Tambolaka, ibukota kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur, inilah tujuan selanjutnya dalam melaksanakan serangkaian tugas yang diberikan oleh pimpinan. Walau awalnya, saat di group diminta mengisikan nama pada daftar sekolah-sekolah yang akan kami datangi, saya memilih Tulung Agung yang berada tak begitu jauh dari Malang. Alasan pemilihan karena waktunya pas, yaitu 16-17 Oktober. Karena 18-20 saya sudah pegang surat tugas untuk ke Makassar.
Tapi begitu daftar petugas dirilis resmi, kok nama saya kebagian di Tambolaka, tepatnya di SMK Pancasila. Emang sih waktu kegiatan cuma sehari, 17 Oktober. Tapi kan ini jaraknya jauh banget dari Malang, paling tidak butuh sehari perjalanan ke sana.
Apakah saya lantas menolak? Nggak lah, kan nggak boleh menolak tugas. Setelah menerima tugas, lanjut koordinasi dengan pihak sekolah. Ternyata kalau mau ke Tambolaka tuh penerbangannya dari Surabaya, transit Denpasar lalu baru lanjut ke Tambolaka. Awalnya saya kira transitnya di Kupang.
Ada juga kok penerbangan dari Kupang ke Tambolaka, tapi pesawatnya pagi. Kalau dari Surabaya pengen transitnya di Kupang, mesti bermalam dulu di Kupang.
Setelah koordinasi dengan pihak sekolah, lihat-lihat jadwal penerbangan, akhirnya diputuskan tanggal 16 Oktober saya berangkat ke Tambolaka. 17 Oktober mengisi workshop, lalu 18 dari Tambolaka penerbangan ke Denpasar. Dari Denpasar, saya langsung lanjut ke Makassar. Pas lah tanggal 19 nya saya mengisi kegiatan di sana.
Bertemu Wanita Bersahaja dalam Penerbangan Denpasar-Tambolaka
Dalam penerbangan dari Denpasar ke Tambolaka, saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang mengenakan pakaian dengan motif tenun. Pesawat ke Tambolaka ini ukurannya kecil, ATR 600. Pintu untuk keluar masuk penumpang ada di belakang, tempat duduknya 2-2.
Kami sudah agak lama masuk ke dalam pesawat, namun pesawat tak kunjung berangkat juga. Cuaca panas, dan pramugari mengumumkan kalau pendingin udara baru akan bekerja optimal setelah pesawat take off. Alhasil, kartu petunjuk keselamatan yang terselip di kursi depan kami beralih fungsi menjadi kipas.
Sambil berkipas, kami pun mulai ngobrol. Ternyata dia berasal dari Jogja, tapi sudah lama tinggal di Tambolaka. Menikah dengan orang Sumba. Saya yang berasal dari Klaten, yang letaknya tak jauh dari Jogja pun akhirnya membuat obrolan kami banyak nyambungnya. Dia bertanya tujuan saya ke Sumba, saya pun lalu bercerita tentang tujuan serta berapa lama di Tambolaka.
Lalu saya pun mendapat sedikit cerita tentang sekolah yang akan saya tuju, yaitu SMK Pancasila Tambolaka. Tentang masyarakat Sumba, tentang keindahan alamnya. Menyayangkan kunjungan saya yang singkat di Sumba, sehingga tak ada waktu untuk jalan-jalan menikmati keindahan alamnya.
Perjalanan dari Denpasar ke Tambolaka ini selama 1 jam 15 menit, dengan banyak pemandangan indah yang nampak dari ketinggian.
Keesokan harinya, saat saya ke SMK Pancasila dan bertemu kepala sekolah, saya di konfirmasi apakah kemarin satu pesawat dengan “ibu Pati”. Nah, kami kemarin ngobrol saja tanpa bertukar nama, jadi pertanyaan itu belum saya iyakan. Baru saya menganggukkan kepala setelah Kepala Sekolah mengatakan bahwa kemarin sore bertemu dengan “ibu Pati” dan cerita kalau duduk sebelahan dengan orang dari Malang yang akan mengisi kegiatan di sekolah. Yang artinya orang yang diceritakan itu adalah saya.
