keindahan alam minahasa

Menelusuri Keindahan Alam Minahasa, dari Amurang hingga Touluaan

Minahasa, dulu yang terbayang di pikiran saya kala mendengar kata ini adalah nama sebuah suku di Sulawesi, yang penduduknya banyak non muslim dan juga memiliki seorang wanita pahlawan nasional, yaitu Maria Walanda Maramis.

Setelah menginjakkan kaki di tanah Minahasa, barulah saya tahu bahwa keindahan alam Minahasa pun sangat layak untuk kita kenang. Dalam tulisan ini, akan saya ceritakan bagaimana perjalanan saya menelusuri pesisir Amurang, hingga masuk ke area pegunungan, bisa dibilang pedalaman, tepatnya di Touluaan.

Saya mengawali perjalanan dari Malang usai subuh, sekitar jam 5. Naik bus patas menuju terminal Bungurasih, Sidoarjo. Dari terminal lanjut naik bus damri ke bandara Juanda. Alhamdulillah perjalanan lancar, sebelum jam 8 saya sudah sampai di Bandara. Masih cukup waktu karena penerbangan dengan Lion Air rute Surabaya ke Manado dijadwalkan pukul 09.05 WIB.

Alhamdulillah pesawat tepat waktu, mendarat di bandara Sam Ratulangi Pukul 12.45 WITA. Ada selisih 1 jam dengan Malang. Menjelang mendarat, nampak bentangan alam Manado, gunung, perkebunan, area pemukiman, danau. Indah!

pemandangan alam minahasa

Keluar dari bandara, yang menjemput saya sudah siap, namanya pak Luki. Hawa panas langsung menerpa wajah kala memasuki mobil yang nampaknya sudah beberapa waktu ada di area parkir. Pak Luki bilang, baru sebentar menunggu, tapi dari hawa panas yang saya rasakan ini, saya perkirakan sudah cukup lama mobil ada di area parkir.

Dari bandara, kami menuju ke kota Amurang, tempat saya akan menginap. Dalam perjalanan, sesekali kami mengobrol. Kadang saling diam, dan saya fokus menikmati pemandangan sekitar yang kami lalui. Antusias saat melewati pesisir karena dapat melihat pemandangan laut lepas. Mulai duduk tenang ketika memasuki jalan berliku, mendaki dan menuruni pegunungan, dengan jajaran pohon cengkeh, kelapa ataupun rimbunnya semak belukar. Sesekali mengunyah permen untuk mencegah rasa pusing dan mual. Saya yakinkan diri tak boleh mabuk, pemandangan ini sayang untuk dilewatkan. Sekitar pukul 4 sore, saya sampai di hotel Sutanraja, Amurang.

Sekilas Tentang Minahasa

Sebelum lebih jauh mengikuti kisah perjalanan saya menjelajahi keindahan alam Minahasa, mari kita pahami dulu tentang Minahasa. Secara geografis, Minahasa terletak di bagian utara Pulau Sulawesi, masuk propinsi Sulawesi Utara. Topografi alamnya didominasi oleh perbukitan, pegunungan berapi, dan dataran rendah yang subur. Kondisi alamnya yang beragam menjadikan Minahasa dianugerahi pemandangan yang memukau, mulai dari danau, air terjun, hingga pantai yang menawan. Saya sempat juga mengunjungi danau Tondano dan danau Linow yang nanti akan saya ceritakan dalam tulisan tersendiri.

Dari ngobrol-ngobrol selama perjalanan, saya memperoleh informasi bahwa saat ini ada empat kabupaten yang menyandang nama Minahasa di Sulawesi Utara:

  • Kabupaten Minahasa (dengan ibu kota Tondano)
  • Kabupaten Minahasa Selatan (ibu kota Amurang)
  • Kabupaten Minahasa Utara (ibu kota Airmadidi)
  • Kabupaten Minahasa Tenggara (ibu kota Ratahan)

Pemekaran wilayah ini tidak mengurangi kekayaan budaya dan alam yang sama-sama mereka miliki, justru memperluas jangkauan potensi yang bisa dieksplorasi. Saat di ruang tunggu bandara dan di dalam pesawat, beberapa kali saya mendengar istilah minsel, minut, mitra. Rupanya itu singkatan dari Minahasa Selatan, Minahasa Utara dan Minahasa Tenggara.

keindahan alam minahasa pesisir amurang
Minsel alias Minahasa Selatan, bukan nama orang ya

Masyarakat Minahasa dikenal ramah, terbuka, dan menjunjung tinggi adat istiadat. Mayoritas penduduknya beragama Kristen, yang tercermin dari banyaknya Gereja indah yang berdiri kokoh di setiap sudut desa. Perbandingannya kalau di Jawa, kamu bakal menemui banyak Masjid dan Musholla dalam perjalanan, maka di sini pun saya banyak melewati bangunan Gereja, ada yang besar dan ada yang kecil.

