Candi Penataran
Puas jalan-jalan ke kampung coklat, perjalanan kami lanjutkan ke Candi Penataran yang terletak di desa Penataran Kecamatan Nglegok, Blitar. Gersang dan panas, begitulah yang kami rasakan saat sampai di sana. Apalagi memang pas menjelang tengah hari. Tidak banyak pengunjung yang ada di sana. Sebelum masuk kompleks candi, kami mengisi buku tamu. Tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk tiket masuk. Jika tak keberatan, pengunjung bisa mengisi “kotak amal” yang disediakan di samping buku tamu. Seikhlasnya.
Buah Maja
Di samping mintu masuk, saya dapati ada pohon dengan buah bergelantungan. Buahnya mirip dengan jeruk bali. Saya mengira ini adalah buah jeruk, dan sudah terbayang betapa segarnya di cuaca panas begini menikmati buah jeruk yang baru di petik dari pohonnya. Tapi ternyata, itu bukan buah jeruk, melainkan buah Maja. Katanya, buah maja ini rasanya pahit, dan inilah asal-usul nama kerajaan Majapahit.
Sayangnya banyak tangan jahil yang mengukir buah-buah maja itu dengan nama-nama mereka. Jadi mengurangi keindahan dan kemulusan buah-buah itu.
Candi penataran merupakan candi Hindu. Dari sisa-sisa struktur dan artefak yang ada dilingkungan kompleks candi, diketahui bahwa kompleks candi ini terdiri dari beberapa bangunan yang pendiriannya tidak dilakukan serentak namun dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu yang cukup lama. Diperkirakan, kompleks candi ini mulai di bangun pada abad XII sampai XV Masehi. Yaitu mulai masa pemerintahanan kerajaan Kadiri, dilanjutkan pada masa kerajaan Singasari dan berakhir pada masa kerajaan Majapahit.
Kompleks Candi penataran memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan, hal ini didasarkan pada isi prasasti Palah yang menyatakan bahwa Raja Srengga (Salah satu raja kerajaan Kadiri) sering mengadakan pemujaan di tempat ini.
Kompleks Candi Penataran yang luasnya kurang lebih 180 x 130 m terbagi menjadi 3 halaman, yaitu halaman depan, tengah dan belakang.
Dibagian belakang kompleks candi, banyak batu-batu penyusun candi yang letaknya berserakan, belum di susun menjadi sebuah bangunan utuh. Sayang sekali melihatnya terbengkalai seperti itu.