Dulu semasa kecil, saya termasuk anak yang sering di larang untuk melakukan sesuatu oleh kedua orang tua saya. Sehingga saya sering sembunyi-sembunyi melakukan hal yang ingin saya lakukan, mandi di sungai, mandi air hujan, ikut “angon” kambing tetangga, main pasir. Tapi makin di larang, saya makin sering mencuri-curi untuk melakukannya. Jika ketahuan, sudah pasti saya akan di marahi. Keseringan di marahi, akhirnya saya pun menuruti saja larangan kedua orang tua. Mengikuti saja tanpa pernah mempertanyakan atau membantah, karena pasti saya tak akan mendapat jawaban yang memuaskan. Saya, si anak kecil ini, kewajibannya hanyalah menurut saja apa kata orang tua. Dan, ini berdampak hingga saya dewasa. Saya jarang mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu. Saya lebih sering menjadi pendengar dan pelaksana tugas.
Berkaca dari pengalaman masa lalu, saya tak ingin anak-anak mengalami hal yang sama. Saya pun jarang melarang anak-anak jika mereka meminta ijin untuk melakukan sesuatu. Jika pun melarang, tentu saya berikan alasannya kenapa saya tak memperbolehkan. Saya jelaskan, kapan saat yang tepat mereka boleh melakukan apa yang saya larang. Dengan berkata “iya, boleh” ketika mereka meminta untuk melakukan sesuatu, anak-anak saya menjadi anak yang berani. Berani mengungkapkan pendapat dan perasaannya. Berani berkesplorasi saat menemui hal-hal baru.
Berkaitan dengan berkata “Iya, Boleh” kadang saya masih merasa was-was juga. Apakah jawaban saya itu tepat? Apakah tidak apa-apa membiarkan anak melakukan sesuatu yang dimintanya? Sering juga sih dapat tatapan mata gimana gitu dari tetangga yang lihat anak saya asyik main hujan, kejar-kejaran ditengah gerimis. Alhamdulillah, keraguan dan kebimbangan saya segera sirna setelah saya mengikuti seminar yang diadakan oleh Dancow Parenting Center, dengan tema “Berkata iya boleh untuk eksplorasi membuka potensi maksimal si kecil“. Seminar ini dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2017 di hotel Atria, Malang.
Apakah setiap keinginan anak harus dituruti? Menurut Ratih Ibrahim, Psikolog yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar yang diselenggarakan oleh Dancow Parenting Center, tidak setiap keinginan anak harus kita turuti. Kita bisa berkata “iya, boleh” jika anak berada di lingkungan yang aman, jika anak bisa bereksplorasi tanpa ada sesuatu yang membahayakan bagi dirinya. Jika anak umur 3 tahun ingin bermain dengan pisau, tentu saja harus kita larang. Cara melarangnya, bisa dengan mengalihkan. Kita ambil pisaunya, lalu kita berikan pisau mainan padanya, atau pisau dari plastik yang biasa digunakan untuk memotong kue. Sambil kita bilang “yang ini buat mama, adik pakai yang itu saja ya…”. Atau lebih ekstrem lagi, jika anak ingin bermain-main dengan colokan listrik, tentu saja kita harus melarangnya.
Eksplorasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi optimalnya tumbuh kembang anak. Kasih sayang, nutrisi dan stimulasi eksplorasi akan membentuk anak sehat, ceria, cerdas, kreatif dan berperilaku baik. Panduan praktis dan lengkap bagaimana cara pemberian kasih sayang, nutrisi lengkap dan seimbang, serta stimulasi ada di dalam buku KIA, yang pasti dimiliki oleh setiap ibu hamil dan yang memiliki balita.
Kasih sayang
Kasih sayang yang utuh dari kedua orang tua akan akan membantu anak tumbuh secara optimal. Jika kurang salah salah satunya, ayah atau ibu, biasanya saat dewasa anak akan mengalami beberapa masalah. Kasih sayang akan membentuk kepribadian yang baik, antara lain ceria, percaya diri, berani melakukan eksplorasi, ulet, tangguh, tanggungjawab, pemaaf dan sebagainya.
Nutrisi lengkap dan seimbang
Terdapat beberapa fakta penting pada anak usia 1+ :
- Pada usia 2 tahun, anak sudah mencapai 50% tinggi badan yang akan dicapainya ketika dewasa
- Pada usia 2 tahun, perkembangan otak anak sudah mencapai 85% dari massa otaknya saat dia dewasa
- Banyak anak usia diatas 1 tahun kekurangan zat besi, vitamin C, vitamin A dan asam folat
- Anak usia 1-5 th di Indonesia, sebanyak 13,1% bertubuh kurus, 11,9% mengalami obesitas dan 28,1% mengalami anemia
- Anak usia 1-5 tahun di Indonesia, sebanyak 12,2% pernah mengalami diare dan 41,9% pernah bermasalah dengan infeksi saluran napas (ISPA)
Berdasarkan fakta-fakta diatas, anak harus diberikan nutrisi yang tepat dan seimbang yang mampu membantu melindungi saluran pernafasan, membantu melindungi daya tahan tubuh dan membantu melindungi saluran cerna. Nutrisi yang mengandung bakteri Lactobacillus rhamnosus akan membantu menurunkan resiko infeksi saluran pernafasan. Bakteri ini juga membantu menurunkan resiko diare pada anak. Sementara serat pangan inulin membantu menstimulasi pertumbuhan bakteri baik di dalam saluran cerna.
Nutrisi yang lengkap dan seimbang berfungsi dalam pertumbuhan fisik anak (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral), perkembangan kecerdasan (protein, minyak ikan, omega 3, omega 6, zat besi) dan perlindungan/kekebalan (serat inulin, lactobacillus rhamnosus, vitamin A-C-E, selenium).
Nutrisi yang cukup pada anak akan membantu pembentukan daya tahan tubuh. Kecukupan nutrisi juga menjadi penentu pertumbuhan otak dan fisik yang baik pada anak. Sehingga anak dapat bereksplorasi dan belajar secara optimal sehingga seluruh potensinya terbuka maksimal.
Stimulasi eksplorasi
Stimulasi adalah pemberian rangsangan dari lingkungan yang memancing respons tertentu. Stimulasi yang tepat, sangat penting bagi anak, yaitu untuk :
- mengembangkan seluruh aspek perkembangan sesuai usia anak
- menyediakan ruang bagi anak untuk bereksplorasi
- membantu anak mencapai seluruh target tumbuh kembangnya secara optimal
Aspek perkembangan anak yang dikembangkan dengan stimulasi meliputi, aspek fisik/motorik, kognisi (kemampuan berpikir), bahasa/komunikasi, emosi dan sosial.
Eksplorasi merupakan bagian dari stimulasi. Kegiatan stimulasi dapat dilakukan dilingkungan sekitar rumah, di ruang terbuka dengan berbagai kegiatan sederhana dan mudah. Misalnya main petak umpet, lompat tali, menari, bermain pasir, bermain ular tangga. Dalam permainan ular tangga, motorik halus anak dilatih saat dia mengocok dan melempar dadu, motorik kasarnya dilatih dengan duduk menghadapi papan ular tangga. Aspek kognisi dilatih dengan memperhatikan jika bertemu ular atau tangga. Jika ular maka dia harus turun, jika tangga maka ia harus naik. Aspek komunikasi dilatih dengan mengingatkan teman mainnya bahwa sekarang gilirannya. Aspek emosi dilatih dengan mengungkapkan perasaan senang kala bisa mencapai puncak permainan, rasa sedih kala terus-terus turun karena bertemu ular. Aspek sosial terpenuhi, karena bermain ular tangga tak mungkin dilakukan sendirian.
IYA, BOLEH
Orang tua akan mantap dan percaya diri berkata “Iya, boleh” jika yakin bahwa anak terlindungi. Dengan berkata “Iya, boleh” maka anak akan nyaman dan tenang dalam bereksplorasi. Eksplorasi adalah bagian dari proses belajar yang utama yang dibutuhkan oleh anak untuk berkembang optimal. Berkata “Iya, boleh” pada anak akan memberi kesempatan pada mereka untuk bereksplorasi, membuka peluang agar seluruh potensi anak berkembang optimal sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang utuh.
***
Sekian bagi-bagi ilmu hasil mengikuti seminar parenting sabtu kemarin. Alhamdulillah nambah wawasan dan jadi nggak ragu lagi untuk bilang “Iya, boleh” pada anak. Dengan syarat, yakin bahwa anak terlindungi. Satu lagi pesan penting yang saya dapat dari salah satu pembicara, bahwa jangan “sak klek” menerapkan ilmu parenting. Jangan fanatik pada apa yang dikatakan/dilakukan idola kita dalam mengasuh anaknya. Jangan baper kalau ada orang mengomentari cara kita mengasuh anak. Setiap anak itu unik, setiap orang tua punya gaya sendiri dalam mengasuh anak. Orang tua adalah orang yang paling tahu bagaimana keseharian anak, jadi nggak perlu baper dengan aneka macam komentar orang lain.