Guru yang menjemput saya kemarin di bandara, yang mendampingi saya juga saat bertemu kepala sekolah, mengatakan bahwa betapa beruntungnya saya kemarin satu pesawat dan duduk bersebelahan dengan ibu Bupati. Tidak hanya duduk saling diam, bahkan ngobrol pula.
Jadi wanita paruh baya kemarin itu adalah istri orang nomor satu di kabupaten Sumba Barat Daya! Nggak nyangka lho, low profile banget. Pantes aja kemarin kok para penumpang yang melewati tempat duduk kami, banyak yang menyapa Beliau. Bahkan ada satu penumpang yang menatap saya lama, baru beralih setelah saya balas menatap dan tersenyum. Hingga ibu di sebelah saya bertanya, apakah saya kenal dengannya, kok kami saling bertukar senyum.
Salut pada Beliau, yang dengan santai berkipas menggunakan selembar kertas, tanpa protes dengan pendingin udara yang bermasalah. Tak mengeluh walau kami kemarin nunggu lama sekali sebelum pesawat take off tanpa ada penjelasan dari awak kabin. Saat turun dari pesawat pun, Beliau antri dengan tertib, menurunkan sendiri tas yang ditaruh di bagasi kabin. Tak nampak membawa asisten.
Menginap di Hotel Ella
Dua malam di Tambolaka, saya menginap di hotel Ella. Kenapa memilih hotel Ella? Saya nggak milih sih, karena semua pembiayaan saya ke sini di tanggung pihak sekolah, jadi pihak sekolah yang milih hotelnya, saya tinggal masuk kamar dan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Hotel Ella terletak di jalan Jl. Sapurata, Wee Tobula, Kec. Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Bangunan hotel berlantai 2, lumayan banyak juga kamarnya. Halaman depan untuk parkir juga luas, ada minimarket di sisi kiri halaman hotel yang letaknya tepat di pinggir jalan raya.
Saya mendapat kamar di lantai 1. Di depan setiap kamar tersedia meja dan kursi yang menghadap ke taman. Kalau di kamar saya sih, meja kursi ini jadinya ada di belakang kamar. Jadi depan kamar saya adalah lorong, dan belakangnya adalah taman.
Kamarnya bersih, perlengkapan mandi lengkap. Tidak ada teko pemanas air, yang otomatis tidak ada teh, kopi dan gula sachet. Hanya ada 2 botol air mineral. Tidak ada sandal kamar. Untung saya sudah persiapan bawa sandal jepit. Handuknya dirangkai jadi bentuk bunga, di taruh di atas tempat tidur.
Walau di kota kecil, tapi saya acungkan jempol untuk fasilitas wifi di area hotel ini. Koneksi internet lancar dan stabil.
Untuk menu sarapan di hari pertama, dibuat sesuai permintaan. Jadi saat pagi menuju area resto, petugas akan menyodorkan daftar menu hari itu. Kata petugasnya, tak banyak tamu yang menginap, jadi sarapannya dibuat sesuai permintaan tamu. Sementara untuk minumnya, ada kopi dan teh.
Di hari ke dua, baru deh menu sarapannya prasmanan. Nasi beserta lauk pauknya, ada buah juga, ada roti dan beberapa macam jajanan. Untuk minumnya, tersedia termos berisi air panas, ada teh dan kopi sachet yang bisa diracik sendiri oleh para tamu. Lumayan banyak juga tamu yang menginap.
Mengisi Workshop di SMK Pancasila Tambolaka
Sampailah pada tujuan utama saya ke Tambolaka, yaitu menjadi pembicara pada kegiatan workshop pengingkatan kapabilitas guru dan tenaga kependidikan. Materi yang saya sampaikan seputar beberapa aturan dari pemerintah berkaitan dengan kompetensi guru, beberapa aplikasi/tools berbasis teknologi informasi yang bisa digunakan untuk membantu kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Di sini, kayaknya memang sudah tradisi, tata cara penyambutan tamu dengan memberikan selendang tenun, disampirkan di bahu. Dan setelah acara pembukaan, saya pun mendapatkannya.
Walau cuaca sangat panas, alhamdulillah para peserta antusias mengikuti kegiatan workshop. Apalagi beberapa tools/aplikasi belum pernah mereka kenal. Banyak guru yang masih muda, dengan semangat tinggi untuk belajar hal baru.