Mata pencaharian utama penduduknya beragam, mulai dari pertanian dengan komoditas utamanya padi, kelapa, cengkeh. Banyak juga yang menjadi nelayan, terutama di daerah pesisir.

Menginap di Hotel Sutanraja Amurang

Hotel Sutanraja, hotel terbesar yang ada di Amurang, ibu kota Minahasa Selatan. Letaknya dekat dengan pantai, jadi di belakang hotel tuh, nyeberang jalan, kita sudah sampai di pantai.

hotel Sutanraja amurang

Saya pun merencanakan nanti menjelang waktunya matahari terbenam, saya bakal keluar kamar dan duduk di tepi panti. Menunggu momen matahari terbenam.

Usai chek in, masuk kamar dan meletakkan bawaan. Lanjut membersihkan diri dan sholat jamak Dhuhur dan Ashar. Beruntung di langit-langit kamar ada penunjuk arah kiblat. Dipan dan kasur berukuran besar, sangat cukup untuk saya tiduri sendiri. Meja kerja kecil dengan kursinya, ada lemari dan tentu saja televisi.

kamar hotel sutan raja amurang

Di luar masih terang dan panas, saya lihat ada warung mie dan bakso di seberang hotel, ada juga minimart di samping warung tersebut. Setelah mengambil beberapa foto, saya merebahkan badan di kasur, dan berakhir dengan tertidur.

pohon kelapa
Pemandangan dari jendela kamar di lantai 3, deretan pohon kelapa dengan lautan dibaliknya

Saat saya bangun, di luar sudah gelap! Gagal deh saya menikmati momen matahari terbenam di pesisir pantai di belakang hotel.

Bangun, perut pun terasa lapar. Penjemput saya tadi sudah berpesan untuk pesan makanan di hotel saja. Jangan jajan di luar, takutnya mendapat menu jajanan yang tidak halal. Hmm… ada benarnya juga sih, dan saya beruntung walau Bapak tadi non muslim, tapi memahami bahwa saya memiliki aturan dalam hal makanan.

Setelah melihat-lihat menu, terpilihlah pisang goreng dan sambal roa, minumnya jus strawberry. Sayangnya, saat di antar, baru petugasnya bilang kalau sambal roa habis, jadi diganti sambal biasa.

pisang goreng sambal roa

Secuil Keindahan Alam Minahasa, Menyusuri Pesisir Pantai Amurang

Pagi-pagi usai menunaikan sholat subuh, saya bersiap untuk keluar. Jika kemarin sore belum ke pantai, maka pagi inilah saatnya, karena hari ini saya sudah harus chek out dari hotel.

Pemandangan laut luas, menemani acara jalan-jalan saya di pagi itu. Di beberapa tempat, saya berhenti sejenak, berdiri memandang ke arah laut, ataupun mengabadikan dalam bentuk foto. Banyak batu besar di sepanjang pantai, enak kalau buat duduk. Tapi saya khawatir kalau batu-batu itu pernah jadi tempat berpijak anjing, atau bahkan dijilati.

keindahan alam minahasa pesisir amurang

Saya harus sering mengendalikan degup jantung kala melihat anjing, sendiri ataupun berombongan dari kejauhan, maupun saat berpapasan. Menahan kaki untuk tak berlari menjauhinya. Alhamdulillah, aman acara jalan-jalan saya di pagi itu sampai balik ke hotel. Sesekali saya berpapasan dengan warga lokal yang juga sedang berolahraga, saling melempar senyum dan menganggukkan kepala, lalu kembali meneruskan langkah

pesisir pantai amurang

Sarapan di Hotel Sutanraja

Usai jalan-jalan, nengok ke resto, ternyata menu sarapan belum siap. Sarapan akan siap pukul 06.30 WITA. Jadilah saya naik ke kamar terlebih dahulu. Mandi dan berkemas, setelah itu turun kembali ke resto.

Menu sarapannya lumayan lengkap dan beragam. Yang menarik untuk saya adalah menu nasi milu. Menurut staf resto, itu adalah nasi tradisional khas Amurang. Setelah saya buka tutupnya, ternyata isinya nasi jagung, kalau di Malang dikenal dengan nama sego empok.

nasi milu khas minahasa

Selain itu ada juga nasi putih dengan aneka lauknya, irisan buah, roti dan kue-kue. Stand untuk telur juga pastinya ada. Untuk minumnya ada kopi, teh dan air putih.

