Malam-malam itu asyiknya bergumul dengan anak-anak di kasur, sambil dengerin mereka cerita atau saya yang membacakan buku untuk mereka.
Semalam, kami bertiga juga asyik uyel-uyelan. Saya ditengah, babang di sebelah kanan, dd di sebelah kiri. Tangan kanan memeluk babang, tangan kiri memeluk dd. Lalu saya pun ngudang babang (Ngudang itu bahasa jawa, maknanya menurut saya, memuji/menggoda/bersenandung yang berisi pujian pada anak. Belum nemu apa istilah dalam bahasa Indonesia)
“Anak ganteng…. anak ganteng…. anaknya mama….”
Anak-anak biasanya senang kalau saya kudang. Mereka bakal rebutan minta di kudang. Saya bersenandung dan mereka akan menggoyangkan tangan atau badan. Maka malam itu pun, dedek merajuk juga untuk di kudang. Tapi sebelum saya beralih ngudang dd, babang tiba-tiba bangkit. Duduk menghadap saya dan dd.
Babang (B) : Mama itu sayangnya sama anak pertama, Dek. Bukan anak kedua
Dd (D) : Aku kan anak pertama, Bang…
B : Bukan, Dek. Yang anak pertama itu aku. Kan banyak fotoku waktu bayi. Foto dd nggak ada. Kata mama kan dd itu masih di perut. Jadi yang pertama itu aku.
Siangnya mereka habis bongkar-bongkar buku. Terus nemu setumpuk foto waktu babang masih bayi. Juga foto2 waktu kami jalan-jalan bertiga. Waktu foto itu dibuat, memang dd masih ada dalam perut.
D : Anak pertama itu papa, Bang. Kan mama suka peluk-peluk papa.
B : Iya. Berarti mama itu sayangnya sama anak pertama dan kedua.
Dd diam saja, sambil memandang saya. Tatapannya merajuk seolah minta dukungan bahwa saya juga menyayanginya. Tapi saya masih diam saja.
B : Mama itu sukanya sama yang ganteng. Papa kan ganteng. Aku juga ganteng. Mama itu nggak suka sama perempuan. Masa mama mau nikah sama perempuan. (Saya langsung menoleh dan menahan tawa.) Masa mama peluk-peluk orang perempuan.
Sebelum tawa saya meledak. Sebelum dd menangis sedih. Saya peluk mereka berdua. Saya bilang kalau Mama itu sayang papa, sayang babang, sayang dd juga. Semuanya di sayang. Semuanya akan dapat pelukan mama.