Jadi bulan Oktober itu, karena cuaca panas, ada kebijakan dari sekolah bahwa siswa yang biasanya pelajaran berakhir pukul 14.30, dipulangkan pukul 12.00. Workshop kami pun terjadwal sampai pukul 14.30 saja awalnya. Tapi karena peserta workshop di SMK Pancasila Tambolaka antusias, kami lanjut sampai pukul 16.00.
Walau memang saya mesti berulangkali menyingsingkan lengan karena merasa kepanasan, beberapa kali berkipas dengan kertas. Tapi melihat semangat mereka untuk belajar, rasanya hawa panas itu tak sebanding. Jadi malu sendiri kalau mau mengeluh.
Salah satu kepuasan bagi saya, walau menempuh perjalanan jauh, tapi kehadiran saya bisa memberikan manfaat untuk para guru di daerah. Waktu sehari memang tak akan cukup, tapi paling tidak saya bisa memberi stimulus pada mereka, untuk tak berhenti belajar. Karena seorang guru adalah orang yang hebat, berani mengajar dengan terlebih dulu belajar.
Duh, senengnya bisa kerja sambil jalan2…. Sekali dayung 2-3 pulau terlamapaui ya… Cuman capeknya tuh bisa beberapa hari gak hilang, hehehe… Seru juga ya, perjalanan dinas ditulis jadi artikel blog… Bis dijadikan referensi nih… Lengkap banget lagi ceritanya.
Sering saya bingung, sebenarnya Mbak Nanik Nara ini tinggal di mana? Malang atau luar pulau ya mbak? Hehe.
Btw cerita perjalanannya sangat mengesankan, beruntung juga ketemu bu Bupati, ya mbak. Apa pas pulang dari Tambaloka nggak nitip salam ke ibu Bupati lewat kepala sekolah mbak, hehe.
Hehehe… domisili Malang mbak, tidurnya pindah-pindah kota
Aku terpesona pada cerita tentang Ibu Bupati yang low profile itu, Mbak. Ah, semoga beliau dan suaminya yang bupati itu selalu dijaga Allah dan mampu menjaga amanah sebagai pemimpin.
Perjalanan yang jauh namun seru dan berkesan ya Mba, apalagi ini tujuannya bagus yaitu untuk mengisi workshop di SMK Pancasila Tambolaka, dan bonusnya bisa duduk dan ngobrol dengan Ibu Bupati juga selama di pesawat ya. 🙂
Wuah senengnya bisa ke sna, tapi bener kata ibuknya mbak, kurang lama jadi belum bisa menikmati alam sana sepenuhnya 😀
Hotel Ella nyaman juga ya keliatannya, walau emang ada beberapa fasilitas yang sebaiknya ditingkatkan. Catet nama hotelnya, kali suatu waktu ada rezeki ke Sumba 😀
Cuaca panas memang melanda seluruh dunia ya kak. Namun semangat untuk berkarya dan belajar, jadinya menguatkan dan menutupi segala keluhan. Apalagi melihat antusias mereka. Cuss, semangat selalu kak Nanik mendedikasikan keilmuan
Membaca rangkaian cerita di atas, saya mendadak teringat sama tulisan Mbak Nanik di buku “Aku dan Masa Lalu” nya PAPI. Di situ Mbak Nanik cerita, bagaimana Mbak berjuang untuk berani bicara di depan umum. Rangkaian pengalamanlah yang akhirnya membuktikan bahwa semesta memang mentakdirkan Mbak Nanik untuk menjadi pembicara bahkan hingga ke pelosok. Salut saya Mbak.
Seandainya tidak harus menyambung tugas ke Makassar, emang enaknya stay satu hari lagi untuk rekreasi. Pasti banyak yang bisa ditulis dari Tambolaka. Tempat yang sejatinya jarang akan dinikmati oleh para traveler. Kalau saya jadi Mbak Nanik, pas dapat form usulan area kerja, saya pasti milih yang jauh2 di pelosok hahahaha. Suka dengan sensasi explore nya. Apalagi di satu tempat yang eksotik seperti Tambolaka.
