudik kita malah jadi carier buat ortu kita.
Wabah ini memang menyisakan cerita duka ya, mba.
Di usia lolita ini, rasanya baru kali ini aku alami masa pandemik yang bisa dikatakan mencekam.
Semoga badai cepat berlalu dan kita mampu memetik hikmah dari semua ini, mba
Aamiin Ya Robillalaamiin
Duh, saya sedih dan khawatir pas baca di bagian akhir. Memang dilema banget bagi mereka. Tetapi, khawatir banget kalau sampai pandemi ini merebak di kampung. Mungkin bisa disarankan bagi yang mudik harus mengisolasi diri. Jangan jalan-jalan dulu di kampung. Semoga semua baik-baik aja, ya. Aamiin
Yaaahhh kok masih banyak juga sih yang gak nuruy sama pemerintah untuk gak mudik atau bepergian. Kesel deh aku. Ibu bapak ku aja sampe batalin tiket kereta api yang tadinya dibeli untuk mudik ke solo.
Duuhh..iya aku liat di berita banyak yang dari Jakarta pada balik kampung. Padahal kan udah dapat peringatan bahkan beberapa perjalanan kereta api dan pesawat aja ada yg di cancel
Dengan anak-anak di rumah memang gak bisa sebebas biasanya mengerjakan berbagai kerjaan. Saya juga kadang keteteran karena harus mendampingi mereka
Entah lah Mba, koq rasanya hatiku ambyarrr dengar orang2 mudik lebih awal. Bukannya mau menakut-nakuti, tapi yang kubaca beritanya bahkan supir bus yang membawa penumpang dari Jakarta ke Jawa sekarang ada yang positif covid19, terinfeksi dari penumpang yang dibawanya. Ya Robb, ga kebayang kerja tenaga medis di Jawa, hiks. Bener Mba, jangan dulu ketemu yang dari Jakarta paling ga sebulan deh Mba. Semoga orangtuanya sehat selalu ya …
Setuju, libut tidak mudik..tidak piknik. Biat kita enggak bawa oleh-oleh corona untuk keluarga. Semoga sehata selalu semua ya Mbak..dan segera berlalu pandemi ini.
Keputusan yang bagus mba kaena covid 19 ini memamg pararel. Pencegahan pun harus saling jaga dengan komitnen di rumah saja, jaga kebersihan, makan sehat
saya juga gak mudik. Nggak papa, mudah2an sehat selalu ortu.
Sayangnya masih banyak yg ngira libur beneran, masih ada yg mudik. Oya, di kota saya pun banyak pendatang dan pekerja dari kota-kota besar. Tapi mereka nggak pada mudik sih, kebanyakan justru yg dari kota yang mudiknya ke desa-desa
Yah sedih aku selama ini selalu mudik mba. Tapi tahun ini kayaknya harus memilih jalan tidak mudik demi kebaikan bersama 🙁
Iya mbak, memang sedih ya nggak bisa mudik, tapi demi kesehatan dan keselamatan dan jesehatan bersama, memang berat di rumah saja tapi kita nikmati ya semoga segera berlalu aamiin!
Alhamdulillah nggak mudik, kasihan juga kalau bawa oleh-oleh Corona. Bisa jadi kita sehat tapi jadi carrier buat yang di kampung. Bener semoga semua berpikir seperti ini.
Semoga pandemi covid-19 ini cepat berlalu ya mbak. Jogja juga katanya bakal diserbu pemudik. Ya sebenarnya agak takut sih, tapi gimana lagi daripada nyalahin pemudik mending saya protect sama keluarga saya sendirk aja kan. Toh kita ga tau yang mudik ini alasannya apa. Apa emang disana habis kontrak kerjanya, atau bagaimana. Terima kasih sudah tidak mudik ya mbak, semoga sehat selalu disana dan keluarga di Klaten juga sehat-sehat. ❤️
Dilema juga dengan pedagang-pedagang kecil harian yang merantau ke Jakarta. Saat krisis sekarang tentu mereka tidak ada penghasilan sementara hidup di Jakarta setiap harinya tetap butuh pengeluaran. Jalan satu-satunya pulang kampung demi bertahan hidup. Semoga mereka tidak menjadi carrier dan terus diberi kesehatan sehingga bisa menafkahi kembali keluarganya.
Libur tidak mudik, tidak piknik demi kesehatan bersama ya mbak, sedih pastinya ya mbak semoga semua ini segera berlalu
Haduh.. Aku kok jd gemes sm para pemudiknua ya mba.huhu. Memang sih mungkin mrk mudik krn dagangannya gak laku di jakarta. Tp kalau begini terus kapan berhentinya rantai penularannya. Ditempatku sendiri di banjarmasin masih 1 yg positif. Kampung halamanku 2 jam perjalanan dr sini. Dan aku milih gak pulang krn aku gak tau aku berstatus carrier atau bukan. Blm lg diperjalanannya. Siapa yg tau sopirnya bekas mengangkut siapa. Heu
Wuaahh udah mulai banyak yang mudik ya mbak?
Saya pribadi juga di rumah aja bahkan gak keluar ke mana2, khwatir kalau mudik malah kasian sama ortu 🙁
Blm semua org nyadar kalau virus ini bahaya, bisa jadi gak punya akses info, bisa jadi juga krn gak ada pilihan lain selain kerja keluar rumah. Entahlah yang pasti sih sempet kecewa sama yg bikin kebijakan kok gak dr awal nutup pintu masuk. Skrng ya sudah usaha keras utk gak ketemu siapa2 dan doa moga pandemi lekas usai
Baca ini aku jadi sedih mbak. Takut kalau ga bisa mudik lebaran besok. Padahal rindu kampung. Semoga segera berlalu ya pandemik ini
Sedih yaa tahun ini gak bisa mudik. Semoga Corona segera berlalu. Rasanya ga enak deh lebaran gak mudik.