Perjalanan Menuju Touluaan

Touluaan, sebuah kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara. Jadi pagi ini, saya akan melakukan perjalanan lintas kabupaten. Menginap di Minsel dan bertugas di Mitra. Kenapa kok menginapnya tidak di Ratahan saja, ibu kota Minahasa Utara?

Kalau info dari panitia, Ratahan itu kotanya kecil. Tidak ada hotel yang representatif. Baiklah, saya sih ngikut saja. Walau sebenarnya hotel kecil pun bagi saya nggak masalah, toh saya bahkan pernah menginap di ruang UKS sebuah sekolah karena tak ada hotel yang dekat dengan sekolah.

Perjalanan ke Touluaan memakan waktu 45 – 60 menit. Ke arah gunung, demikian pemaparan dari pak Luki saya. Apakah akan menempuh jalan berkelok-kelok?

Pastinya.

Jalan pegunungan dengan pemandangan kiri kanan adalah pepohonan, didominasi pohon kelapa. Ada juga melewati perkebunan cengkeh, ataupun matoa. Kadang melewati perumahan penduduk juga, yang jarak antar rumahnya sangat berjauhan.

Untung cuaca saat itu sedang cerah. Menurut cerita pak Luki, kalau musim hujan, maka jalan dipastikan bakal becek berlumpur, sehingga perjalanan ke Touluaan akan memakan waktu lebih lama.

keindahan alam minahasa

Di beberapa tempat terdapat lokasi penambangan pasir. Kalau di Jawa, sepanjang pengetahuan saya, menambang pasir itu dilakukan di sungai. Kalau disini, pasirnya di tambang dari gunung/bukit. Jadi memang sepanjang jalan yang kami lalui ini adalah deretan perbukitan dengan kandungan pasir hitam yang sangat bagus kualitasnya untuk mendirikan bangunan.

Berbagi Pengalaman di SMKN 1 Touluaan

Menjelang pukul 9 pagi, sampailah kami di tujuan, SMKN 1 Touluaan, yang berada di Jl. Amurang-Ratahan, Lobu Dua, Kec. Touluaan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara.

SMKN 1 Touluaan

Saat saya sampai, disana sedang mati listrik. Kejadian listrik padam memang sering terjadi disana, kadang lama, kadang sebentar. Walau demikian, alhamdulillah para guru tetap antusias untuk masuk ke ruang pertemuan. Walau sambil kipas-kipas dengan menggunakan buku, walau suara saya serak, tapi saya senang bisa berbagi dengan mereka.

Tak ada listrik bukan halangan untuk berbagi, tanpa slide presentasi atau media audio visual pun, acara tetap bisa menarik. Justru kami lebih banyak ngobrol dan berdiskusi. Saya bisa banyak bertanya tentang kondisi pendidikan di daerah ini. Informasi yang, sekali lagi membuat saya bersyukur tinggal di Jawa, dengan akses dan fasilitas yang sangat lengkap.

guru smkn 1 Touluaan

Menjelang jam 3 sore, gerimis datang. Saya pun beranjak meninggalkan lokasi SMKN 1 Touluaan. Menuju ke arah Amurang, lalu lanjut ke Manado. Menginap semalam di Manado, dan besok harus kembali ke Malang.

Kenangan dari Perjalanan Menikmati Secuil Keindahan Alam Minahasa

Perjalanan singkat yang memberi banyak pengalaman pada saya, bahwa di manapun saya datang, asal dengan niat yang baik, pasti akan bertemu dengan orang-orang baik. Konsumsi untuk saya saat di SMKN 1 Touluaan berbeda dengan yang di makan oleh para peserta. Bukan dalam hal menu yang istimewa, tapi dalam hal kehalalannya. Panitia sengaja memesan khusus untuk saya, bukan di catering langganan sekolah, karena khawatir alat memasaknya pernah digunakan untuk mengolah daging babi. Jadi menu makan saya, dipesan khusus pada orang tua siswa yang muslim.

Minahasa, dengan segala keberagamannya, adalah permata tersembunyi yang menunggu untuk dijelajahi. Perjalanan saya ke Touluaan dan Amurang hanyalah secuil kisah dari hamparan luas keindahan dan kekayaan yang ditawarkan.

Saya meninggalkan keindahan alam Minahasa, sembari berdoa, semoga suatu saat bisa kembali menginjakkan tanah di bumi Minahasa, memiliki waktu lebih banyak untuk mengeksplorasi keindahan alamnya.