Wah bersebelahan dengan istri bupati, karena gak tau jadi gak welfie-an ya?
Saya tuh selalu ngiri dengan Mbak Nanik yang kerjaannya membawa keliling Indonesia seperti Sumba, pingin banget ke sana
padahal pasti capek ya? Tanggal 17 di Tambolaka, tanggal 19 udah harus sampai Makasar
Selalu ada cerita baru yang berkesan dalam setiap tulisan perjalanan Mbak Nanik, suka banget bacanya…Senangnya Mba bisa berbagi ilmu dan semangat lagi ke Tambolaka. Bonus berbincang dengan Ibu Bupati yang low profile pula:)
Eksplorasi Indonesiaaaa yg luarrr biasaaaa
salut dgn ibu pejabat yg sangat humble
ga sabar aku baca crita mba Nanik selanjutnyaaaaaa
Masyaa Alla keren Ibu Bupati. Low profile banget. Jarang ada Ibu pejabat yang seperti beliau. Tidak marah dan protes meski kepanasan. Mgobrolnya juga santai dan tidak berjarak. Masyaa Allah keren Mbak Nanik. Saya selalu suka membaca kisah Mbak Nanik kalau sedang tugas keliling ke sekolah kasih materi pembelajaran. Bismillah sehat terus ya Mbak.
Keren banget kak nanik, MasyaAllah meskipun perjalanan jauh capek akan terasa hilang kalau bisa berbuat sesuatu Hal yang bermanfaat ya kak
Bekerja sambil eksplore keindahan Indonesia itu menyenangkan banget ya mbak. Ada pengalaman dan cerita yang bisa dibagikan ke teman-teman sepulang dari perjalanan tugas
Pihak sekolah kok bisa tahu ya Mbak kalau Mbak Nanik duduk di sebelah istri bupati? Hehe, suka sungkan nggak sih kalau ketemu penggedhe tapi masih low profile. Habis ini mau ke mana lagi Mbak?
Kepala sekolahnya pas ada acara dengan ibu bupati, terus ibunya cerita kalau ketemu saya yang bakal ngisi kegiatan di sekolahnya
Pengalaman yang berkesan dan menyenangkan pastinya mbak dari perjalanan dinas ini, dapat tempat menginapnya pun nyaman. Wah bulan Oktober bulan panas jadi murid pulang cepet ya seneng nya mereka pasti. Apalagi peserta workshop yang antusias sehingga sampai sore. Keren mbak, berarti itu penyampaiannya asyik di mata mereka. Sukses terus ya
Nama SMKnya Pancasila bagus banget, salut sam ayang kasih nama. Meskipun kunjungan sigkat tapi sudah bisa menikmati alamnya di Tambolaka ya mbak, selain yag utama pastinya memberikan manfaat untuk para guru di sana
Wow ternyata bersebelahan dengan Ibu Pati alias istri bupati di Tambolaka. Ga bakal nyangka sih kalau itu istri bupati karena sesantai itu naik pesawat bahkan menurunkan tasnya sendiri yaa. Lain kali mau balik lagi ke Tambolaka, mbak?
Mbak Nanik keren sekali deh, sambil dinas memberikan workshop di SMK Pancasila Tambolaka, bisa kertemu Ibu BUpati, sekalian traveling ini jadinya mantap! Memang ya ada suka dukanya menjelajah begini. Bagi2 ilmu dan pengetahuan, dapat wawasan juga, bersyukur sekali dari Malang bisa wara-wiri.
Salut yang jelas sama mbak Nanik ini, kebayang perjuangannya dari satu daerah ke daerah lain, workshop seminar dll. Kebetulan saya juga punya sahabat yang Kepala Sekolah tapi lantas beralih tugas hingga juga membawa materi keliling Indonesia
semangat ya mbak, semangat juga untuk para guru yang hebat di seluruh Indonesia! We are really proud of yout all!
Dinas luarnya jauh bangeeet Mbak sampai ke nusa tenggara. Hebat deh habis itu langsung ke tempat lain. Jaga kesehatan ya.
Yg dimaksud ibu pati itu istri bupati? Low profile sekali ya beliau.
