keindahan danau linow

Menikmati Pesona Keindahan Danau Linow di Tomohon

“Ibu sudah sampai di Tondano, jadi harus mengunjungi Danau Linow. Rugi kalau sudah sampai sini, tidak mampir ke sana”

Begitulah Tuan rumah di SMKN 3 Tondano, siang itu meyakinkan saya supaya selesai kegiatan saya tak buru-buru kembali ke Manado. Saya, yang emang suka ke tempat-tempat baru, tentu saja tak perlu di bujuk dua kali untuk mengiyakan ajakan tersebut, menikmati keindahan danau Linow.

Lokasi Danau Linow

Jadilah, setelah menikmati makan siang, kami pun bersiap menuju ke Danau Linow dengan mengendarai 2 buah mobil. Danau Linow sendiri lokasinya ada di Desa Lahendong, Tomohon Selatan, Kota Tomohon, propinsi Sulawesi Utara.

Dari Tondano, katanya hanya sekitar 30 menit perjalanan. Tapi saya rasakan lamaaaa sekali. Karena jalan menuju ke sana tuh berliku-liku, naik turun tikungan tajam, mengikuti kontur perbukitan. Sedikit melewati perkampungan, lalu masuk ke area “hutan”. Jalan berkelok, dengan berbagai macam tanaman rimbun di tepi jalan. Semak belukar maupun pohon tinggi.

Kami sempat berhenti di salah satu warung di pinggir jalan. Saya kira mau beli bekal minum dan camilan, ternyata beli bbm buat mobil. Satu jerigen berisi 5 liter, beralih isinya ke tangki mobil. Di sinilah saya kembali bersyukur, sangat gampang di Malang menemukan SPBU. Di sini, bahkan mobil pun mengisi bbm di warung pinggir jalan. Kalau di Malang, penjual bbm eceran tuh mengemas dalam botol 1 liter, kalau di Tondano ini ada yang dikemas dalam botol 1 liter, ada yang dalam jerigen 5 liter.

beli bensin eceran

Cuaca saat itu mendung. Teman-teman baru saya berharap supaya tak turun hujan, karena kalau turun hujan, katanya saya nggak bakal melihat keindahan air danau yang berbeda warna. Makin penasaran saja.

Makin dekat ke arah danau, saya melihat kepulan asap di beberapa tempat. Aroma belerang pun mulai samar tercium. Danau Linow ini emang ada di antara gunung Lokon dan gunung Mahawu. Perubahan warna air danau karena kandungan belerang dan pantulan cahaya matahari. Jadi sebaiknya memang ke sini saat cuaca cerah dan matahari bersinar terang menerpa air danau.

Kami sempat nyasar ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), sebelum akhirnya bertemu salah satu petugas jaga dan ditunjukkan arah yang benar. PLTP yang lokasinya jauh dari pemukiman. Saya membayangkan bagaimana para pekerjanya betah berada di sini? Apalagi ternyata saya memperoleh informasi, bahwa ada anak-anak SMK yang prakerin juga di sini.

pembangkit listrik tenaga panas bumi

Ah, tapi kan kata mereka, cuma 30 menit saja. Artinya tak terlalu jauh. Walau bagi saya, karena baru pertama ke sana, rasanya lama sekali. Setelah kembali dari sana, memang ternyata nggak terlalu jauh, walau memang jalannya tetap berliku-liku.

Terpesona Keindahan Danau Linow

Begitu mendekati kawasan danau, udara menjadi semakin sejuk. Apalagi turun gerimis. Di gerbang masuk, ada portal dan juga loket pembelian tiket. Setelah membeli tiket, portal dibuka dan mobil kembali menempuh jalan menanjak, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan.

Kami pun lalu turun, dan saya segera menuju ke samping bangunan tersebut, memandang keindahan yang terbentang di depan mata. Air danau yang hijau, deretan perbukitan yang dipenuhi pepohonan hijau. Udara yang sungguh sangat segar.

keindahan danau linow

Luar biasa! Benar kata rekan-rekan saya dari SMKN 3 Tondano, rugi kalau sudah sampai Tondano dan saya tak mampir menikmati keindahan Danau Linow ini. Saya pun mengambil nafas dalam-dalam, mengisi paru-paru dengan sebanyak mungkin udara segar ini.