Baca yang ini juga

14 thoughts on “Menelusuri Keindahan Alam Minahasa, dari Amurang hingga Touluaan

  1. Penasaran dengan nasi milu yang ternyata adalah sego ampok (sebutan nasi jagung di Kediri)
    Perjalanan panjang berbagi ilmu yang meski ada kendala tapi penuh makna ya, Mbak
    Sayang banget pas hari-H listrik padam…hiks, tapi jadi lebih hangat kalau langsung ngobrol dan berinteraksi.
    Btw, indahnya pantai dan pemandangan Minahasa..semoga suatu saat saya bisa mengunjunginya

  2. Maaf kak kepo hehe. Dalam rangka acara apa ke SMKN 1 Touluaan? hehe, btw, sepertinya belum terlalu ramai juga ya disitu. Dan secara akses jalan, pemerataan ruang2 jualan di sekitar jalan tidak seramai seperti di pulau Jawa atau Sumatera.

  3. Salut dengan toleransi masyarakat sana khususnya guru di sekolah yang didatangi itu. Sampai kemesan makanan khusus dari ortu siswa yg muslim. Iya sih walaupun makanan halal tapi kalau bekas nin halal jika tidak dicuci dengan syariat Islam, tetap mengandung tidak halal kan ya …

    Saya sampai tertawa sendiri diawal artikel ada istilah minsel, minut, mitra. Rupanya itu singkatan dari Minahasa Selatan, Minahasa Utara dan Minahasa Tenggara ya. Hahaha …. Lucu gitu dengernya minut minsel kalau mitra ya udah sering dengar walai artinya beda

  4. Seru banget mbak Nanik, kerja sembari jalan-jalan. Menikmani keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Saya jadi bisa ikutan menikmati keindahan Minahasa meskipun hanya lewat tulisan ini..

  5. saya paling suka tulisan traveling nya Mbak Nanik

    karena POV nya menarik, seperti bisa dilakukan oleh siapa pun (bukan mustahil)

    dan sekarang tentang Minahasa, destinasi impianku

    tahun kemarin saya berkesempatan menulis tentang sambal roa

    asyik banget kalo bisa datang langsung ke sini, dan mengudap pisang goreng dengan sambal roa

  6. Seriusan deh, seneng ikut perjalanan dinas mbak Nanik apalagi ke luar2 pulau Jawa.
    Meski berkunjung sehari dua hari tapi berasa lama karena diajak keliling.
    Sepertinya mbk Nanik fokus ke wilayah2 yang jauh dari pusat kota ya?
    Tapi itu pula serunya, yaa…
    bisa sekalian explore.
    Ditunggu dinas berikutnya, mbak hehe

  7. Saya pernah makan Nasi Milu saat menginap di Manado dan merasakan uniknya makan pisang goreng sambal roa saat berada di Tidore. Kota kecil yang ternyata banyak membawa budaya kuliner dari Sulawesi Utara. Di Sulut juga pertama kali merasakan masakan rahang tuna. Ternyata mantab bangets.

    Sayang masa kunjungannya pendek ya Mbak. Kalau enggak bisa tuh main ke Minut. Lihat pantai Likupang yang katanya bakal jadi destinasi Bali baru. Kapan ada rezeki main juga ke Airmadidi Mbak. Bagus-bagus juga destinasi sejarah di sana.

  8. Alam Minahasa pastinya sangat indah dan masih bersih dari polusi. Makanannya juga kelihatan enak. Salut banget dengan toleransi yang dilakukan SMKN 1. Memahami dan menghargai tamu yang datang. Bahkan sampai pesan konsumsinya kepada orang tua murid yang muslim.

  9. Keren ya panitianya. Mereka amat memperhatikan soal pentingnya kehalalan makanan bagi seorang muslim.

    Bikin kita yang dinas ke sana nggak khawatir soal makanan.

  10. Bapak rahimahullah dulu pernah ditempatkan di daerah Timur.
    Jadi Ibuk kalau cerita mengenai daerah-daerah Timur tuh serruu..
    Awalnya tentu culture shock yaah.. Tapi lama-lama alhamdulillah kebantu banget karena orang Sulawesi juga tau banget, kalau menggunakan hijab, pastinya makanannya kudu yang halal.
    Warga lokal gakkan menjerumuskan ke tempat makan yang gak halal.

    Aku inget banget kalo makanan dari bahan daging anjing, mereka sebutnya erwe.
    Dan masih banyak keunikan lagi di wilayah Minahasa.

  11. Seru banget aku bacain perjalanan Menelusuri Keindahan Alam Minahasa! Dari Amurang sampai Touluaan, Minahasa memang menyuguhkan pesona alam yang luar biasa dan layak dijelajahi. Jadi penasaran ingin merasakan langsung keindahan dan keramahan di sana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *