hikmah musibah kecelakaan

Merangkai Hikmah dari Musibah Kecelakaan Lalu Lintas

Dan mungkin kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan mungkin (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (QS Al-Baqarah :216)

“Sabar ya, Mbak. Pasti ada hikmahnya kok dari kecelakaan ini” Begitulah teman dan Saudara saya berucap, sebelum berpamitan saat menjenguk saya. Ya, saya pun meyakini itu kok, karena setiap kejadian bukanlah kesia-siaan, pasti ada pelajaran yang bisa di ambil, bagi orang-orang yang berpikir. Jadi, hikmah di balik musibah kecelakaan ini pasti ada.

Alhamdulillah Dikelilingi Orang-orang Baik

Alhamdulillah, saya bertemu dan dikelilingi orang-orang baik. Kejadian tabrakan sore hari, saat hujan, tapi orang-orang yang lewat, mau berhenti menolong saya. Saat saya di tuntun menepi, berteduh di salah satu rumah penduduk, sepeda motor masih di tengah jalan, kunci masih tergantung.

Seandainya ada orang berniat jahat, bisa saja sepeda itu di bawa kabur, karena perhatian orang-orang tertuju pada saya yang terluka. Dompet dan handphone ada di dalam jok sepeda motor. Kalau sampai motor dibawa kabur, saya ibarat sudah jatuh tertimpa tangga.

Alhamdulillah semua orang baik. Beberapa saat setelah saya duduk, sudah minum beberapa teguk air putih yang disodorkan pemilik rumah, dan agak tenang, seorang lelaki mendekati saya. Dia menyerahkan kunci motor, dan memberi tahu posisi motor sudah di taruh tak jauh dari tempat saya duduk. Berpesan untuk menyimpan kunci itu dan tak memberikan pada orang tak dikenal, lalu berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.

Ada pula yang menawarkan bantuan untuk mengantar ke rumah, atau rumah sakit. Karena darah sudah banyak mengalir, rumah sakit menjadi pilihannya.

Hanya satu teman kantor yang saya kabari, tapi tak lama saya di IGD, beberapa teman kantor datang. Bahkan mau menjadi penjamin saya (karena suami sedang di luar kota), menjemput anak saya, dan menunggui hingga saya dipindahkan dar IGD ke kamar, baru mereka pulang.

Malamnya, saya banyak menerima pesan dari teman-teman kantor, ada yang menanyakan kondisi, ada yang mendoakan, ada yang meminta saya bersabar menghadapi musibah.

Saya memang tidak update status di media sosial, jadi yang tahu saya kecelakaan hanya teman-teman kantor. Para tetangga tahunya sekitar 2 minggu setelah kejadian, karena melihat saya keluar rumah dengan tangan di gendong.

Amarah Tak Akan Menyelesaikan Masalah

Lawan tabrakan saya, Cak Dul, dan keluarga juga menjenguk saat saya di IGD, baru pulang setelah saya di pindah ke kamar rawat inap.

Cak Dul wajahnya pucat, sangat takut kalau saya marah. Lah saya nahan sakit saja kewalahan, bagaimana bisa marah. Lagian, saya marah pun, waktu nggak bisa di putar lagi. Saya marah pun, nyatanya tangan saya tetap patah, harus tetap operasi. Jadi lebih baik energi saya di fokuskan gimana cara untuk sembuh.

Salah satu teman kantor yang datang adalah tenaga keamanan, pensiunan tentara. Badan tegapnya membuat Cak Dul makin kehilangan nyali. Tapi teman-teman saya meyakinkan Cak Dul, bahwa saya nggak bakal marah ataupun menuntut ini itu.

Keesokan harinya, saat bertemu suami, Cak Dul juga nampak siap untuk dimarahi. Selalu menunduk, tak berani mengangkat wajah. Posisi tangan ngapurancang, kedua tangan saling berkaitan, tangan kanan di atas tangan kiri, berada di depan badan, bawah pusar. Bagi orang jawa, posisi ngapurancang ini menandakan hormat pada lawan bicara.

“Kalau kejadian ini beberapa tahun yang lalu, pasti sekarang Sampeyan babak belur. Bisa jadi tangan kanan juga saya patahkan, seperti tangan istri saya. Tapi saya ini sudah tua pak, sudah saatnya mengendalikan marah. Tak ada yang mau mendapat musibah, tapi kan kita nggak bisa menolak kalau Allah sudah menentukan Sampeyan dan istri saya tabrakan. Jadi kita jalani saja, yang penting sekarang, istri saya segera sembuh.”

Mengingat sifat suami yang kadang over protektif pada istri dan anak-anaknya, sejujurnya saya juga takut lho kalau Cak Dul bakal di hajar sama suami. Alhamdulillah suami kini lebih sabar.

Manusia Merencanakan, Tuhan Menentukan

Pagi harinya saya masih dapat tawaran untuk dinas ke luar pulau. Tapi saat itu saya menolak, dan ini pertama kali sepanjang karir, saya menolak tugas. Saat itu saya jawab, kalau saya ingin istirahat dulu, karena 3 bulan sebelumnya, saya tak ada hentinya dinas luar.

Terus sorenya saya mengalami kecelakaan lalu lintas.

Malamnya, saya merenung, lalu sempat membatin “Ya Allah, saya memang ingin istirahat, tapi nggak gini juga”

Pagi berangkat ngantor dan sore pulang, tidur di rumah bersama anak-anak. Bukannya pergi berhari-hari, tidur di hotel tapi sendiri. Ini yang saya mau.

Tapi Allah kasih saya waktu istirahat yang lebih panjang. Beberapa hari di RS ditemani anak dan suami, lanjut 24 jam di rumah hingga lebih dari 2 minggu, bersama suami dan anak-anak.

Hempaskam Stigma Ibu Nggak Boleh Sakit

“Gimana kondisi rumah dan anak-anak mbak?”

Setiap ada yang menanyakan hal ini, saya selalu sigap menjawab “Aman terkendali!”

Jadi kan memang masih ada sebagian (besar) orang yang dalam pikirannya tertanam, jadi ibu jangan sampai sakit. Kalau ibu sakit, kacau seisi rumah.

Walau saya sakit, eh sebenarnya saya sehat kok, cuma tangan kanan yang tak berdaya, tak bisa digunakan beraktivitas, alhamdulillah rumah tetap terkendali.

hikmah di balik musibah, kakak trampil memasak
Kakak sudah bisa diandalkan untuk urusan masak

Urusan masak, ada suami dan kakak yang bisa diandalkan. Urusan bersih-bersih rumah, suami ahlinya. Mencuci baju, saya masih bisa, kan tinggal tuang deterjen aja ke mesin cuci, pencet beberapa tombol, bisa pakai tangan kiri. Tinggal tunggu deh, ntar mesin cuci udah otomatis ngerjakan. Nah urusan jemur, angkat jemuran, lipat-lipat, ini jadi tugas babang.

memasak jengkol
Persiapan masak jengkol

Toto tugasnya menemani, menunggui saya. Di kamar, di teras, di ruang tengah, dia ngikut terus. Butuh apa-apa, saya bisa minta tolong Toto buat ngambilkan. Kalau pagi saya pengen jalan-jalan, Toto juga yang menemani.

Sebelum saya sakit, emang anak-anak juga sudah terbiasa mandiri, jadi saat saya sakit, saya tak perlu banyak kasih instruksi ini itu. Paling sesekali mengingatkan, udah mendung gelap tapi babang belum angkat jemuran.

Ada Hikmah di Balik Musibah Kecelakaan

Kini, hampir 2 bulan setelah kecelakaan. Tangan kanan sudah tidak di perban. Jari-jari mulai bisa digerakkan, tapi belum bisa sampai menggenggam. Memegang dan mengangkat satu atau 2 lembar kertas, saya bisa. Lebih dari itu belum kuat.

Makan, minum, mandi, mengetik masih pakai tangan kiri.

Terhitung 6 Januari 2025, saya sudah aktif ngantor lagi. Karena kondisi saya sudah kondusif, suami sudah kembali mencari nafkah di luar kota, setelah sebulan penuh menemani saya istirahat di rumah. Untuk transportasi rumah ke kantor, dan sebaliknya, saya gunakan jasa taksi online. Belum berani bonceng ojek online.

Saya nikmati proses pemulihan, yang kata dokter biasanya untuk kasus patah tulang, paling cepat 3 bulan.

Ada hikmah di balik musibah kecelakaan, saya yakin itu. Beberapa hal sudah saya tuliskan di sini, dan 3 tulisan sebelum ini. Beberapa hikmah lain, sudah saya rasakan, tapi belum bisa saya tuliskan.

Baca yang ini juga

10 thoughts on “Merangkai Hikmah dari Musibah Kecelakaan Lalu Lintas

  1. Merangkai hikmah dari musibah itu memang nggak mudah, tapi tulisan ini benar-benar menyentuh. Semoga kita selalu diberi ketabahan dan pelajaran berharga dari setiap kejadian. ❤️

  2. Waah, baru tahu kalau mbak Nanik kecelakaan dan sampai patah tulang. Semoga cepat pulih ya Mbak. Dan terima kasih sudah berbagi hikmah yang inspiratif. Memang, amarah hanya akan menambah sakit saja yaaa..
    Bersyukur juga keluarga, bahkan orang2 sekitar sangat sayang pada Mbak Nanik. Semoga ke depan Cak Dul bisa lebih hati2 juga.

  3. lekas sembuh dan pulih kembali ya mbaa..alhamdulillah seisi rumah support ya, mau saling bantu untuk tetap jalannya roda kehidupan di rumah hahaha… karena anak2 jg udah besar dan bs diandalkan ya mba…
    Tapi hikmahnya juga jadi tahu yaaa, klo semua di rumah sayang mba Nanik hehe…

  4. Saya pun selalu percaya kalau di balik setiap kejadian akan selalu ada hikmah. Karena Allah memang sangat sayang dengan umat Nya. Terima kasih banyak untuk pengingatnya, Mbak

  5. Semoga lekas sembuh dan pulih ya mbak Nanik. Memang kita manusia tidak pernah tahu kapan musibah datang. Yang penting kita bisa ambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup ini. ALhamdulillah anak laki-laki mbak juga bisa masak jadi bisa membantu mba ya

  6. Baru tahu nih ternyata mbak Nanik habis kecelakaan 🙁 Alhamdulillaah kini tangannya sudah membaik ya. Memang deh semua ada hikmahnya dan seain kita berintrospeksi diri juga tetap bersyukur dengan musibah ini. Suami dan anak menjadi support system terbaik ya masya allah.

  7. Manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang membolak-balikkan semua ya Bu…
    Semoga kondisi Ibu lebih baik lagi
    Makin sehat dan pulih sedia kala
    Keluarga memang support sistem paling utama ya

  8. Akan ada hikmah di balik sebuah musibah. Alhamdulillah makin membaik kondisinya ya, Mbak
    Alhamdulillah juga dikelilingi support system yang membantu proses penyembuhannya. Semoga setelahnya akan ada limpahan keberkahan yang bertubi-tubi untuk Mbak Nanik dan keluarga. Aamiin YRA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *