Selesai corat-coret dengan pensil warna di lembaran-lembaran kertas, babang mendekati saya. Menyodorkan beberapa hasil karyanya agar saya mau melihat dan memberi komentar. Untuk menyemangatinya, saya bilang kalau lukisannya itu bagus. Jaman seusianya, kayaknya saya belum bisa membuat lukisan seperti itu. Mendengar jawaban saya, matanya berbinar, lalu meluncurlah kalimat yang tak pernah saya sangka : “Bagaimana kalau lukisan ini kita jual?”
Sejenak saya terdiam. Ingin tertawa. Siapa pula yag mau membeli lukisan seperti itu nak? Namun saya berhasil menahan diri. Saya takut tawa saya akan menghilangkan binar semangat di matanya. Karena kreativitas anak tuh kan harus dikembangkan, bukan ditertawakan.
Tapi saya juga tak mau langsung mengiyakan, karena jika demikian, babang akan benar-benar mengajak saya berkeliling untuk menawarkan lukisan itu ke tetangga.
Saya nggak siap untuk melihat raut kecewa di wajahnya, jika ada tetangga yang mentertawakannya. Saya juga nggak kuat, kalau akan berhadapan dengan tetangga yang mungkin akan nyinyir pada saya “lukisan kayak gitu kok di jual… anak kecil diberdayakan… ibu macam apa itu….”
Jadi, saya ajak babang duduk sambil melihat-lihat lagi beberapa lukisannya. Memilih mana yang layak untuk “dijual” dan mana yang harus diperbaiki dulu.
Babang lalu memperbaiki beberapa lukisannya. Dan setelah selesai, sekali lagi dia ngotot mengajak saya berkeliling untuk menjual lukisannya itu.
Untungnya, mamanya ini bisa berpikir cepat. Nggak mau kalah dengan si bocah. Mulailah menggunakan bahasa yang komunikatif agar gampang dimengerti
Saya sarankan pada babang, daripada capek keliling, teriak-teriak, bagaimana kalau lukisan itu ditawarkan pada teman-teman mama yang dikenal oleh babang. Di tawarkan lewat bbm dan wa. Babang pun antusias menerima saran saya.
Berhubung babang juga sudah lancar menggunakan gadget, saya minta dia sendiri yang memotret dan menawarkan lukisannya.
Mulailah dia promosi kepada beberapa teman saya yang juga dikenalnya.
Bahkan, saat saya tinggal ke kamar mandi, babang menawarkan pula di salah satu grup wa yang saya ikuti. Walah-walah nak, kalau menawarkan itu secara pribadi saja, jangan di grup.
Memang sih, tidak ada yang membeli lukisannya. Tapi paling tidak, babang sudah belajar menawarkan. Kreativitas anak juga berkembang dengan belajar menggunakan media untuk mempromosikan karyanya. Semoga saja, walau tak laku, babang tetap akan berkarya.