Masih dari samping bangunan tempat kami turun tadi, arah ke bawah nampak deretan meja kursi kayu. Area kosong yang luas di bawah sana, bisa dipakai berlarian leluasa jika membawa anak kecil ke sini. Tapi tetap harus dalam pengawasan orang dewasa ya, karena pagar pembatasnya tak terlalu tinggi. Sebuah pohon hias yang tersusun dari daun-daun kering, menambah bagus pemandangannya.

keindahan danau linow

Setelah mengambil beberapa foto, berpose berlatar belakang danau, kami pun lalu beranjak masuk ke bangunan, yang ternyata adalah semacam kafe. Bangunan yang kokoh, dan sepertinya belum lama di bangun. Meja kursi kayu tertata rapi, hiasan lampu gantung menambah suasana makin asyik kalau ngobrol di sini.

Kafe danau linow

Sepi, tak nampak ada pengunjung lain. Saya menunggu rombongan tuan rumah memilih meja untuk kami. Ternyata kami juga nggak duduk di sini, melainkan menuruni tangga. Sampai di bawah, barulah nampak tempat yang lebih luas dan beberapa pengunjung lain. Toilet dan musholla ada di lantai bawah ini. Ada juga beberapa gerai yang menjual berbagai macam jajanan.

rombong bakso

Kami lalu menyebar, ada yang langsung masuk toilet, ada yang ke musholla. Ada yang menuju ke gerai makanan, dan pastinya ada juga yang langsung duduk, menandai tempat supaya tak di pakai pengunjung lain. Sebenarnya nggak terlalu ramai pengunjung sih, jadi amanlah nggak perlu keep tempat duduk.

Untunglah gerimis tak berlangsung lama, dan mendung pun mulai bergeser pergi. Beberapa bagian langit kembali biru. Walau masih ada gerombolan awan di beberapa bagian.

Meja kursi kayu tertata dengan rapi. Ada yang untuk empat orang, ada yang untuk 8 orang. Kalau rombongan lebih besar, tinggal di gabung saja. Jarak antar kelompok meja kursi di atur sedemikian rupa sehingga pengunjung maupun pramusaji dapat leluasa bergerak diantara kelompok meja.

kafe di danau linow

Setelah menyampaikan bahwa saya, karena agak pusing, minta dipesankan teh tawar saja, saya lalu menuju toilet dan musholla. Airnya dingin segera mengenai tangan, muka dan bagian tubuh yang wajib terkena air wudhu. Tubuh saya terasa lebih segar setelah bersentuhan dengan air.

Di Musholla, tentu saja setelah menunaikan sholat dhuhur di jamak dengan ashar, tak lupa memanjatkan syukur bahwa saya bisa sampai di sini, melihat keindahan alam ciptaannya ini, dan bersujud di belahan bumi yang jauh dari tempat tinggal saya. Perjalanan ke Sulawesi Utara, perjalanan luar biasa yang saya lakukan tahun ini.

Usai berdoa, mengemasi mukena, selanjutnya menuju pembatas area kafe dan menatap ke arah danau. Kembali berusaha merekam keindahan Danau Linow ini dalam ingatan saya. Sungguh lukisan alam yang luar biasa indah. Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan.

keindahan danau linow

Ngobrol Ditemani Pisang Goreng dan Sambal Roa

Rasanya tak puas-puas memandang keindahan danau Linow ini. Baiklah, mari kita nikmati keindahannya, sambil menikmati juga secangkir teh tawar dan juga beberapa camilan yang di pesan. Ada pisang goreng tentu dengan sambal roa nya, kue cucur, bakwan jagung serta apang bakar (yang setelah saya cicip, rasanya seperti kue apem).

Menikmati jajanan gurih dan manis, sambil melihat pengunjung lain yang mengabadikan kunjungan ke Danau Linow, lalu terbetiklah ide untuk mengikutinya. Berpose di tempat dengan sudut pengambilan gambar seperti yang dilakukan pengunjung lain tersebut.

Sambil ngemil, tak lupa diselingi dengan berbincang aneka topik. Urusan murid-murid di sekolah, anak-anak di rumah, pengelolaan sekolah dan tentu saja tentang Danau Linow sendiri. Yah, namanya ngumpul banyak orang, topik pembicaraan pun berganti-ganti dengan cepat. Walau tentu saja, ada yang dominan bercerita, dan ada yang setia menjadi penyimak.

ngobrol dan ngemil

Keunikan Danau Linow tidak hanya terletak pada warnanya yang memesona, tetapi juga pada proses terbentuknya. Danau ini terbentuk akibat aktivitas vulkanik Gunung Lokon dan Gunung Mahawu. Kandungan belerang dan mineral alami di dalam danau inilah yang menyebabkan airnya bisa berubah warna, terkadang hijau toska, kadang kebiruan, bahkan bisa berubah menjadi kekuningan tergantung pada sudut pandang, intensitas cahaya matahari, serta kandungan belerang di waktu tertentu.

Nama “Linow” sendiri berasal dari bahasa Minahasa, yaitu “Linouw” yang berarti “tempat berkumpulnya air.” Sebuah nama yang begitu pas untuk menggambarkan fenomena alami yang terjadi di danau ini.

kunjungan ke danau linow

Turun Lebih Dekat ke Danau

Karena kandungan belerangnya yang cukup tinggi, maka pengunjung dilarang untuk turun apalagi mandi di danau. Tapi sebelum pulang, saya diajak untuk turun mendekat ke arah danau. Ada papan bertuliskan danau Linow di area bawah ini.

danau linow

Katanya, sebelum ada bangunan kafe 2 lantai yang cukup besar, dahulu di area bawah inilah para pengunjung menikmati keindahan air danau. Tempat yang teduh dengan banyak pohon pinus disekitarnya. Kini area ini tak lagi tersedia meja kursi, eh tapi masih ada 1 kursi yang bisa kami gunakan untuk properti berfoto di sini.

Dari bawah ini, nampak ada perbedaan warna air danau. Sayang di bagian tepinya, ada kotoran berupa botol plastik. Hmm… ada aja orang yang merusak keindahan danau ya. Padahal ada tersedia tempat sampah di beberapa titik di area tepi danau ini.

Ada banyak bangau putih, bergerombol di tepi danau. Apakah ada ikan di danau? Entahlah. Bangau-bangau ini kadang terbang melintas di atas danau. Saat saya berusaha mendekat, burung-burung tersebut tak lantas bubar dan terbang. Beberapa tetap asyik bergerombol di tepi danau yang airnya dangkal. Bisa jadi mereka seperti kami tadi, masih asyik ngobrol hehe

burung bangau putih

Harmoni Alam yang Tak Terlupakan

Danau Linow bukan sekadar tempat wisata, tetapi lukisan alam hidup yang selalu berubah warna dan suasana. Di sinilah pengunjung bisa merasakan kedamaian yang jarang ditemukan di tempat lain, udara segar, panorama indah, dan ketenangan yang seolah menyembuhkan penat dari hiruk-pikuk kehidupan. Pusing dan sedikit mual yang sempat saya alami pun, menghilang entah ke mana. Berganti kegembiraan dan juga limpahan rasa syukur.

pohon pinus di danau linow

Jika kamu berkesempatan mengunjungi Sulawesi Utara, sempatkanlah singgah ke Danau Linow di Tomohon. Duduklah sejenak di tepi danau, hirup udara sejuknya, dan biarkan alam berbicara lewat keindahan warnanya yang menenangkan jiwa.

keindahan danau linow

Baca yang ini juga

11 thoughts on “Menikmati Pesona Keindahan Danau Linow di Tomohon

  1. Hai Mbak Naniiiik

    “Mbacem abis” ulasanmu tentang Danau Linow (kok jadi keingetan Zam-zam yang artinya kumpul … kumpul ya) — kamu berhasil bikin aku ngebayangin jalanan berliku, udara sejuk, terus warna air yang berubah-ubah itu. Makasih udah ajak kita “ngobrol” sambil ngopi dan ngemil pisang goreng di sana — feel-nya intimate banget. Kisah kecil soal warung BBM pinggir jalan dan burung bangau yang nongkrong tadi makin bikin tulisanmu grounding dan manusiawi.

    Aku jadi serius siapin liburan ke Sulawesi Utara deeeeh!

  2. MasyaAllah, baca tulisan Mbak Nanik berasa ikut jalan2 deh
    Dan itu sejuknya juga berasa sampe kesini.
    Kalau di Medan rada mirip dengan Danau Lau Kawar di bawah kaki Gunung Sinabung, tapi air danau mengandung belerang mirip dengan Danau Linting yang juga ngga boleh renang.

