“Ibu, untuk makan malam nanti kami jemput jam 7 ya, ibu siap-siap”
Begitulah pesan dari rekan yang menjemput saya di Bandara Sam Ratulangi Manado dan mengantar ke Hotel Yama di Tondano, sebelum meninggalkan saya setelah urusan chek in selesai.
Jadi setelah masuk kamar, memotret kondisi kamar mumpung masih rapi, saya segera mandi. Dan sebelum jam 7 malam, saya sudah siap di lobby, menunggu jemputan.
Mencari Makan Malam ke Tomohon
Menjelang jam 7, jemputan datang. Oleh tuan rumah, saya diajak ke Tomohon, katanya mau di ajak makan ikan bakar. Perjalanan ke Tomohon, katanya sekitar 30 menit. Lumayan lama juga, saya pun menawar, bagaimana kalau makan di sekitar hotel saja?
Tapi tuan rumah ingin sekalian mengajak saya keliling Tomohon. Baiklah, sebagai tamu yang baik, saya ngikut saja, yang penting tidak merepotkan tuan rumah.
Tomohon, yang terlintas di benak saya dengan kota ini adalah festival bunga yang pernah saya lihat di televisi, lebih dari 10 tahun yang lalu. Jaman internet dan media sosial belum seramai sekarang. Selain itu juga pasar ekstrim yang menjual hewan-hewan tak biasa, yang pernah saya saksikan juga liputannya di televisi.
Tapi ini kan sudah malam, apa iya pasar ekstrimnya masih buka? Tidak sedang masanya festival bunga juga.
Saya biarkan saja tanya itu tetap tersimpan dalam hati. Lanjut menikmati perjalanan sambil sesekali ngobrol dengan tuan rumah.
Yang paling saya ingat, dalam perjalanan itu adalah kami melewati sebuah jalan yang dikanan kirinya berderet-deret warung makan yang menyediakan menu olahan daging maupun jerohan babi. Berderet di jejer di etalase depan warung, bersanding dengan pembakaran dan juga bara arang. Tentu saja ada beberapa yang sedang proses memanggang dan asapnya terbang memenuhi sepanjang area jalan itu.
Yang menarik, ada satu warung nasi padang di antara warung-warung yang menjual menu daging babi. Tuan rumah sepertinya tahu kalau pandangan saya ke arah warung padang itu, lalu memberi tahu kalau saya tak boleh makan di sana. Karena, walaupun tulisannya warung padang, tapi yang berjualan orang lokal, dan ada menu berbahan daging babi juga.
Kami juga melewati jalan yang di kanan kirinya penuh dengan kios-kios yang menjual bunga. Aneka macam bunga di pajang, sedap di pandang mata.
Mendekat ke arah penjual ikan bakar yang kami tuju, ternyata banyak sekali mobil terparkir di tepi jalan. Mobil kami pun melaju pelan, sudah melewati warung ikan bakar yang tampak ramai. Terus melaju, tapi tak juga mendapat tempat parkir hingga kami lumayan jauh dari warung tersebut. Tuan rumah memutuskan berbalik arah, dengan harapan bisa parkir di seberang warung, di sisi jalan yang lain. Namun, lalu lintas yang malam itu lumayan padat, tak memungkinkan kami untuk parkir di tepi jalan. Jadilah kami terus melaju, dan memutuskan kembali saja ke arah Tondano.
Kenapa nggak cari makanan lain di Tomohon saja?
Tuan rumah tak berani menjamin warung yang akan didatangi di Tomohon menyajikan menu halal. Jadi lebih baik balik ke Tondano saja. Mencari tempat makan yang mereka tahu dan yakin menyajikan menu halal.
Alhamdulillah. Walau tuan rumah ini nasrani, Beliau sangat memperhatikan dan menjaga agar makanan yang disajikan pada saya adalah makanan yang halal.
Balik ke Tondano dengan Perut Kosong
Udah jam 8 lewat waktu kami meninggalkan Tomohon menuju Tondano. Kalau lancar perjalanan 30 menit, apakah masih akan ada warung makan yang buka di Tondano?
Saya lalu meminta tuan rumah berhenti di toko kelontong saja. Saya bisa beli popmie dan di seduh di hotel, atau roti ataupun biskuit dan camilan.
Namun tuan rumah memastikan bahwa masih ada warung makan yang menyajikan menu halal yang buka sampai malam.
Kami sudah melewati hotel yang saya inapi, tapi mobil masih terus melaju. Tuan rumah mengatakan bahwa kami mengarah ke danau Tondano. Kami akan makan ikan di atas danau Tondano.
Sampai di kawasan danau Tondano, gelap tentu saja. Tak nampak keindahan danau dengan genangan airnya. Yang nampak hanya samar lampu-lampu yang menerangi beberapa warung di sepanjang tepi danau.
Warung pertama, sudah tutup. Lanjut jalan menuju warung kedua, sudah sepi juga. Dan petugas sudah bersiap menutup warungnya.
Mobil pun terus melaju, akhirnya ketemu juga warung yang masih nampak terang. Ada beberapa mobil terparkir di depannya. Kami pun lalu berhenti. Setelah tuan rumah memastikan bahwa warung masih buka, dan persediaan menu ikan masih ada, kami pun lalu masuk.
Makan Malam di Resto Pemandangan Baru
Beruntung malam itu ada sebuah keluarga besar yang sedang merayakan ulang tahun salah satu anggota keluarganya, sehingga restonya masih buka. Kata petugas yang mengantar kami, kalau tidak ada tamu keluarga besar itu, biasanya resto sudah tutup. Saya melewati rombongan keluarga yang sedang bergembira itu, dalam hati terucap terimakasih pada mereka.
Petugas resto pemandangan baru mengantar kami menuruni tangga, menuju ruang makan di bawah, yang menjorok berada di atas danau. Ada goncangan kecil yang sesekali kami rasakan, saat air danau bergelombang. Dari ruang makan di bawah ini, saya bisa melihat hamparan eceng gondok yang memenuhi permukaan air danau.

Ruang makan di bawah ini lebih luas dibanding ruang makan yang ada di depan, yang digunakan oleh keluarga besar yang sedang merayakan ulang tahun tadi. Meja kursi tertata rapi, di atas meja selain ada tempat tissue, ada juga rangkaian bunga, yang sayangnya imitasi.

Di ujung ruangan terdapat sebuah panggung dengan spanduk bertuliskan nama resto pemandangan baru Tondano. Menurut informasi dari tuan rumah, biasanya kalau malam minggu ada live music di sini. Pengunjung juga bisa request lagu. Mau menyumbangkan suara, bernyanyi di depan juga boleh. Karena malam itu hanya ada kami saja pengunjungnya, maka panggung itu jadi serasa milik kami deh. Tapi tenang aja, saya nggak nyanyi kok, cukup berfoto saja di sana.

Makan apa kami di sini?
Sudah pasti ikan dong. Tapi di goreng saja supaya cepat. Ikan mas goreng, tumis kangkung dan sambal. Cukup sudah untuk membangkitkan selera setelah tadi menempuh perjalanan Tondano-Tomohon pergi pulang. Ada tambahan dadar jagung dan irisan buah semangka. Minumnya, pasti kelapa muda tanpa es dan gula.

Mungkin karena sudah terlalu lapar, kami makan dalam diam. Menikmati menu di piring masing-masing. Usai makan, kami juga tak lagi mengobrol lama-lama, karena khawatir merepotkan petugas resto. Jadi usai makan, kami segera meninggalkan resto pemandangan baru Tondano, tentu saja setelah membayar. Resto sudah sepi saat kami pergi, dan sepertinya petugas pun segera mengakhiri jam buka hari itu.


Jika Anda berkesempatan ke Manado, tak ada salahnya melipir ke menikmati keindahan Danau Tondano sambil menikmati olahan ikan di resto pemandangan baru Tondano
ngeliat ikannya menggoda banget, jadi pengen coba
Tadi siang saya makan menu yang hampir sama dengan foto di artikel ini di sebuah rumah makan Manado di Jakarta Barat…:)
Masih rezeki bisa makan malam dengan menu halal di tempat yang biasanya jam segitu sudah tutup, ya Mba…Alhamdulillah tuan rumah bisa mengerti dan membantu Mba Nanik untuk mendapatkan makanan halal..
Hahaha! Pas banget di review disebut soal deretan warung babi dan satu-satunya warung nasi Padang yang ternyata nggak bisa dipercaya kehalalannya! Itu emang jadi challenge tersendiri di jalanan Tomohon. Pantesan mobilnya muter-muter nyari parkir ikan bakar, eh ujung-ujungnya balik ke Tondano. Mission Failed successfully lah ya, yang penting perut kenyang sama Ikan Mas Goreng haha
Waktu berkunjung ke Manado, saya mikir berulangkali untuk ke Tomohon. Guidenya sih ngajak ke sana. Ngeliat “dagangan” yang aneh-aneh hahaha. Tapi setelah pikir-pikir saya tolak aja dah karena menemukan asupan yang halal di Tomohon tuh susah betul.
Ke Tondano ini saya belum pernah. Tapi sudah bisa membayangkan makan berbagai asupan seafood yang menjadi andalan wisata kuliner Manado. Dan eh kenapa saya jadi ingat bakwan jagung khas Manado ya? Yang enaknya gak ketulungan.
Agak repot ya cari restoran dengan makanan halal. Kalau nggak punya penunjuk jalan, kayaknya akan banyak orang Muslim yang makan di restoran Padang itu. Karena dipikir restoran Padang, tentu makanan yang tersedia adalah makanan halal. Ternyata….
Udah keburu laper ya, Kak. Kebayang kalau ternyata udah nggak ada resto halal yang tutup. Keliling doang akhirnya makan popmie di hotel juga. Hehehe
Alhamdulillah meski bukan pilihan pertama, tapi memang rezekinya resto kedua. Masih buka karena ada yang ultah, menunya lezat dan pemandangannya pun indah.
Ohya, ga nyesal juga karena secara tak langsung jadi sudah jalan-jalan malam hari ke Tomohon ya mbak
semoga berkah rezeki temannya Mbak Nanik yang udah “berjuang” ntraktir makanan halal di tengah kepungan makanan non halal
Bahkan resto Padang juga menyediakan masakan babi, wadidaw banget
Padahal saya pingin banget ke Tomohon ini, pingin lihat pasar daging ekstrem, walau gak tau bakal tahan gak ya? 😀
Rada gimana dan engga kebayang juga sih, rendang daging babi.
Challenging juga ya mau cari makan di Tomohon. Alhamdulillah ada resto masih buka di Tomohon, enaknya ikan mas goreng dan tumis sayur. Sruput kelapa muda…
Pulang ke hotel langsung nyenyak deh…
Belum pernah nih ke Sulawesi Utara. Apakah kalau aku ke Manado, bawa pop mie juga ya di koper. Mode survival…
Salah satu privilege makan dengan warga lokal, jadi tau kebiasaan masyarakat setempat. Sebagai turis atau pendatang, kita mana tau kalau RM Padang itu bisa nonhalal?
Andai makan saat siang atau sore, mungkin keindahan danau akan terlihat ya mbak. Jadi penasaran pemandangannya.