Masya Allah mak Nanik… Semoga apa yang diberikan bisa memberikan semangat untuk para pengajar di SMK Pancasila Tembolaka untuk terus melakukan kreativitas dalam pembelajaran ya mak. Semanga terus membagi ilmu ya mak Nanik
Paling takjub sama sosok low profile!
Orang low profile memang dikenal santun dan bersahaja dibalik privelege maupun kesuksesan yang melekat pada dirinya!
Mereka tetap mampu menghargai dan juga menghormati orang lain dengan baik!
Aku percaya dengan menjadi sosok low profile kualitas hidup pastilah akan kita miliki, misalnya akan membantu membuat kita “lebih” merasakan kebahagian hidup!
Subhanallah, Emak Nanik sungguh terberkati punya kesempatan lebih besar bertemu dengan sosok~sosk baru selama dalam perjalanan tugas ya.
Pastilah ide tulisannya mengalir bagai air sungai!
Tabarakallah.
Oalah, Bu Pati itu ternyata ibu bupati ya…
Memang low profil banget ya udah ramah, sederhana pula. Semoga amanahnya itu sampai ke hati masyarakat di sana. Itu contoh nyata seorang guru kehidupan tuh sebenernya…
Seneng loh baca kisah2 Mb Nanik, menuliskan hal2 yang terkait pekerjaan, namun juga ada tambahan kisah lainnya. Iihhh seneng banget dong, ternyata duduk sebelahan dengan Ibu Bupati. Coba kalau nanya dari awal mbak, pasti obrolannya bakalan lebih seru tuuuhh..
Aiih seru banget sih perjalanannya, menerima tugas ke luar kota, entah itu kerja sambil main atau sebaliknya ya Mak. Sering banget baca pengalamannya.
Apalagi ini berbagi, mengisi workshop di SMK Pancasila, semoga berkah dan bermanfaat buat para pengajar disana ya. Dan setuju banget, guru pun akan terus belajar ..
Ka Nanik sungguh orang yang paling sabar seduniaaa..
Semua yang dterima ka Nanik dari atasan, langsung dikerjakan dengan sebaik-baiknya hingga tuntas.
MashaAllaa~
Jadi pengalaman menyenangkan terbang dan bertugas ke SMK Pancasila Tambaloka.
Aku jadi tau kalau naik pesawatnya kecil, hiihi.. alhamdulillah ka Nanik ga mudah mabuk yaa..
Sehat selalu, ka Nanik.
Mba Nanik.. Maaf saya jadi salfok ke bu pati.. Saya langsung gugling istri bupati Sumba Barat Daya. Saking keponya sama istri bupati yg low profile.
Ya Allah.. Memang keliatan wajah2 lembut dan bersahaja yaa.. Pantes dibilang beruntung Mba Nanik bisa duduk sebelahan sama istri nomor 1 di Sumba Barat Daya… Xixixi..
Saya salut sama orang2 seperti itu, Mba.
Mbak Nanik, pasti senang banget ya sudah bisa berbagi ilmu dan bermanfaat untuk banyak orang. Walaupun harus melewati perjalanan yang panjang tapi hati bisa terpuaskan karena sudah memberikan manfaat untuk orang lain. Sehat dan sukses selalu ya Mbak
Wah, seru ya mbak
Emang paling asik bisa melakukan perjalanan dinas di luar kota. Bisa sekalian jalan jalan
kirain Bu Pati itu kepala sekolah, mbak eh ternyata lebih tinggi lagi yakni ibu Bupati. keren deh ibunya bisa berbaur dengan masyarakat di wilayahnya
senangnya mak bisa saling berbagi ilmu ke orang lain. insya Allah pahala jariyah. apalagi tentang kisah low profilenya ibu bupatinya. semoga sehat selalu ya mak agar bisa berbagi ilmu terus
Selalu seru deh mbak cerita perjalanan dinasmu, sekalian bisa keliling Indonesia ini ya. plusnya lagi ilmunya terus mengalir karena sudah berbagi walau dikata sudah tugas negara
Pengalaman berharga banget ya Mbak Nanik bertugas di sebuah kota yang belum pernah dikunjungi eh ternyata sempat mengobrol dengan Ibu Bupati keren banget ibunya…