    Duuh enaknyaa itu duduk2 tepi danau sambil makan gorengan hangat

  3. cakep view danaunya, khususnya yang 2 foto berdekatan itu.
    Daku engehnya Gunung Lokon, tapi gak engeh sama danau ini, huhu. Aneh yak hehe, padahal danau ini ada kaitannya sama gunung itu. Semoga keasrian danau Linow tetap terjaga

  4. Wah tampaknya saya harus kembali ke Sulawesi Utara nih. Waktu ke Manado tahun lalu, Danau Linow sebenarnya masuk dalam program rincian perjalanan, tapi ternyata saat itu hujan deras dan mengakibatkan jarak pandang semakin sempit. Apalagi kemudian guide yang menemani menginformasikan kalau jalan ke sana tuh berliku-liku. Jadi terlalu beresiko jika terlalu dipaksakan. Yoweslah rencananya jadi batal dengan hormat.

    Lihat artikel ini hati saya langsung nelongso hahahaha. MashaAllah cakep banget ya Mbak. Saya seneng banget lihat teras yang luas itu. Tempat dengan sudut pandang yang luas dengan sisi fotografi yang apik sekali. Dan eh terus lihat ada camilan yang menyelerakan berikut kopi hitam yang menemani. Nikmatnya luar biasa. Saya mendadak ingat dengan bakwan jagungnya. Camilan terenak Sulawesi Utara.

    Ah Mbak Nanik. Sudah sukses keinginan saya untuk kembali ke Sulawesi Utara.

  5. MashaAllaah.. indah sekali ciptaan Allah..
    Nun jauh di Tondano.. ada udara segar dengan pemandangan luar biasa yaa, ka Nanik.
    Tapi berarti aksesnya uda oke nih.. meski pom BBM belum ada.
    Perjalanan menjadi leih indah karena bersama teman dan ditutup dengan makan nikmat… hihih.. meski kayanya makanan universal ya.. bukan makanan khas Tondano.

  6. Aduh cantiknyaaa…..

    padahal awal baca, Mbak Nanik ke Tomohon, langsung kebayang deh pasar ekstrim yang jual daging binatang liar

    (sempat ke sana gak Mbak?)

    Lihat danau Linow jadi ingat drama China yang latar belakangnya indah sekali, penuh warna. BEdanya itu mah efek CGI, sedangkan ini nyata

    Jadi penasaran dengan apang bakarnya Mbak, hehehe ternyata makanan tradisional umumnya sama ya? Cuma beda daerah, beda penamaan

  7. Ngenes juga yaa di luar Jawa masih susah nyari BBM huhu. Untung ada yang jual eceran ya tapi yakin harganya pasti nggak lebih murah dari yang biasa kita beli.
    Baru denger Danau Linow ini mbak, ternyata dekat dengan gunung berapi yaa? Berarti masih aktif kah mbak gunungnya sampai mengeluarkan belerang gitu?
    Enak sih mbak kalau agak mendung pas ke sana jadinya suasananya lebih kek sendu gak sih, di danaunya? hehe
    Kafenya gede juga yaa. Tempatnya juga nyaman keknya buat menyantap makanan atau sekadar ngopi.
    Mungkin bangkunya dihilangkan demi alasan keamanan kali ya mbak, jadi pengunjung sana gak terlalu mendekati danaunya.

  8. Membayangkan pisang goreng dikasih sambal roa aja udah kebayang nikmatnya. Apalagi dengan view danau linouw. Rasanya kalau datang bersama rombongan, saya memilihi sebagai penyimak. Karena ingin fokus ke viewnya juga. Tapi, memang kalau ke sana enaknya musik kemarau kayaknya ya

  9. Mbak, keren banget danau linow ini. Rasanya fresh banget lihatnya. Kayaknya beban yang berat kalau dibawa kemari tuh auto hilang seketika. Apalagi kalau ke sana sama teman-teman, pasti asyik sekali. Setelah perjalanan jauh kalau dapatnya ini enggak apa-apa deh. Masyaa Allah, mantap, dan keren.

  10. Jadi ini perjalanan dinas, ya, Mbak? Yang diselubungi jalan-jalan kah? Hahahaha.
    Ini keren lho kafenya. Bisa jadi tujuan wisatawan yang mau menikmati danau. Tempatnya tertata rapi dan tampak bersih. Di daerahku sini ada juga nih danau, sayangnya penataan dan pemeliharaannya masih kurang. Jadi, kurang menarik.

    Ngomong-ngomong soal perjalanan saat berangkat yang terasa lebih agak lama, emang gitu nggak sih. Ntar pas pulang eh ternyata lebih terasa singkat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *