Melanjutkan cerita kecelakaan lalu lintas yang saya alami akhir November kemarin, kali ini saya mau cerita pengalaman menjalani operasi patah tulang terbuka di tangan kanan saya.
Sebelum dan setelah operasi, ada beberapa orang yang bertanya, kenapa nggak ke sangkal putung saja untuk membetulkan posisi tulangnya. Bagi yang belum tahu, sangkal putung adalah metode pengobatan tradisional untuk menyambung kembali tulang yang patah ataupun dislokasi/bergeser. Caranya dengan mengurut dan terlebih dahulu diolesi minyak, ada juga yang diiringi mantra ataupun doa.
Patah tulang yang saya alami adalah patah tulang terbuka, di mana bagian tulang yang patah mencuat ke luar, menembus kulit. Saya tak mau ambil resiko ke pengobatan alternatif, rasa sakit saat di urut, kemungkinan infeksi, ataupun salah dalam proses pijatnya. Jadi opsi operasi yang saya pilih.
Persiapan Operasi Patah Tulang Terbuka
Kejadian kecelakaan yang saya alami hari Jumat, 29 November sekitar pukul 17.00 WIB, sementara operasi dilakukan hari Sabtu, 30 November pukul 15.00 WIB. Operasi dilakukan di RSAU dr. M Munir Malang.
Walau dibalut perban, nampak kondisi tangan kanan sudah bengkak, rasa nyeri tak begitu terasa karena setiap 8 jam ada perawat yang memberikan injeksi obat anti nyeri.
Pukul 06.30 perawat sudah mengantarkan menu sarapan. Lanjut mengecek suhu tubuh dan tekanan darah. Meminta saya untuk segera makan, karena pukul 09.00 saya harus mulai puasa, tak boleh makan dan minum.
Saya sempat bertanya, kenapa harus puasa, kan yang di operasi cuma tangan.
Perawatnya menjelaskan kalau saya akan di bius total, sehingga lambung harus dalam keadaan kosong. Jika lambung terisi, takutnya isi lambung akan naik, dan bisa masuk saluran nafas, bahkan bisa masuk ke paru-paru. Bagi beberapa orang, obat bius bisa menimbulkan mual, jadi lebih aman kalau lambung dalam keadaan kosong.
Pukul 08.00 suami sampai, dari luar kota langsung menuju RS. Mencium saya bertubi-tubi, membelai kepala saya untuk menguatkan. Saya dari kejadian kecelakaan hingga pagi itu tak menangis, tak mengeluh. Tapi begitu suami datang, langsung kumat manjanya. Minta dipijit, minta disuapi.
Tapi suami nggak bisa lama-lama, karena harus segera ke kantor polisi. Membuat laporan untuk memperoleh surat pengantar untuk mengurus asuransi jasa raharja. Lika liku pengurusan asuransi jasa raharja ini, nanti akan saya buatkan tulisan tersendiri ya.
Setelah suami pergi, beberapa teman kantor silih berganti datang menengok. Kakak dari Sidoarjo datang. Niat mau tidur jadi batal. Sekitar jam 12, baru deh kamar sepi. Tinggal saya, kakak lelaki dan anak tengah saya.
Pukul 12.30 perawat datang mengganti infus, mengecek kondisi saya, menyiapkan baju untuk masuk ruang operasi. Menawarkan untuk membantu saya mengganti baju operasi.
Pukul 14.30 perawat datang lagi, memberikan injeksi obat. Ada 4 jenis cairan yang disuntikkan melalui jalur selang infus di tangan kiri saya. Anti biotik, anti nyeri dan entah apa lagi. Beberapa saat setelah itu, saya di bawa ke ruang operasi. Suami masih belum kembali dari kantor polisi.
Sampai ruang persiapan operasi, saya diminta pindah tempat tidur. Perawat melaporkan kondisi saya pada petugas yang ada di situ, entah dokter atau perawat. Beberapa saat di ruang persiapan, saya di bawa masuk ruang operasi. Saya diminta pindah tempat tidur lagi. Sebut saja meja operasi, sempit, pas selebar bahu saja.
Di ruang operasi saya ingat ada lebih dari 4 orang. Tangan kiri saya di rentangkan, ada alat yang dipasang di ibu jari. Salah seorang di situ membuka masker yang saya pakai, bersiap memasang oksigen, sambil berulangkali mengingatkan saya untuk berdoa.
Setelah itu, gelap. Saya tak tahu apa yang terjadi.
Setelah Operasi
“Bu, bangun, Bu!”
Berulangkali saya mendengar suara itu. Mata rasanya berat sekali untuk di buka, saya ngantuk. Saya ingin tidur.
“Bu, bangun!”
Kembali ada suara. Pelan-pelan saya pun membuka mata. Yang pertama nampak adalah suami di samping kiri, menggenggam tangan saya. Wajahnya cemas. Ada beberapa tenaga medis juga.
Saya lepaskan tangan kiri dari genggaman suami. Berpindah meraba tangan kanan. Saya raba dan hitung jarinya, ada 6! Coba saya ulangi sekali lagi, tetap ada 6.
Saya bilang ke suami kalau saya ngantuk, mau tidur lagi. Tapi petugas medis melarang, katanya tidurnya nanti saja kalau sudah pindah ke kamar.
Para petugas lalu mengangkat tubuh saya, memindahkan ke dipan lain. Dengan dipan itu saya di bawa ke ruangan untuk rontgen. Dalam perjalanan ke ruang rontgen, saya kembali meraba jari kanan. Alhamdulillah benar, jumlahnya ada 5. Rupanya yang 1 adalah penyangga yang di pasang supaya tak goyah.
Ada Banyak Logam dalam Lenganku
Selesai rontgen, saya di bawa ke kamar. Sayup-sayup terdengar suara adzan. Saya kira adzan maghrib, ternyata sudah isya.
Setelah sampai kamar, memastikan saya baik-baik saja, kakak saya kembali ke Sidoarjo. Tinggallah saya, suami dan si anak tengah.
Suami cerita kalau selesai operasi tadi, saat saya belum sadar, suami di panggil oleh dokter. Di tanya gimana kejadiannya, kok sampai tulangnya bisa hancur. Tentu saja suami tak bisa menjawab, karena saat kejadian, suami sedang di luar kota.
Dokternya juga bilang, kalau operasinya tadi agak susah menyambungkan tulangnya, karena yang patah tidak cuma satu.
Jadi rupanya, bukan cuma satu patahan saja yang terlihat mencuat itu. Patah di bagian tulang lain lebih banyak. Saya spill sedikit, sebagian hasil rontgennya di akhir tulisan ini. Yang nggak kuat, skip aja.
Tentu masih butuh waktu lama untuk pemulihan. Saya harus terus berlatih melakukan banyak hal dengan tangan kiri. Masih menggantungkan beberapa hal pada bantuan suami dan anak-anak.
Semoga lekas sembuh pulih sedia kala wahai ibu orang yang baik …
Doa kami menyertai dari pondok mengaji Al Hidayah disini
Musibah tidak ada yang tahu, tapi kesabaran dan tahan uji kita selama menjalani nya insyaallah jadi safaat untuk mengugurkan segala dosa…
Suami saya juga pernah patah tangan kiri di dekat pergelangan. Tidak operasi tapi ke pengobatan ahli tulang (sangkal putung) di Sukalarang Sukabumi. Alhamdulillah sudah lebih baik.
Ya Allah Mbak membaca tidak hanya satu tulang yang patah dan remuk, saya langsung ngilu hati. Apalagi jeda antara kejadian dan waktu operasinya lumayan lama. Meski dibantu oleh obat pereda sakit, gak kuat rasanya membayangkan Mbak Nanik harus istighfar berkali-kali dan melewati proses saat sebelum operasi dijalankan.
Semoga segera pulih kembali ya Mbak. Istirahat yang banyak dan makan asupan yang membantu untuk memulihkan hasil operasi. Pantes aja ya lama gak lihat Mbak Nanik ikutan blog walking.
Ya Allah mbak, semoga lekas sembuh ya. Tapi aku sepakat, mending berobat ke RS daripada urut urut ke patah tulang. Karena keluargaku pernah patah kakinya, dibawa ke urut patah tulang kakinya malah jd busuk. Akhirnya dibawa ke RS, operasi dan sekarang sudah bisa jalan alhamdulillah
Ya Allah, ngilu bacanya dan liat fotonya Mba, semoga lekas pulih ya Mba. Pas banget kemaren tuh liat konten orang operasi tulang itu ternyata lumayan ngilu ya.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah, aamiin
Aduh kebayang sakitnya
Jangankan patah tulang (bahkan banyak patah tulangnya), tangan kiri saya pernah retak dan itu sakit banget,
Juga digips seperti Mbak Nanik, tapi ngelihat apa yang dialami Mbak Nanik, apa yang saya alami hanya seujung kuku
Mungkin itu tabrakannya keras banget ya? Sampai hancur begitu.
Semoga lekas pulih, oh ya kok udah ngeblog?
Gipsnya udah dibuka, atau ngeblog pakai tangan kiri?
Semangat ya, Mba. Semoga masa pemulihannya berjalan cepat.
Kalau menurut saya, pilihan ke berobat ke rumah sakit untuk patah tulang terbuka-nya merupakan pilihan yang sangat tepat, nggak kebayang dengan patahan yang nggak hanya satu itu kalau diurut, ngiluuu.
Ya Allah, semangat ya, Mba. Semoga masa pemulihannya berjalan cepat.
Kalau menurut saya, pilihan ke berobat ke rumah sakit untuk patah tulang terbuka-nya merupakan pilihan yang sangat tepat, nggak kebayang dengan patahan yang nggak hanya satu itu kalau diurut, ngiluuu.
Semoga bisa segera pulih dan makin sehat ya mbak. Jadi makin aware sama diri sendiri. Terima kasih sudah berbagi.
Lekas sembuh ya kak Nanik, semoga Allah melindungi kakak dan keluarga.
Btw, fisura/fraktura pada tulang memang perlu perawatan yang lama dan memang perlu tenaga medis yang menangani. Saya berpesan saja, kalo yang terjadi keretakan/patah tulang maka jangan sekali2 diserahkan ke sangkal putung, ada saudara saya malah ke sangkal putung jadi infeksi.
Melihat hasil ronsen langsung kebayang kenapa dokter sampai nanya gimana cerita jatuhnya. Hiks
Semangat Mba Nanik..semoga lekas pulih kembali dan bisa beraktivitas lagi
aduh ngeri… semoga lekas sembuh dan bisa beraktivitas kembali… aku juga pernah patah tulang tapi tidak terbuka dan sama juga ada pen dan sampai sekarang dibiarkan saja, karena tidak ada keluhan