Sabtu kemarin, kami sekeluarga jalan-jalan ke gunung Kelud. Acara jalan-jalan mendadak, tanpa perencanaan sebelumnya. Jam 8 an, babang bilang kalau ingin berkemah. Terus saya dan suami berdiskusi, kira-kira mau berkemah kemana. Dan terpilihlah gunung Kelud sebagai tujuannya. Jam 10 kami berangkat dari Malang.
Mendekati kaki gunung Kelud, banyak terlihat aneka pohon buah di sepanjang jalan. Durian, perkebunan nanas, rambutan, sirsak. Ada pula pepohonan kopi dan cengkeh. Kami pun sempat berhenti sejenak, membeli buah durian untuk di makan di puncak Kelud nanti.
Jam 4 an kami baru sampai dikaki gunung kelud. Tepatnya desa Sugihwaras, kecamatan Cangar, Kediri. Membayar retribusi sebesar 10 ribu per orang untuk dewasa, buat anak-anak gratis. Mobil juga nggak dikenai biaya.
Karcis masuk kawasan wisata Gunung Kelud
Dari loket retribusi, ternyata masih jauh juga menanjaknya. Tapi jangan khawatir karena jalanan mulus. Sepanjang jalan banyak ditanam pohon sirsak. Makin mendekat ke puncak, saya melihat papan bertuliskan jalan misteri. Ada juga papan penunjuk arah ke gunung-gunung berapi lain yang ada di pulau jawa serta jaraknya dari gunung kelud. Sepanjang jalan misteri itu, dibuat seperti zebra cross. Menurut kepercayaan, di daerah situ terdapat sebuah pintu misterius yang menghubungkan gunung kelud dengan gunung-gunung berapi lain di pulau jawa. Siapa yang bisa menemukan pintu tersebut, maka dalam secepat kilat bisa sampai ke gunung yang dituju.
Papan penunjuk di jalan misteri
Akhirnya sampailah kami di tempat parkir. Nggak terlalu luas sih, tapi lumayanlah bisa ke toilet dulu. Yang lapar juga bisa pesan makanan dulu.
Kawasan parkir dengan warung-warung yang menjajakan aneka makanan
Kebetulan ada bangku kosong, warung yang tidak dipakai berjualan. Jadi kami memutuskan untuk duduk disitu dan menikmati durian yang kami beli di bawah tadi.
Menikmati durian di puncak kelud
Di aera parkir ini juga terdapat toilet, lumayan bersih juga lho, padahal airnya harus mengambil dari bawah dan diangkut menggunakan mobil. Saat saya sampai disana, para petugas sedang menurunkan air dalam dirigen untuk dipindah ke tandon air di depan toilet.
Mobil pengangkut air
Puas makan durian, saat mendaki ke puncak. Mobil nggak bisa naik, jadi kami memutuskan untuk jalan kaki saja. Tapi ternyata, kami nggak bisa naik. Area ke puncak sudah ditutup
Kawasan puncak sudah tutup karena sudah sore
Melihat kondisi jalan yang mulus, sebenarnya sepeda motor bisa naik sampai puncak. Ada beberapa tukang ojek yang menawarkan jasa untuk mengantar sampai ke puncak. Ongkosnya 25 ribu pp, karena gerbang sudah ditutup. Kalau siang, saat gerbang dibuka, ongkosnya 15 ribu pp. Gerbang itu di tutup jam 16.30. Jadi lain kali, kami harus berangat pagi-pagi kalau ingin bisa sampai di puncak.
Kecewa sih. Tapi dari area parkir pun kami bisa melihat pemandangan yang bagus.
Puncak Kelud tertutup kabut (atau awan) dan terlihat jalur-jalur aliran lahar
Pepohonan yang mengering jadi pemandangan yang bagus
Berhubung tidak bisa naik ke puncak, jadi gagal neh rencana berkemah di Kelud. Sebelum pulang, jajan cilok dulu.
Antri jajan cilok
Saya pikir ke gunung Kelud itu rute pendakian nya kaya naik gunung pada umumnya (bawa tas caril dll) ternyata mirip kaya gunung Tangkuban perahu ya mba,jd tidak usah..mengeluarkan extra tenaga
Iya mirip kayak rute ke tangkuban perahu. Jalan menuju puncak dah beraspal, dari tempat parkir menuju puncak bisa naik ojek
foto yang paling atas itu indah sekali ya, bisa aku buatkan puisi itu,
Silakan Bunda, senang sekali kalau foto itu bisa menginspirasi
itu puncak gunung kelud? jalannya ok banget. apalagi ada jajanan dan duriannya sumpah menggoda banget..heheh
iya, jalannya sudah beraspal, jadi nggak perlu payah mendaki. Kalau duriannya banyak penduduk yang menjajakan di depan rumahnya dalam perjalanan ke puncak. Selain durian, ada nanas juga.